Part 5

2.8K 105 0
                                    

"Papa tau gak, mama tadi tiba-tiba hilang kaya makhluk tak kasat mata," ucapku sambil melirik papa.

"Tak kasat mata? Maksud kamu mama hantu, Bang?" tanya papa padaku.

"100 buat papa!" jawabku dengan santainya.

"Papa pulang pulang malah gosip!" protes mama yang tidak terima. 

"Bang, mama tadi jemput Yura dan Aziel ke kamar Aziel lho! Bukan ngilang. Abang pandai sekali kamu bergosip," lanjut mama.

Aku melirik gadis itu yang hanya tersenyum tipis.

"Lagian, mama pergi gak bilang. Tadi abang ngomong sendiri tau, Ma!" kataku sambil mencebikkan bibir.

"Siapa suruh kamu ninggalin mama, mama tinggalin duluan dong. Haha!" celetuk Mama seraya tertawa.

"Yura, kok diam aja, Nak? Udah makan?" tanya Papa pada gadis itu, Papa mengalihkan perdebatanku dengan Mama.

"Iya, Om. Tadi Yura main sama Aziel. Ini tadi diajak tante ke sini buat makan, Om."

"Oh, yaudah. Ayo makan sama-sama aja," ucap Papa.

"Ma, ziel di cuapin kak yula!" rengek manja adik kecilku pada gadis itu.

"Sini abang aja yang suapin kamu, Dek. Abang udah selesai, kakaknya mau makan tuh!" ucapku pada adik kecilku. Namun, siapa sangka kalau adikku lebih memilih wanita itu dibandingkan aku sebagai abangnya.

"Gak! ziel mauna mamam dicuapin kak yula!"

"Yaudah, gapapa kok. sini kakak suapin dek," ucap wanita itu seraya tersenyum manis pada adik kecilku.

"Apa gak ngerepotin kamu, Yura? Kamu kan mau makan, Nak?" tanya Mama.

"Gapapa kok, Tan. Yura suapin aja dulu Aziel nya, dari pada engga makan."

Yura Pov

Usai aku bermain game, aku ingin ke kamar Aziel untuk bermain dengannya. Aku keluar kamar ku dan berjalan menuju kamar Aziel.

#Tok..Tok...Tok.... (anggap aja suara ketukan pintu)

"Masuk!" ucap orang dari dalam yang ku tau itu suara tante Siska. Aku membuka pintu dan melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Aziel. 

"Eh, kamu Yura. Tante kirain siapa tadi."

"Iya, Tante. Yura ganggu gak?"

"Engga dong, Nak. Tante lagi main sama Aziel nih, ganggu dari mana."

"Yura ikutan boleh ga nih? Hehe," tanyaku dengan sopan.

"Tentu saja boleh, Nak. Sini! duduk samping Aziel."

Aku berjalan mendekati Aziel, 'Sungguh Aziel sangat menggemaskan!' batinku.

"Yura, kamu ingat dengan Arsen gak, Nak?"

"Arsen siapa, Tan?"

"Wah, ternyata Arsen dan Yura sama-sama lupa nih!" ucap tante siska membuat aku menoleh ke arahnya.

"Maksud tante?"

"Arsen itu anak pertama tante, dia dulu teman masa kecil kamu, arsen dan kamu hanya berbeda 1 tahun. Dulu kalian sangat sering bersama. Seiring berjalannya waktu kalian saling melupakan teman masa kecil kalian masing-masing," jelas tante siska panjang padaku.

"Beneran, Tan? Kenapa bisa Yura lupa, ya?" tanyaku dengan raut wajah kebingungan.

"Tadi Arsen kesini, nanyain kamu itu siapa--" 

"Tadi kalian bertabrakan, ya?" sambung tante Siska.

"Eh... anu... Iya, Tante. Tadi tak sengaja kami bertabrakan. Maaf ya tante," ucapku tak enak hati.

"Jadi Ars---" belum selesai aku melanjutkan omonganku, aku melihat lelaki yang kami bicarakan memunculkan kepalanya dibalik pintu kamar Aziel.

Mataku menangkap sosok lelaki itu dan aku terperanjak kaget. Kemudian tante Siska datang menghampirinya, tante siska dan juga laki-laki itu mengobrol yang suaranya tak terdengar jelas olehku.

"Heh, Bang! Mama di sini, Nak. Kenapa lihatnya ke yura?" ucap tante siska tiba-tiba sedikit berteriak membuatku langsung menoleh ke arah tante Siska juga melirik lelaki itu yang ku tau dari tante Siska ia adalah teman masa kecilku dulu.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang