1 bulan kemudian
Yura tampak menghampiri Mama dan Mommy yang kini sedang mempersiapkan sarapan.
"Yura boleh bantu?" tanya Yura yang kini berdiri ditengah-tengah kedua calon nenek itu.
"Boleh dong, Sayang, kamu bantu makan aja, ya!" ucap Mama yang mendapat senyuman kecil dari Mommy.
Yura pun duduk menatap makanan-makanan yang tersaji dengan berbagai macam. Dari mulai ikan, ayam, telur, sayur, udang, dan lain sebagainya.
"Ini semua-- siapa yang makan? Apa yakin akan habis?" tanya Yura dengan polosnya.
"Sayang, ini semua akan dibantu makan oleh baby twins dong!" seru Mommy.
"Emm... tapi, Mom. Tetap aja kan perantara aku," protes Yura memanyunkan bibirnya.
Kini semua tampak berkumpul di meja makan. Papa, Mama, Daddy, Mommy, Arsen, Yura, tak lupa juga dengan Aziel yang ikut serta meramaikan suasana.
Mereka pun menikmati hidangan pagi itu dengan suasana hangatnya keluarga. Terkadang Aziel mencibir Arsen terkadang pula Aziel mengeluarkan leluconnya.
Namun, tiba-tiba saja tatapan mereka tertuju pada Yura. Yura yang sejak tadi meringis, ia tampak menahan sesuatu.
Yura mencengkram tangan Arsen yang ada di sebelahnya. Aziel yang melihat pemandangan itu pun tertawa keras dan mendapat sorot mata tajam dari sang Abang.
"Kamu kenapa?" tanya Arsen.
Yura merubah posisinya agar lebih terasa nyaman, ia masih saja meringis. Namun, siapa sangka jika saat ini Yura tersenyum polos dan kembali menikmati makanannya yang belum habis.
Arsen dibuat geleng-geleng kepala melihat Yura yang tadinya menahan sakit kini malah tertawa kecil dan tak merasa bersalah karena ia tadi mencengkram tangan Arsen.
Usai sarapan, mereka berkumpul di taman belakang. Tapi tidak dengan Arsen dan kedua calon kakek. Mereka lebih memilih melanjutkan dekorasi kamar untuk baby twins yang sebulan lalu telah mereka persiapkan, kini tinggal menyusun barang yang kurang.
"Kak, rasanya hamil gimana?" tanya Aziel sambil menopang dagunya menatap pada Yura.
"Ya gak gimana-gimana. Emm... ya gitu-gitu aja," jawab Yura yang kini sedang malas menjelaskan karena sejak tadi ia merasa nyeri pada punggung dan juga perut.
Mama yang melihat menantunya meringis langsung meminta Aziel memanggil Arsen.
Aziel berlari masuk rumah dan segera masuk di kamar baby twins. Ia melihat Arsen yang masih menyusun barang langsung menepuk bahu Arsen hingga Aziel membuat sang Abang kaget.
"Apa sih?" tanya Arsen emosi karena sejak pagi Aziel selalu saja ngajak gelud. Aziel selalu memancing emosinya.
"I-itu, Bang! Kak Yura sakit perut!" ucap Aziel sontak membuat Arsen langsung berlari menuju taman belakang rumah menghampiri sang istri.
Kini Arsen ada di taman belakang, ia melihat istri cantiknya sedang tertawa bersama Mama dan juga Mommy. Tak terlihat jika Yura kesakitan, Arsen langsung saja kembali ke kamar baby twins mencari sosok yang ingin ia lampiaskan kekesalannya pada sosok itu. Tak lain tak bukan sosok itu adalah Aziel. Ntah kabar dari dia benar atau tidak, tapi kini Yura tak lah terlihat kesakitan.
Yura izin sebentar pada kedua calon nenek untuk ke kamar mandi, ntah berapa kali ia sudah buang air kecil hingga sekarang ini.
Kembalinya Yura dari kamar mandi, ia tampak cemas. Yura memberanikan bertanya pada Mama dan juga Mommy, "Ma, Mom, tadi-- Emm... barusan 'kan Yura buang air kecil, masa ada flek gitu. Yura cemas jadinya," lirih Yura menundukkan kepala.
"Gapapa, sayang. Itu salah satu tanda proses baby twins akan keluar dari perut bundanya," ucap Mommy menenangkan anaknya.
"Yaudah, Yuk ke rumah sakit aja?" ajak Mama yang diangguki oleh Yura yang sudah cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan [TERBIT]
Novela JuvenilJudul sebelumnya : Siapa Lelaki Itu? ____________________ First Impression yang buruk saat Yura bertemu dengan sosok laki-laki sahabat lamanya yang sejak lama tidak berjumpa, bahkan mereka berdua sudah saling melupakan satu sama lainnya. Siapa sangk...