Part 62

997 48 139
                                    

Yura yang mulai terusik oleh gangguan dari Arsen langsung terbangun dari tidurnya. Ia melihat mata Arsen yang masih memandang lekat wajahnya membuat Yura menutup wajahnya menggunakan tangan.

"Kamu itu kenapa?" tanya Arsen menyentil hidung Yura dengan gemas.

"Emm.. gapapa," jawab Yura berlalu meninggalkan Arsen.

----•----

RSUD Harapan Sehat

"Berhentilah berdebat! Jangan membuat ku dan Zanna pusing." Aurel yang sejak pagi selalu saja marah-marah akibat perbuatan ketiga sahabat Arsen yang selalu berdebat suatu hal yang tidak penting. Seperti saat ini, Omar yang masih saja menatap tajam kedua sahabatnya yang selalu memojokkan dirinya. Sedangkan Ray yang masih saja tersenyum sinis karena Omar terlihat tidak peduli dengan ucapan Toni. Sementara Toni yang udah lelah berdebat langsung menghampiri Aurel. Hal itu membuat Ray kembali berdebat dengan Toni karena merasa cemburu jika Toni dekat dengan Aurel.

"Lebih baik kalian keluar, aku pusing jika seperti ini!" bentak Aurel membuat Zanna menoleh padanya.

"Sudahlah, kamu jangan marah gi--" belum sempat Zanna mengucapkan apa yang ingin ia katakan. Namun, matanya beralih menatap Yura yang baru saja masuk ke dalam kamar rawatnya. 

"Nibel, kamu kok kesini?" tanya Zanna yang hanya mendapatkan senyuman kecil dari Yura, sahabatnya.

"Ra, aku pamit mau pergi sama teman-temanku. Kamu di sini aja ya, ntar kalau butuh sesuatu telpon aku aja," ujar Arsen berpamitan pada Yura hanya mendapat anggukan oleh istrinya itu. Arsen menatap bingung pada Yura, namun yang ditatap malah tidak peduli. Arsen pun pergi meninggalkan ruangan rawat Zanna diikuti oleh Toni, Ray, dan juga Omar.

Yura yang sejak tadi diam membuat Zanna semakin bingung dan selalu mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Aurel, bisa gak kamu belikan aku buah di supermarket dekat rumah sakit?" tanya Zanna dengan perlahan dan tak lupa tatapan memohon ciri khas Zanna. Benar saja, Aurel langsung tersenyum dan pergi meninggalkan Zanna dan Yura untuk membelikan apa yang Zanna inginkan.

Beberapa menit setelah kepergian Aurel, Zanna menatap Yura dengan intens membuat Yura langsung menoleh padanya, "Ada yang mau kamu bicarakan, Na?" tanya Yura yang langsung mendekati brankar Zanna.

"Ya, Nibel. Aku sejak tadi mau nanya sama kamu, kamu kenapa sejak datang hanya diam dan tersenyum? Dimana celotehan kamu? Aku rindu celotehan kamu walau kadang tidak bermakna," ujar Zanna membuat Yura tertawa.

"Mana ada begitu, masa iya hanya merindukan celotehan aku. Kamu bohong 'kan?" tanya Yura.

"Hmm, ya. Aku ingin bertanya, kamu ada masalah dengan suami kamu?" tanya Zanna yang tidak dijawab oleh Yura. Namun, Yura malah melamun ntah kemana arah fikirannya saat ini.

"Nibel, kamu dengar aku?" tanya Zanna kembali dengan perlahan yang diangguki langsung oleh Yura.

Yura tersenyum. Lalu ia berkata, "Cepatlah sembuh, kalau kamu udah keluar dari rumah sakit ini. Aku janji akan cerita padamu," Yura tersenyum dan memeluk Zanna.

Tak lama mereka berpelukan, Aurel masuk dan membuat kaget Yura dan juga Zanna. Bagaimana tidak kaget, Aurel masuk langsung berteriak khas suara cemprengnya itu, "KALIAN KENAPA PELUKAN TANPA AKU!"

Zanna dan Yura saling memandang dan tersenyum. Lalu mereka bertiga pun berpelukan.

"Ekhm! Berasa nonton teletubies nih," sindir Ray yang tiba-tiba muncul di depan pintu.

"Duh, ngapain sih pakai masuk-masuk segala. Bukannya tadi udah pergi? Kenapa balik lagi?" tanya Aurel yang tak mendapat respon dari Ray.

Ray menatap intens pada Aurel, ia menarik Aurel untuk keluar ruangan itu. Lalu Ray bertanya, "Aur, kamu kok bisa ceroboh gitu?"

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang