Part 55

1K 40 0
                                    

Selesai makan, Yura dan Arsen kembali ke kamar. Yura duduk di tepi kasur, ia mengambil ponselnya untuk mengecek apakah sahabatnya masih online karena Yura sangat bosan hanya diam-diam saja tanpa mengobrol dengan Arsen.

"Yura.. tidurlah!" perintah Arsen.

"Tidurlah duluan, Bang, aku belum mengantuk," ucap Yura.

Arsen naik kasur ia berbaring mensejajarkan antara kepalanya dengan pinggang Yura, lalu memeluk pinggang Yura, "Kamu sakit, Bang?" tanya Yura.

"Enggak," jawab Arsen.

"Trus, ngapa nih sejak tadi nempel mulu sama aku?" tanya Yura mengernyit heran.

Arsen tak menjawab Yura, ia tetap memeluk pinggang Yura sementara Yura asik dengan ponselnya.

"Kamu ngapain sih, Ra?" tanya Arsen yang tak bisa tidur karena penasaran dengan yang Yura lakukan pada ponselnya malam-malam.

"Chat sama Aurel," jawab Yura yang tak berpaling dari ponselnya.

Arsen melepaskan pelukannya dan tidur membelakangi Yura seakan-akan dirinya merasuk karena diacuhkan oleh sang istri.

Yura tampak bingung karena tiba-tiba Arsen melepaskan tangannya dari Yura. Tadinya yang merasa nyaman, kini sudah menghilang, hanya beberapa saat saja Arsen memberikan kenyamanan pada Yura, setelah itu kembali dengan sikap dinginnya.

'Apa dia ngambek?' batin Yura mengira-ngira.

Yura merasa tidak enak hati, ia meletakkan ponselnya dan memeluk Arsen dari belakang seraya bertanya, "Ada apa, Bang? Kamu ngambek?" 

"Enggak," jawab Arsen.

"Kenapa gak kamu lanjutkan chattingan dengan Aurel?" tanya Arsen.

"Sudahlah, ngambek gitu gak akan membuat ketampanan mu berkurang, Bang," goda Yura.

"Gak lucu, Ra," ucap Arsen.

Arsen membalikkan tubuhnya, ia memeluk Yura seraya memejamkan matanya.

"Abang, aku mau tanya," ucap Yura.

"Hmm," dehem Arsen tanpa membuka matanya.

"Seminggu lagi perpisahan sekolah, dan kamu akan melanjutkan kuliah mu sementara aku tetap di sekolah itu," ucap Yura.

"Lalu?" tanya Arsen yang masih dalam memeluk Yura.

"Hmm.. Kamu kuliah dimana, Bang? Kamu mau meninggalkan aku?" tanya Yura.

"Kenapa? Takut suami tampan mu diambil orang?" tanya Arsen membuka matanya, Yura yang mendengar pertanyaan Arsen langsung mencurutkan bibirnya.

"Tenanglah.. aku sulit untuk jatuh cinta, mencintai istriku aja belum bisa gimana dengan mencintai cewek lain," ucap Arsen yang mendapat cubitan dari Yura.

"Hmm.. ya pergilah, di sini pun aku masih memiliki teman laki-laki," ucap Yura sambil tersenyum.

"Jangan macam-macam, Ra," ujar Arsen mencubit kecil hidung Yura.

"Gak macam-macam kok, cuma satu macam aja," ucap Yura sambil tersenyum.

"Sebahagianya kamu aja," ucap Arsen.

"Aku bahagia kalau selalu bersama kamu, Bang," ujar Yura.

Arsen membelai rambut Yura dan Arsen tampak tersenyum dengan ucapan Yura. Tak lama dari itu, mereka berdua pun tertidur dalam posisi berpelukan satu sama lainnya.

○O○

Seminggu pun berlalu, hari ini adalah hari perpisahan sekolah yang di adakan khusus kelas 12. Arsen tampak gagah dengan kemeja yang di pakainya.

"Ra, apa yang kurang?" tanya Arsen menoleh pada Yura.

"Pas, kamu memakai apapun memang selalu tampan," ujar Yura sambil menggandeng lengan Arsen.

Tiga hari yang lalu, Papa Gavin, Mama Siska, Arsen, Yura serta Aziel kembali pulang ke kediaman keluarga Papa Gavin karena Daddy tampak sudah pulih dari penyakitnya.

"Ra, apa sekarang kita bisa memberitahu teman lainnya kalau kita udah menikah?" tanya Arsen. 

"Kamu boleh memberitahu mereka kalau kamu udah mencintai ku, tapi kalau kamu belum mencintai aku... ku harap abang jangan kasih tau ke siapapun kalau kita sudah menikah," ujar Yura dengan tatapan kosongnya.

"Ayo, Bang, nanti kita terlambat," ucap Yura membuat Arsen tersadar dari ucapan Yura tadi.

○O○

Sesampainya di halaman sekolah, Arsen selalu menjadi sorotan setiap kaum hawa.

"Huft selalu saja, mata mereka gak bisa tuh di jaga!" dumel Yura yang di dengar oleh Arsen.

"Kamu cemburu?" tanya Arsen namun tak dihiraukan oleh Yura karena Yura langsung pergi meninggalkan Arsen.

Arsen tampak memperhatikan Yura yang sedang bersama dengan Aurel dan Zanna, mereka bertiga asik mengobrol tanpa memperdulikan siapapun.

"Woi, bengong mulu!" ucap Ray membuat Arsen kaget.

"Bro, gimana kandungan istri lo?" tanya Toni yang membuat Ray dan Omar menoleh pada Toni dan menatap horor pada Arsen yang tak memberi kabar.

"Lo gimana? Yura belum gue buat hamil masa udah mengandung, konslet dah nih orang," ujar Arsen.

"APA?!? LO BEL---" Belum selesai Toni mengucapkan apa yang ia ingin katakan namun mulutnya di tutup oleh Arsen.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang