Yura merenung, ia merasa bersalah telah egois, ia merasa bersalah tatkala ia melontarkan semua ucapan bodohnya yang berasal dari bisikan setan. Kenapa? Kenapa dia berkata seperti itu? Bahkan Yura tak habis pikir. Ia ingin menyusul Arsen, tapi ego dia lebih tinggi dibanding masalah saat ini. Masalah? Apakah kedatangan Mira suatu masalah? Tetapi, Mira itu Yura yang mengajaknya untuk masuk ke dalam pernikahan ini.
Sementara di taman belakang rumah, Arsen menatap langit yang gelap saat itu, ia mengingat kembali kejadian di warung, saat Yura membela dirinya di depan kedua orang tuanya. Dan saat Mommy berceletuk yang buruk, Yura juga membantunya. Tapi, saat ini Yura malah tidak ingin bicara padanya. Jika ia tidur di kamar tamu, pasti Mama curiga padanya.
Arsen mendongakkan kepalanya, ia memejamkan matanya. Merasakan hembusan angin malam yang sangat dingin. Ia merilekskan pikirannya di lingkungan luar bersama dengan angin malam.
Yura, ia sangat cemas. Sudah satu jam berlalu, ia tidak bisa tidur karena terpikirkan Arsen yang sedari tadi belum kembali.
"Abang kemana, ya?" tanya Yura dengan cemas. Mengedarkan pandangannya kesana kemari dan juga tetap menatap arah pintu, mana tau Arsen tiba-tiba masuk. Namun, harapannya tidak nyata. Yura semakin larut dengan kecemasannya.
"Aku harus menyusul dan mencari kemana abang pergi," ujar Yura menurunkan ego-nya.
Yura keluar dari kamar, ia celingak-celinguk berharap Mama dan Papa tidak terbangun dari tidurnya. Yura mencari diruang kerja, kamar tamu, dan tempat lainnya. Tetapi Arsen tidak ditemukan.
Hanya satu tempat yang belum ia cari, taman belakang rumah. Ya, Yura harus menuju kesana. Dan benar saja, Ternyata Arsen sedang duduk di kursi taman menatap arah langit, tampak seperti orang yang sedang frustasi.
Yura kasihan menatap Arsen, Yura bingung dan ia berpikir bagaimana caranya dia harus menenangkan Arsen. Ia tidak boleh menambah beban pikiran Arsen. Ya, Yura tau. Yura harus memendam ego-nya. Yura mesti menenangkan secara lembut. Yura sudah salah, sangat salah.
Yura berjalan pelan menuju kursi itu, ia semakin merasa sesak ketika melihat Arsen menitikkan air matanya dalam keadaan mata terpejam. Yura perlahan duduk disamping Arsen, semakin jelas guratan di wajahnya. Yura memeluk Arsen menyalurkan kekuatan. Arsen tidak boleh lemah.
Arsen terlonjak kaget, Arsen menoleh ke samping ternyata Yura memeluknya. Seketika dirinya luluh, tapi masih ada pikiran buruk itu, ntahlah kenapa. Yang jelas dirinya masih ingin diam tanpa memperdulikan Yura.
"A-abang, maafin aku. Aku sadar kalau aku salah," ucap Yura samar-samar terdengar oleh Arsen karena saat Yura berbicara ucapannya tenggelam dengan dada bidang Arsen.
"Hmm," dehem Arsen tanpa membalas ucapan Yura.
"A-abang, maaf, Bang!" ucap Yura sedikit meninggikan suaranya.
Membentak? Oh tentu tidak. Yang tadinya terdengar samar-samar, saat ini terdengar jelas di telinga Arsen sebuah penyesalan dari Yura.
Arsen langsung menarik Yura untuk melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata Yura yang sempat menetes.
"Kamu, hmm... Kamu itu gak salah, berhenti menyalahkan diri kamu sendiri!" seru Arsen.
"Ta-tapi--"
"Ra, sudah. Saat ini yang harus kita selesaikan adalah Mira. Gimana caranya agar dia gak selalu mendekati aku lagi, kamu harus bantu aku cari ide. Kamu gak boleh menyalahkan diri kamu kayak gini," ujar Arsen.
Ya, baiklah. Saat ini adalah pencarian ide. Tapi, ide apa? Apakah memisahkan perasaan cinta harus memakai ide? Tapi bagaimana?
Yura menatap Arsen yang masih memandang dirinya. Arsen tersenyum, Yura pun membalas senyuman itu dengan tulus.
'Huh, baiklah. Mulai besok kita jalankan rencana yang sudah terpikir oleh ku saat ini,' gumam Yura.
_____________
Hola, terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak versi kamu!
Jangan pernah lupakan kisah Arsen dan Yura.
•
Salam hangat,
Evi Eka Azhari

KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan [TERBIT]
Teen FictionJudul sebelumnya : Siapa Lelaki Itu? ____________________ First Impression yang buruk saat Yura bertemu dengan sosok laki-laki sahabat lamanya yang sejak lama tidak berjumpa, bahkan mereka berdua sudah saling melupakan satu sama lainnya. Siapa sangk...