Part 88

872 32 0
                                    

Arsen tampak berjalan beriringan dengan Toni masuk ke dalam Klinik.

"Lo tau gak Yura dimana?" tanya Arsen pada Toni.

"Mending lo telpon dokter Mahira lah, gue mana tau!" jawab Toni.

Arsen menelpon dokter Mahira mencari tau dimana keberadaannya saat ini. Dokter Mahira pun memberi tau dan kemudian Arsen berjalan cepat menuju ruang bidan meninggalkan Toni.

"Woi, main nyelonong aja!" teriak Toni mengejar Arsen.

Hingga saat ini sampailah mereka di depan ruangan bidan. Arsen menoleh ke belakang seraya berkata, "Lo-- disini aja. Jangan ikutan masuk, Ton!"

Arsen langsung masuk dan menghampiri Yura yang duduk di depan bidan tersebut. Sedangkan dokter Mahira hanya memantau dan menemani keponakannya itu.

Hampir saja Arsen telat. Saat ini Yura baru saja selesai diperiksa dan tinggal menunggu hasil. Jika Arsen telat, sudah dipastikan ia tidak tau hasil pemeriksaan Yura.

"Jadi gimana, Nad?" tanya dokter Mahira yang tak kalah penasaran.

"Yu--Yura.... hamil dan usia kandungannya sudah masuk pada minggu ke-5. Selamat ya," tutur bidan itu.

"Ah, selamat sayang!" seru dokter Mahira memeluk Yura yang masih terpatung.

"Beneran? Secepat itu aku hamil?" tanya Yura yang masih kebingungan.

Sementara Arsen hanya melongo pada pertanyaan Yura. 'Cepat apanya, ini bahkan udah hampir setengah tahun kita menjalankan pernikahan,' batin Arsen.

"Iya, Sayang. Itu beneran, jaga baik-baik ya!" ujar dokter Mahira mengelus puncak kepala Yura yang terlapisi oleh hijab-nya.

Yura mengangguk dan tersenyum, ia menoleh pada Arsen yang belum bereaksi sama sekali.

"Bang!" panggil Yura.

"Iyaa, Sayang. Kita akan menjaga calon anak kita," ucap Arsen seakan tau apa yang ingin Yura katakan.

Yura kembali tersenyum. Sementara Arsen masih saja menyembunyikan kesenangannya. Ya, Arsen memang lebih berbeda dari yang lainnya. Ia tak ingin memperlihatkan kesenangannya di depan umum. Ia lebih menyukai memperlihatkan pada beberapa orang saja terutama pada Yura yang saat ini tengah mengandung buah cinta mereka berdua.

"Sayang, kamu sama Arsen pulang aja langsung. Nanti vitamin dan obat lainnya tante bawain ke rumah," ujar dokter Mahira yang diangguki oleh Yura.

Arsen, Yura dan Toni pergi meninggalkan klinik itu. Mobil dibawa oleh Toni. Sementara Arsen dan Yura dibelakang.

"Jadi, apa hasil pemeriksaannya?" tanya Toni bingung, karena sejak tadi hanya hening dan fokus pada pemikiran masing-masing. Arsen dan Yura tak tampak senang tapi lebih tak tampak juga raut wajah sedih.

"Alhamdulillah-- 5 bulan," ucap Arsen membuat Toni melirik sekilas.

"Alhamdulillah, gue bakal jadi Om. Haha!"

Sesampainya mereka dirumah hanya disambut oleh Zanna. Zanna ternyata sama seperti Toni, ia penasaran bagaimana pemeriksaannya. Karena bukan Arsen dan Yura yang senang melainkan Toni. Arsen dan Yura tampak biasa saja. Berbeda dengan Toni yang lebih memancarkan kebahagiaannya.

"Yang periksa istrinya kak Arsen atau istrinya bang Toni?" tanya Zanna membuat tiga orang yang baru saja turun dari mobil itu keheranan.

"Maksudnya, Zan?" tanya Yura.

"Jadi, gimana hasilnya? Kenapa malah bang Toni senyum-senyum sendiri gitu?" tanya Zanna.

"Alhamdulillah sehat, dan sekarang udah masuk di minggu ke-5. Doain sehat-sehat ya," jawab Yura membuat Zanna berbinar kegirangan.

Yura dan Arsen masuk menuju ruang tamu, Arsen menuntun Yura untuk duduk di sofa. Mereka berdua langsung akan memberi kabar pada kedua orang tuanya. Syukurlah mereka mendapat respon yang baik dari kedua orang tua Arsen begitu juga dengan kedua orang tua Yura.

Yura tampak kembali menelpon seseorang.

1 kali panggilan

2 kali panggilan

3 kali panggilan

4 kali panggilan

"Kemana sih!" Yura kesal dan ia pun membanting ponselnya di sofa tersebut.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang