Part 37

1.3K 53 0
                                    

"Mana Yura dan Aziel? Kenapa kamu di gandeng sama Natasya, Bang?" tanya Mama yang tampak terlihat bingung.

"Yura dan Aziel ada di parkiran, Mama kenapa bisa di sini?" jawab ku seraya kembali bertanya pada Mama.

"Kan Mama sejak semalam di rumah sakit, Bang," jawab Mama yang membuatku teringat akan Daddy yang sedang sakit.

"Oowh ternyata rumah sakit yang sama, kalau gitu Abang pergi aja deh, Ma. Ntar Yura nyariin. Assalamu'alaikum, Ma," ucap ku langsung menyalimi Mama dan melepas paksa tangan Natasya yang masih menggandeng ku.

Sesampainya di parkiran, aku melihat Yura yang tampak sedih. 

"Kamu kenapa?" tanya ku tiba-tiba membuat Yura kelabakan menghapus air mata nya yang sempat akan menetes.

"Kelilipan, Bang," ucap Yura yang ku tau ia sedang berbohong menyembunyikan kesedihannya karena aku bersama dengan Natasya tadi.

"Ayo pulang," ujar ku yang di angguki oleh Yura.

○O○

Saat ini, aku baru saja sampai di rumah, Yura tiba-tiba turun meninggalkan Aziel di mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

Aku langsung menggendong Aziel dan segera menyusul Yura.

"Mbak, tolong Aziel di antar ke kamarnya, ya," ucap ku pada Asisten rumah tangga. Aku pun segera berlari menyusul Yura ke kamar.

"Ra, kamu kenapa? Kok wajah kamu basah gini?" tanya ku.

"Gapapa, Bang. Tadi cuma cuci muka aja," ucap Yura.

"Gak usah bohong, Ra," ucap ku yang membuat Yura kembali meneteskan air matanya.

"Kenapa, Bang? Apa yang membuat kamu berpikir kalau aku bohong?" tanya Yura.

"Kamu cemburu 'kan?" tanya ku.

"Kalau pun aku jawab cemburu, apa kamu bakal berhenti untuk bertemu dengan Natasya? Engga 'kan, Bang," ucap Yura yang membuatku terdiam.

"Kamu diam, Bang, dapat aku simpulkan kalau kamu gak akan bisa berhenti menemui Natasya. Aku gapapa kok, Bang," lanjut ucapan Yura.

"Jangan nangis lagi, Ra," ucap ku menghapus air mata Yura.

#Tring...Tring..Tring

Tiba-tiba ponsel Yura berbunyi dan Yura memberikannya padaku.

"Kenapa gak kamu aja?" tanya ku.

"Kamu aja bang soalnya Mama yang telpon," ujar Yura memberikan ponselnya pada ku dan berlalu pergi ke kamar mandi.

Aku langsung mengangkat telpon dari Mama.

-Dalam Panggilan-

"Yura, kamu baik-baik aja, Nak?" tanya Mama.

"Ini Abang, Ma," jawab ku.

"Yura mana, Bang? Apa dia baik-baik aja?" tanya Mama.

"Yura ke kamar mandi, Ma, karena dia barusan nangis," ucap ku.

"Kamu keterlaluan, Bang. Gak bisa sedikit pun jaga perasaan istri kamu, Mama kecewa sama kamu," ujar Mama ku langsung mematikan telponnya.

Aku langsung duduk di kasur menunggu Yura keluar dari kamar mandi, "Kenapa tadi Mama telpon, Bang?" tanya Yura.

"Ra, Aku minta maaf," ucap ku menarik tangan Yura duduk di sebelah ku.

"Kenapa?" tanya Yura.

"Ma-Maaf aku gak bisa jaga perasaan kamu," ucap ku.

"Iyaa, gapapa kok," ucap Yura sambil tersenyum dengan mata sembabnya.

"Abang, kenapa Mama tadi telpon?" tanya Yura.

"Nanyain kamu, memastikan kalau kamu baik-baik aja," jawab ku.

"Lahh, emang kenapa?" tanya Yura.

"Tadi Mama lihat aku di rumah sakit saat Natasya masih menggandeng tangan ku," ujar ku menjelaskan pada Yura, Istriku. 

"Kok bisa?" tanya Yura yang tampak terkejut.

"Mama 'kan sejak semalam memang ada di rumah sakit, Ra" ucap ku.

"Oh iya, tadi apa kata Mama, Bang?" tanya Yura.

"Mama kecewa sama aku," jawab ku.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang