Part 4

2.9K 116 3
                                    

"Ah! Kalau gitu, Abang mau ke kamar aja deh." Arsen masih tampak bingung pamit pada Mama menuju kamar dengan pikirannya masih mengingat-ingat siapa saja teman masa kecilnya.

Sesampainya di kamar, ntah kenapa Arsen terbayang sosok wanita yang tak sengaja menabraknya tadi.

'Argh! Lebih baik aku nonton tv aja deh di kamar Aziel. Lumayan bisa main sama Aziel juga,' batin Arsen.

Saat sampai di depan pintu kamar Aziel, Arsen mendengar Mamanya sedang bicara dengan seseorang.

"Mama ngomong sama siapa? Ah! Mungkin sama Aziel, masuk aja deh!" Perlahan Arsen membuka pintu kamar Aziel dan ternyata ada sosok gadis yang menghantuinya di kamar tadi.

'Aelah, ini kenapa dah. Tadi di kamarku bayangannya, di kamar Aziel malah wujud nyatanya!' gerutuku dalam hati

Tanpa disadari oleh Arsen, Mama Siska melihat putra sulungnya bengong di depan pintu kamar Aziel, "Abang, kenapa bengong?" tanya mama Siska menatap heran pada putranya itu.

"Em, itu... anu... tadi abang mau nemenin Mama disini ternyata mama udah ada temen. Kalau gitu abang balik ke kamar aja deh," Arsen mencuri pandang pada gadis yang duduk dengan Mamanya.

'Apa benar dia temanku?' batin Arsen, mata Arsen tetap melirik wanita yang sedang sibuk bermain dengan Aziel.

"Heh! Bang, mama di sini. Kenapa lihatnya ke Yura?" tanya Mama seraya mengulum senyumnya.

Aku bingung saat ketahuan melirik gadis itu, Mama selalu saja kalau ngomong gak di saring dulu, 'kan jadi malu aku.

"Em, anu... apa tadi? Eh, enggak Ma. Abang aja liat yu-- eh Aziel."

"Abang klo ngomong sama kayak ngetik pesan ya, suka typo. Lagian kalau typo pun beda jauh lho, Bang! Coba deh, dari 'Yu' ke 'Aziel'. Haha anak muda, ada ada aja!" Arsen tampak malu langsung menutup pintu kamar dan berlalu pergi.

"Aelah anak tante, pakai malu-malu kambing dia. Tante susul Arsen dulu ya, Nak." Tante Siska melangkah pergi meninggalkan Yura dengan Aziel di kamar.

Mama Siska melihat anak sulungnya bengong di tangga pun membuatnya semakin yakin kalau anaknya itu salah tingkah saat berada dekat dengan Yura.

"Merajuk ya kamu, Bang?" tanya mama Siska membuat Arsen kaget.

"Ma, Aziel kok di tinggal sih?" Arsen kaget saat Mamanya ada di tangga, ia langsung berjalan turun menuju meja makan. 

"Anakku sayang, kamu kenapa blank gitu? 'Kan Aziel tadi ada Yura yang nemani."

"Oh, iya!" Arsen mengambil makanannya, namun ia sedikit bingung akan kehadiran Yura tiba-tiba di rumah ini. 

"Ma, sebenernya si yura yura itu, siapa sih, Ma?" Arsen yang bingung langsung bertanya pada mama Siska.

"Ma, abang ngomong kok mama kacangin sih?"

"Ma, Astagfirullah! Ternyata dari tadi aku ngomong sendiri. Mama kemana, hadeh!" Arsen gak sadar kalau Mama Siska meninggalkannya karena Arsen tetap memikirkan sosok Yura.

"Dolll, Abang!" Aziel mengagetkan abangnya dengan khas cedal anak kecil.

"Hai, Aziel. Mama mana?" Arsen yang masih bingung dengan hilangnya Mama Siska secara tiba-tiba. 

"Mama cama kaka yula bang," jawab Aziel.

"Kenapa cari mama?" sambar mama yang tiba-tiba muncul di depanku.

"Ma, tadi mama ninggalin abang sendirian. Abang ngomong sendiri, mama kema---."

#Ting..Tong.. (anggap saja bel rumah)

Suara bel membuatku berhenti protes pada mama, aku berdiri ingin membukakan pintu dan tiba-tiba....

"Sudah, biar Yura aja!" ucap wanita itu lembut, aku pun kembali duduk dan menyantap makanan ku.

"KAK YULAA, ZIEL IKUT KAK YULA!" teriak Aziel dengan cedal seraya berlari menghampiri Yura.

"Assalamu'alaikum," Ucap papa sambil menggendong Aziel diikuti wanita itu di belakang papa.

"Wa'alaikumussalam, Pa," ucap ku bersamaan dengan Mama.

"Tumben pulang cepat, Pa?" Kata Mama yang mengintrogasi Papa ketika pulang kerja.

"Mama nih, ya. Papa pulang cepet ditanya pulang lama diomelin, gimana maunya coba mama kamu ini, bang?" tanya papa padaku.

"Iya nih, Pa. Hahaha, Mama gimana sih!" ucapku sambil tertawa

"Papa tau gak, Mama tadi tiba-tiba hilang kaya makhluk tak kasat mata," ucapku sambil melirik papa.

"Tak kasat mata? Maksud kamu mama hantu, Bang?" tanya papa padaku.

"100 buat papa!" jawabku dengan santainya.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang