II

59.3K 3.6K 29
                                    

Alin bersama kedua sahabatnya yang bernama Devi dan Ulfa sedang menikmati makan siang bersama. Alin memesan satu porsi nasi rawon Pakde Jono sedangkan kedua sahabatnya membeli nasi padang Uda Erik.

"Nggak makan berapa hari sih Lin? Sampai nggak nafas gitu makannya," Ucap Ulfa saat melihat Alin yang makan seperti orang yang sangat kelaparan. Alin memilih abai. Ia tidak mau menanggapi ucapan Ulfa.

"Bener-bener nih anak. Kayaknya seminggu ini dia nggak pernah makan deh Dev. Liat aja makannya, udah kayak kuli panggul gitu. Lahap bener."

"Bener banget. Apa karena sibuk nyuapin Marsya+ Bapaknya ya makanya sampai lupa makan. Hahaha."

Kali ini Alin terusik. Ia menghentikan suapannya dan memandang tajam pada Devi dan Ulfa yang sedang menertawakannya.

"Gue kangen banget sama makanan ini. Kalian tahu kan ini makanan favorit gue. Udah seminggu ini gue cuma makan roti,nasi goreng, steak, seafood, spaghetti. Bosen tau nggak." Alin mengeluarkan keluh kesahnya.

"Baru kali ini orang dikasih makanan enak malah ngeluh bosen," Celetuk Devi.

"Ya kalau sekali dua kali nggak papa sih. Lha ini semingguan gue makan makanan kayak gitu terus.Pagi, siang, malam terus-terusan makan kayak gitu. Perut gue nggak kenyang kalau makan begituan terus." Alin menggerutu.

Seminggu menjadi pengasuh Marsya membuat Alin ikut memakan apa yang anak itu makan. Setiap harinya menu yang disajikan memang berbeda tapi bahan yang diolah sama saja. Menurut Alin, hanya berbeda bumbunya saja.

"Eh bentar deh.Tadi Lo bilang apa? Pagi, siang, malam? Emangnya Marsya bareng sama lo dari pagi sampek malam? Di rumahnya, memang nggak ada yang jaga dia? "

"Asisten rumah tangganya sih banyak, tapi nggak ada satupun dari mereka yang di percaya sama Pak Arya buat jaga anaknya."

"Kenapa?" Tanya Devi. Alin menghendikkan bahunya tanda bahwa ia tidak tahu.

"Enmk... Memangnya Pak Arya nggak punya pengasuh buat jaga anaknya?" Tanya Ulfa.

"Nggak ada uang kali buat gaji pengasuh," Celetuk Devi yang langsung mendapatkan lemparan tisu dari Ulfa.

"Enteng bener mulut elo! Pak Arya gaji karyawan yang seabrek aja bisa, yakali gaji satu orang buat jaga anaknya nggak bisa!" Sungut Ulfa.

"Kan gue nggak tahu!"

"Ya udah diem!" Ucap Devi dengan nada sewot. Devi kemudian menatap Alin untuk minta jawaban.

"Pengasuhnya cuti. Makanya gue disuruh jagain Marsya," Jawab Alin.

"Jadi tugas elo sekarang ini jagain Marsya dari pagi sampek malam?" Alin mengangguk.

"Setiap hari kayak gitu?" Alin lagi-lagi mengangguk.

"Elo tinggal di sana juga?" Alin hendak mengangguk tapi saat sadar dengan pertanyaan Devi ia melotot.

"Nggak!" Alin langsung menggeleng.

"Gue nggak tinggal di sana. Gila aja gue kalau sampek berani tinggal di sana!"

"Ohh kirain. Soalnya elo dari tadi manggut-manggut doang sih."

Selesai makan siang, Alin langsung kembali ke ruangannya. Beberapa berkas sudah mengantri di atas mejanya. Ia harus segera menyelesaikannya agar tidak lembur.
Beberapa menit berlalu terdengar ada yang mengetuk pintu. Alin mempersilahkan orang yang berada di luar itu untuk masuk.
Ternyata itu adalah Rio dengan menggendong Marsya. Rupanya anak itu sudah bangun.

Marsya mengulurkan tangannya pada Alin. Alin dengan sigap mengambil bocah kecil itu lalu memberikan satu kecupan di pipinya.

"Kok bisa sama kamu yo?"

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang