XXXVIII

19.6K 1.3K 25
                                    

Hai guy's 🙋
Selamat malam...
Langsung cuss baca yuk... 500 pembaca bakalan update lagi....
Jadi...ajakin teman-teman, adik-kakak, keluarga dan semua kenalan yang punya wattpad buat baca. Ya udah deh gitu aja
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Jadi yang di bilang Mas Arya itu bener?"
Alin tidak perlu basa-basi lagi dengan Raka. Ia sengaja menarik Abangnya ke belakang rumah untuk ia interogasi.

Bukannya menjawab, Raka malah mesam-mesem tidak jelas.

"Fasih banget nyebut Mas-nya. Kenapa nggak panggil Abang aja kayak yang dulu? Sengaja dibedain ya,biar nggak ketukar." Ledek Raka.

"Aku lagi nggak mau bercanda! Sekarang jawab aja pertanyaan aku, bener apa enggak?"

Walaupun Alin sudah bertanya dengan serius, Lagi-lagi Raka menanggapinya dengan candaan.

"Mau tau banget, apa mau tau aja?" Alin jadi geregetan dengan abangnya. Jika tidak memikirkan dosa, sudah di timpuk pakai sendal lelaki di depannya ini.

"Bang seriusan ih!"

"Hehehe oke oke. Abang bakal jawab. Tapi Abang mau tanya dulu, kenapa kamu pengen tau?"

"Ya pengen tau aja. Kenapa sih? Emangnya nggak boleh?"

"Enggak! Kamu kan udah nerima Arya, kenapa masih memikirkan apa yang Arya bilang."

"Aku cuma pengen tau. Bener apa enggak? Udah itu aja kok. Beneran deh!"

"Apa yang di bilang Arya memang benar. Vito emang melamar kamu hari itu. Dia ngomong langsung ke Abang. Abang nggak punya wewenang untuk nerima atau menolaknya. Makanya Abang minta dia ngomong langsung sama kamu. Eh nggak taunya dia kalah start."

"Gimana nggak kalah. Situ kan berpihak ke sebelah." Sinis Alin. Mendengar perkataan Raka, seolah-olah Abangnya itu tidak ikut campur dibalik apa yang sudah terjadi. Seperti menyalahkan takdir.

"Hahaha bukannya memihak tapi menurut Abang, Arya emang lebih cocok sama kamu."

Alin menatap Raka dengan menyelidik. "Bukan karena Mas Arya lebih kaya kan?"

Raka langsung meraup wajah Alin. "Sembarangan! Kamu pikir Abangmu ini matre. Abang cuma lagi ngelindungin kamu dari budaya macam Vito. Asal kamu tahu, selain dekat dengan kamu, dia juga lagi ngedeketin adik temen Abang waktu di SMA. Kamu tahu Dian, adiknya Tio?"
Alin mengangguk. Dia kenal dengan nama perempuan yang disebutkan Abangnya.

"Vito lagi ngedeketin Dian juga. Malah lebih dulu ngedeketin Dian ketimbang kamu."

Alin menatap Arya tidak percaya. "Ini bener?"

"Iya. Abang tahu tak ini dari teman Abang langsung waktu kemarin kita ketemu."

"Kalau emang dia lagi ngedeketin Dian juga, kenapa dia malah ngelamar aku? Bukan Dian aja?"

"Karena Dian lagi fokus menyelesaikan pendidikannya. Kamu tahu kan, dia belum lulus. Padahal, kamu dan dia satu letting."

"Ya ampun jadi aku cuma di jadiin cadangan?" Raka mengangkat bahunya.
"Bersyukur banget aku di jauhin dari budaya macam dia. Terima kasih Abangku yang ganteng." Alin mengedipkan matanya berkali-kali.

"Oke sama-sama adikku yang nggak cantik-cantik banget." Alin melirik abangnya dengan tajam.

"Abang kasih dua jempol deh buat Arya. Dia menyiapkan rencana lamaran itu dalam satu malam. Dadakan banget kan, kayak mars penjual tahu bulat."

"Tapi gara-gara Mas Arya ngelamar aku kemaren, aku jadi harus beliin tas buat Ayu. Mana dia minta yang branded dan harganya mahal banget."

"Halah yang beliin Arya kan? Bukan kamu?"
Alin cengengesan karena apa yang di katakan Raka benar adanya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang