XX

28.3K 1.8K 3
                                    

"Permisi Pak. Ini sudah jam istirahat. Bapak ingin dipesankan apa untuk makan siang?" Selama di kantor, Alin akan bertindak layaknya sekretaris pada umumnya. Walaupun ia dan Arya sedang dalam masa pendekatan, Alin akan tetap bersikap profesional ketika berada dalam lingkup bekerja.

Arya mengalihkan pandangannya dari komputer yang di depannya. Ia melihat jam tangan dengan merk terkenal yang melingkar di tangannya.

"Oh iya. Sudah jam makan siang rupanya. Saya sampai lupa. Hehehe." Ucap Arya sambil terkekeh.
Ini pertama kalinya Arya tertawa dan menjawab perkataan Alin saat gadis itu mengingatkannya jam istirahat. Biasanya lelaki itu hanya akan merespon dengan hmm atau mengangguk saja.

"Jadi Bapak ingin dipesankan apa untuk makan siang ini? Mau menu di kantin atau pesan dari luar?"

"Tidak usah dipesankan.Kamu makan siang di mana?" Arya malah bertanya pada Alin.

"Saya?" Alin menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kamu. Kamu makan siang di mana? Apa kamu berniat tidak makan siang?" Arya bertanya sekali lagi.

"Makan siang lah Pak. Saya juga butuh makan."

"Lalu kamu makan siang di mana?"

"Saya makan siang di kantin Pak."

Arya manggut-manggut.

"Meeting dengan para staff akan diadakan sore nanti?"

"Iya Pak. Sesuai jadwal yang sudah ditentukan."

"Baiklah." Arya berdiri, ia menggulung lengan kemejanya sampai ke siku.

Alin gemas melihat Arya menggulung lengan kemejanya dengan asal-asalan. Alin menggelengkan kepala. Hasilnya benar-benar berantakan.
Ia berjalan mendekati Arya. Tanpa diminta, gadis itu berinisiatif membantu bosnya.

"Sebentar Pak." Arya menatap Alin yang membuka gulungan lengan kemejanya.

Alin berdecak karena kemeja Arya terlihat kusut. "Jadi kusut kan!"

"Bapak kalau nggak bisa gulung lengan kemeja sendiri, bilang saya kan bisa. Minta tolong apa susahnya sih!" Gerutu Alin.
Arya terkekeh. Ia paling senang jika melihat gadis di depannya ini mengomel.

"Gulung lengan kemeja kenapa sampai lecek gini? Gimana sih Bapak Huhhh." Gemas Alin.

"Biasanya Bapak bisa rapi. Kenapa sekarang nggak bisa? Modus ya? Biar saya bantu ya?" Tuduh Alin.

"Enggak! Enggak!" Kepala Arya menggeleng dengan cepat. Alin menatap lelaki itu menyelidik.

Arya menggaruk tengkuknya.
"Sebenarnya saya tidak pernah menggulung lengan kemeja sendiri. Biasanya Rio yang membantu saya."

Alin melotot mendengar pernyataan Arya.

"Yang bener Pak?" Gadis itu merasa tak percaya dengan apa yang sudah ia dengar.

Arya meringis dan mengangguk.
"Iya."

Setelah tugasnya selesai, Alin pamit untuk makan siang di kantin. Waktu istirahat tidak banyak, makanya ia harus cepat-cepat. Alin juga sudah ditunggu oleh kedua sahabatnya di kantin. Pasti mereka akan mengomel jika menunggu Alin kelamaan.

"Pak, saya pamit mau ke kantin dulu."

"Saya ikut."

"Hah.... Apa Pak?"

"Saya ikut kamu ke kantin. Saya juga ingin makan siang."

"Eh Bapak mau ikut ke kantin? Mau ngapain?" Ini adalah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Alin. Padahal jelas-jelas Arya sudah mengatakan bahwa ia ingin makan siang.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang