LXX

30.5K 1.1K 15
                                    

Inilah yang Alin tunggu selama ini. Saat-saat di mana seluruh anggota keluarganya berkumpul dan ikut merasakan kebahagiannya.
Hari ini, Alin dan Arya baru saja mengadakan acara akikah untuk anak keduanya.
Bayi laki-laki yang bernama Arjuna Harsa Kalindra itu menjadi rebutan orang-orang di sekitarnya. Mereka berebut ingin menggendong Arjun namun di gagalkan oleh kakaknya, Marsya.
Marsya tidak suka adiknya digendong orang lain, walaupun itu sanak saudaranya sendiri. Hanya Mami dan kedua Neneknya yang ia perbolehkan untuk menggendong Arjun. Arya juga dilarang menggendong Arjun karena setiap kali Arya menggendong Arjun, anak itu pasti menangis.
Alin sempat kasihan pada Arya karena suaminya begitu sulit untuk menggendong sang putra. Padahal Alin tahu bahwa Arya ingin sekali menggendong Arjun.
Arya pernah bertanya pada Mamanya, kenapa Arjun selalu menangis saat ia gendong. Mama Arya justru menjawab, "Mungkin Arjun tahu kalau kamu pernah menyia-nyiakan dia waktu di kandungan Maminya. Makanya dia jadi nggak suka sama kamu."

Arya tidak marah mendengar perkataan Mamanya. Ia justru membenarkan karena apa yang ia lakukan pada Alin saat tengah mengandung dulu, cukup menyakitkan.
Arya tidak mau diam saja. Ia berusaha mengambil hati Arjun dengan terus berada didekat sang anak. Walaupun ia belum berani menggendong Arjun karena anak itu menangis tapi Arya berjanji membuat Arjun nyaman didekatnya. Ia selalu membantu Alin untuk menyiapkan segala keperluan Arjun. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Pertama kalinya Arya mau menggendong Arjun saat Alin sedang pergi ke kamar mandi. Arjun yang tiba-tiba menangis membuat Arya bingung. Istrinya baru saja ke kamar mandi dan mungkin akan membutuhkan waktu beberapa menit di dalam sana. Arya memberanikan diri untuk menggendong Arjun. Arya menepuk-nepuk pantat Arjun dengan pelan. Tak lama tangis Arjun berhenti dan justru ganti Arya yang menangis. Ia menangis bahagiakan karena bisa menggendong putranya.

Kembali ke cerita👇👇

Selesai acara para keluarga memilih untuk tidak langsung pulang. Mereka duduk-duduk sambil mengobrol santai. Arjun tidur tenang dan tidak merasa terusik walaupun banyak suara-suara di sekitarnya.

"Ganteng banget Arjun. Nggak nyangka Mbak Alin punya anak seganteng ini," Ucap Ayu sambil terus memandangi Arjun.

"Ya wajar dong!!Maminya aja cantik, Papinya juga ganteng. Anaknya pasti ganteng lah." Alin membanggakan diri sendiri.

"Ayu nggak setuju dengan yang  mbak bilang."
Kening Alin mengernyit mendengar penuturan Ayu.

"Kenapa?"

"Ayu setuju kalau Mbak bilang Papinya Arjun ganteng tapi kalau soal Maminya yang cantik_". Ayu tidak melanjutkan ucapannya. Ia melirik Alin dengan ujung matanya. Terlihat wajah Alin yang cemberut.

"Ayu setuju banget!" Lanjut Ayu. "Udah jadi mami anak dua masih aja suka pundungan. Becanda kali Mbak."
Ayu menoel-noel dagu Alin yang terasa empuk karena kondisi badan kakak sepupunya itu belum kembali seperti semula.

"Lagipula kalau Mbak nggak cantik, Bang Arya nggak akan menjadikan Mbak Alin istrinya."

Alin tersenyum dan mengangkat dia jadi jempolnya.
"Oh iya. Rencananya kamu mau kerja di mana?" Tanya Alin pada Ayu.
Ayu sudah lulus kuliah. Belum lama, baru beneran minggu yang lalu. Setelah selesai magang, Ayu fokus untuk merampungkan kuliahnya.

"Ayu nggak lanjut kerja deh mbak kayaknya. Ayu mau nikah aja." Cicit Ayu.

"Hah!" Alin langsung membekap mulutnya dan memenangkan sang anak yang menggeliat karena mendengar suara kerasnya.

"Alin kenapa? Arjun pup?" Tanya Ibu Alin. Alin selalu meminta bantuan Ibunya saat Arjun buang air besar.

"Nggak Bu. Arjun masih tidur."

"Ohh ya sudah." Ibu Alin kembali bergabung dengan besannya.

"Kamu mau nikah sama siapa? Emang ada yang mau sama kamu?" Alin terkikik di akhir kalimatnya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang