XLI

19.6K 1.4K 12
                                    

Telinga Alin rasanya sudah sangat panas. Matanya sudah mulai redup menatap kamera HP yang ada di depannya.

"Mas, udah dulu ya. Aku mau tidur." Ucap Alin lelah.

"Tapi Mas masih kangen kamu," Ucap Arya manja.

"Ya ampun Mas. Belum juga 24 jam kamu ada di sana. Masa iya udah kangen."
Alin heran Arya belajar menggombal darimana sih. Tadi pagi mereka masih bertemu dan sekarang lelaki itu mengatakan kangen padanya. Belum juga 24 jam mereka berpisah.

"Mau gimana lagi? Rasa kangen ini nggak bisa Mas tahan sayang."

"Mas nggak usah lebay deh! Geli aku dengernya." Alin mengatakannya dengan mata yang terkantuk-kantuk.

"Kamu kok tega banget sih sayang ngomong gitu sama aku." Arya merajuk seperti anak kecil.

"Udah dulu deh Mas. Aku ngantuk banget nih. Besok aku telpon lagi."

"Bener ya?"

"Iya."

"Ya udah matiin gih tapi sebelum itu Mas mau lihat_,"
Belun sempat Arya menyelesaikan ucapannya, Alin langsung mematikan sambungan telepon. Bodo amat jika Arya akan marah. Besok tinggal ia rayu, Arya pasti akan langsung memaafkannya.
Sekarang Alin hanya butuh tidur karena ia kelelahan menemani Marsya bermain di rumahnya.

... ... ...

Senang dan lega itulah yang dirasakan Alin saat ini. Ia bisa bekerja dengan leluasa tanpa gangguan lelaki itu. Ia tidak perlu bolak-balik pergi ke ruangan Arya hanya untuk mengurusi hal sepele yang di perintahnya bosnya.

Menjelang hari pernikahannya, Alin masih bekerja seperti biasa. Untuk keperluan pernikahan, Alin tidak ikut campur. Ia menyerahkan semuanya pada keluarga dan wedding organizer yang di tunjuk oleh Arya untuk mengurusi pernikahan mereka. Ia pasrah saja mau bagaimana konsep pernikahannya . Sejujurnya Alin sendiri tidak ada bayangan tentang konsep pernikahannya seperti apa. Maka dari itu, ia pasrahkan semuanya pada orang kepercayaan Arya. Alin yakin Arya tidak akan mengecewakannya. Malahan lelaki itu dipastikan akan memberikan pernikahan yang tidak akan pernah Alin lupakan.

Di kantor, Alin semakin terkenal saja. Semua orang di kantor mengenalnya sebagai Bu presdir. Mereka yang bertemu Alin, pasti akan menundukkan kepalanya. Alin yang tidak biasa mendapatkan perilaku seperti itu merasa risih. Makanya ia jarang keluar. Saat makan siang pun, Alin memilih makan di ruangannya saja.

Alin menatap makanan yang ada di atas mejanya dengan malas. Bukan karena makanan nya tidak enak. Sajian ini begitu menggiurkan tapi entah kenapa Alin tidak selera.
Alin meng otak-atik HP-nya. Tumben Arya belum menghubungi. Biasanya setengah jam sebelum makan siang, lelaki itu selalu menelpon dan bertanya apakah Alin sudah makan siang atau belum?

📱📱

Baru Alin memikirkan Arya, nama laki-laki itu sudah terpampang jelas di layar ponselnya. Ini yang dinamakan pucuk dicintai ulam pun tiba. Alin segera menggeser gagang telepon berwarna hijau yang langsung memperlihatkan wajah Arya.

"Lagi apa sayang?" Ucap Arya setelah mengucapkan salam dan langsung dijawab oleh Alin.

"Lagi mau makan siang. Mas udah makan?" Tanya Alin balik.

"Udah. Makanya Mas telat telepon kamu. Tadi di ajakin sama temen."

"Teman apa teman?" Goda Alin. Alih tidak berniat menginterogasi Arya dengan bertanya demikian. Ia tahu, Arya pasti jujur jika ia bertanya.

"Beneran temen sayang. Nih kalau nggak percaya." Dengan memencet kamera belakang Alin dengan jelas melihat seorang laki-laki tengah memainkan ponselnya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang