Masih mengingat kejadian kemarin, Devi terus saja memuji Arya. Barang yang Arya belikan bahkan sudah di pakai oleh gadis itu.
"Gimana? Bagus enggak?"
"Bagus." Ini sudah jawaban kesekian kalinya yang di berikan Alin dan Ulfa saat Devi bertanya mengenai baju yang dipakainya. Telinga mereka rasanya sampai panas mendengar pertanyaan yang sama setiap menitnya.
Devi masih terus berputar-putar di depan kedua sahabatnya. Tingkahnya memang seperti anak kecil dan itu cukup untuk menghibur Alin dan Ulfa di kala jenuh."Dev,duduk sih. Nggak malu apa di liatin banyak orang."
Saat ini jam istirahat dan mereka sedang berada di kantin.
"Hehehe oke oke." Devi langsung duduk di kursi sebelah Alin. Makanan yang memang susah tersaji di hadapan nya langsung ia santap saja.
Baru akan menyuap, ponsel alin bergetar. Alin segera mengambil dari saku blazer nya. Ternyata yang menelpon adalah Arya.
"Iya halo Pak,"
" Kamu ke ruangan saya sekarang. Marsya sudah bangun dan mencari kamu." Ucap Arya to the point.
"Baik Pak."
Alin memasukan ponselnya setelah sambungan telepon nya terputus.
"Guys, gue balik ke ruangan dulu ya."
"Oke."
"Titip bayarin. Nanti gue ganti."
"Iya."
Alin menuju ruangan Arya. Saat akan naik lift ka berteman dengan Rio. Keduanya memiliki tujuan yang sama.
"Gimana kuliah kamu Yo?"
"Alhamdulillah baik mbak. Lancar juga."
"Kamu nggak capek, kerja sambil kuliah gini?"
"Hehehe kalau kata Bapak, buat sukses nggak ada kata capek Mbak."
Alin tersenyum mendengar jawaban Rio. Jawaban yang tidak pernah Alin sangka akan keluar dari mulut lelaki itu.
Rio memang masih berkuliah. Arya pun mengizinkan. Sabtu dan minggu adalah waktu Rio berada di kampus sedang kan hari-hari lainnya ia habiskan dengan menjaga Marsya.Alin pernah bertanya, apakah ia tidak malu dengan pekerjaan sampingan yang ia kerjakan? Tapi lagi-lagi jawaban Rio saat itu membuat Alin terperangah.
"Malu nggak akan bikin sukses Mbak."Keduanya sudah sampai di depan ruangan Arya dan langsung masuk karena pintu sudah terbuka.
"Itu Tante Alin udah dateng." Mata Marsya langsung berbinar melihat kedatangan Alin bersama Rio.
"Hai. Ayo Marsya sini sama Tante."
"Kalian bisa makan lebih dulu, nanti saya menyusul."
" Em...Bapak belum makan?"
"Belum. Saya ingin makan bareng Marsya dan kamu."
"Ha!"
"Cepat suapi anak saya! Saya mau berbicara dengan Rio dulu." Arya kembali memerintah. Sungguh ia malu karena berbicara ingin makan dengan Alin.
"Baik Pak."
Alin mengajak Marsya untuk makan siang terlebih dulu sesuai dengan perintah Arya. Dengan telaten ia menyuapi Marsya yang makan dengan malas-malasan. Tumben. Biasanya Marsya selalu makan dengan lahap. Kenapa hari ini tidak?
"Kamu juga makan. Jangan cuma menyuapi Marsya."
"Saya tadi sudah makan di kantin Pak."
"Benar?" Alin mengangguk. Ia memang sudah makan tadi di kantin walau hanya beberapa sendok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jobs
RomanceAlina Pramesti, seorang sekretaris yang merangkap sebagai baby sitter untuk anak dari bosnya. Alin yang memang menyukai anak kecil tentu senang saat bosnya meminta untuk menjaga anaknya karena pengasuh sang anak sedang izin. Alin harus melakukan pek...