XLV

19.7K 1.4K 27
                                    

Hai... 🙋
Baru uplod nih. Sorry gaes telat...
Langsung cusa baca aja yuk
Jangan lupa tinggalin vote dan komen nya ya😃
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Agnes, Bianca dan Catty. Benar itu nama kalian?" Ketiga gadis itu mengangguk.

"Kalian tahu alasan saya memanggil kalian ke sini?"
Ketiga gadis yang berdiri kaku dihadapan Arya saling menoleh satu sama lain.

"Ti_tidak Pak." Salah satu perempuan menjawab pertanyaan Arya. Dia bernama Agnes. Suara serak ini adalah suara yang paling lantang dalam rekaman itu.

"Kalian tidak merasa berbuat kesalahan?"

"Ti_tidak Pak." Jawab Agnes lagi.

"Kalian berdua juga tidak merasa melakukan kesalahan?" Tanya Arya pada dua perempuan lainnya. Mereka hanya menggeleng.

"Setelah apa yang kalian lakukan, kalian masih merasa tidak melakukan apa-apa? Merasa tidak melakukan kesalahan apapun? Selain bermuka dua, kalian juga pandai berpura-pura rupanya."

"Saya paling tidak suka orang yang saya suka,orang yang saya cintai, menangis bahkan sampai membuat dia sakit. Kalian tahu apa yang akan saya lakukan jika hal itu terjadi?" Ketiga perempuan itu tidak menjawab, mereka hanya menunduk ketakutan.

"Saya tidak akan segan-segan membuat hidup mereka hancur!!"

Brak...

Arya menggebrak meja, membuat mereka kaget.
Arya melihat ketiganya dengan tatapan meremehkan.

"Kalian siapa? Berani-beraninya menuduh Alin yang tidak-tidak! Begitu mudahnya mulut kalian mengatakan kata-kata sampah itu pada calon istri saya! Kalian punya bukti atas tuduhan kalian itu?"
Mereka bertiga tidak bersuara. Jelas saja. Mereka tidak mempunyai bukti. Apa yang mereka ucapkan hanyalah bualan semata. Rasa iri dan dengki yang membuat mereka bisa memikirkan dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk di akal.

"Jawab!! Jangan diam saja. Mulut kalian masih berfungsi kan? Katakan dan jawab pertanyaan saya dengan lantang!!"
Arya menggebrak meja sekali lagi. Kali ini gebrakannya cukup keras hingga membuat gelas yang berada di atasnya bergetar.

"Maaf Pak. Saya tidak akan mengakui sesuatu yang tidak saya perbuat. Bapak jangan menuduh saya sembarangan!"
Arya menyeringai, menatap seorang perempuan yang paling berani di antara yang lain.
Agnes, perempuan itu adalah target utamanya.
Rupanya perempuan ini cukup pintar dalam mencari alasan. Ia harus lebih banyak bersabar agar perempuan membuka mulut dengan sendirinya.
Jika pelakunya adalah laki-laki, Arya tidak segan memberikan pukulan agar mau mengakui kesalahannya. Ia tidak perlu bertele-tele seperti ini.

"Anda belum ingin mengaku rupanya. Masih ingin mengelak dengan segala alibi yang anda miliki?"

"Bukannya saya mengelak tapi saya memang tidak melakukan itu. Ini termasuk pencemaran nama baik Pak."

"Pencemaran nama baik katamu? Bukannya kamu yang sudah mencemarkan nama baik Alin?"

"Bapak tidak boleh menuduh saya jika tidak ada bukti."

"Bukti? Saya memiliki buktinya. Kamu mau lihat?"

Raut wajah Agnes mulai terlihat gusar. "Bu_bukti?"

"Iya. Kamu merasa takut dengan apa yang saya katakan?"

"Ti_tidak. Buktikan jika memang Bapak mempunyai bukti itu!"

Prank....

Arya membanting gelas di depannya. Perempuan ini sudah membuang-buang waktunya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang