VI

40.3K 2.8K 9
                                    

"Pak ini beneran? Ini bener-bener buat saya? Bukannya tadi Bapak meminta saya mencarikan gaun untuk pernikahan Bapak?"

Arya langsung menoleh pada Alin yang duduk di sampingnya.

"Menikah? Kapan saya bilang. Lagipula kalau saya menikah, saya tidak akan menggunakan gaun."
Alin berdecak sebal.

"Maksud saya gaun buat calon istri Bapak."

"Saya belum ada calon istri. Jadi buat apa nyari gaun?"

"Terus Bapak bawa saya ke sana dan nyuruh saya nyari gaun buat siapa?" Arya mengangkat kedua bahunya.

"Pak saya beneran loh ini."

"Ya saya juga beneran. Memang saya terlihat seperti pembohong?"

"Bukan terlihat tapi nyatanya Bapak memang pembohong!" Seru Alin dalam hati.

Saat ini Alin benar-benar merasa bimbang. Ia bingung, apakah ia harus merasa senang atau sedih. Pasalnya gaun yang ia inginkan kini ada di atas pangkuannya. Hal yang membuat Alin bingung adalah alasan Arya membelikannya gaun ini? Bukankah tadi bosnya itu hanya meminta bantuan untuk dipilihkan yang bagus.Lalu kenapa setelah Alin berhasil menemukan yang bagus justru gaun itu diberikan untuk Alin?

Alin ingat ucapan Arya saat laki-laki itu selesai membayar, " Selera kamu boleh juga. Mahal dan berkelas."

Selama dalam mobil, Alin hanya duduk diam. Diamnya Alin sambil memikirkan sesuatu. Bagaimana jika nanti Arya meminta ganti rugi? Apakah Ain harus menggantinya?Uang dari mana?Harga gaun ini sangat mahal.Setara dengan gaji yang Alin dapatkan selama tiga tahun.

Sampai mobil memasuki pekarangan rumahnya, Alin masih diam. "Kamu tidak mau turun? Atau mau ikut kami lagi."

Alin melihat sekeliling nya.

"Lho... Sudah sampai pak?"

"Menurut mu?"

" Hehe maaf Pak. Saya nggak fokus ."

"Apa yang membuat kamu tidak fokus? " Alin tidak menjawab. Tangannya menepuk paper bag yang ada dipangkuannya.

"Kenapa? Kamu nggak suka? "

" Suka. Ini kan saya yang milih. Tapi_,"

"Nggak ada kata tapi."

"Ini Bapak yang  beli. Kenapa di kasih ke saya?"

"Karena kamu suka."

" Ya tapi kan_".

Uhhhh

Marsya menggeliat. Anak itu mungkin terganggu dengan pembicaraan Papinya dan Alin.

"Sudah. Cepat keluar. Abangmu sudah sudah menunggu."

"Kok Bapak tahu kalau itu Abang saya?"

"Nebak aja."

"Ish."

"Udah cepet keluar.Abangmu sejak tadi sudah melihat mobil saya.Saya tidak mau dimarahi karena berhenti terlalu lama di depan rumah orang."

"Iya."
Alin keluar dari mobil Arya dan melangkah dengan gontai masuk ke dalam rumah.

"Di anter siapa dek?"Tanya Raka.

"Bos."

"Habis meeting?" Alin menggeleng.

"Dari butik."

Abang Alin mengernyit."Ngapain?"

"Beliin gaun sepupunya." Saat dalam perjalanan pulang, Arya alasan awal mereka datang ke butik.Rupanya laki-laki itu ditagih sepupunya untuk membelikan gaun di butik tersebut.Arya yang malas datang sendiri,memilih mengajak Alin ke sana. 

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang