XII

32.2K 2.3K 13
                                    

Jika ada lomba debat pasti Arya pemenangnya. Laki-laki berperawakan tinggi, putih, hidung mancung dan sorot mata yang tajam itu mampu meluluhkan siapa saja yang menjadi lawannya. Sosok yang menjadi lawan bicaranya tidak akan mampu berkutik hingga akhirnya menuruti keinginannya.

Alin sudah lelah berdebat dengan Arya. Ia memilih untuk mengalah dan terpaksa menyetujui perintahnya. Alin harus menemani Arya dan Marsya menghadirkan acara ulang tahun anak Reno.
Alin terlihat sangat cantik dengan dress brokat berwarna putih. Ia sangat serasi bersanding dengan Arya yang memang sudah tampan sejak dulunya.
Padahal Arya hanya menggunakan kemeja biru tanpa kerah dan celana hitam. Sangat sederhana. Tapi ya dasarnya ganteng mah di apain aja tetep ganteng. 😃

Alin sempat pangling melihat dirinya sendiri. Ia seperti tidak mengenal bahwa ini adalah dirinya. Rasanya terlalu berbeda. Penampilannya berubah 100%.
Alin kini percaya. Jika uang sudah bertindak, kerikil pun bisa disulap menjadi emas.

"Ekhem".
Suara itu mengalihkan Alin dari lamunannya. Ia menatap pada laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Kenapa Pak?"

"Harusnya saya yang tanya ke kamu. Kamu kenapa? Koin diem aja?"

"Ohh saya nggak pa-pa Pak."

Alin memandang keseluruhan ruangan. Ballroom hotel mewah ini disulap menjadi tempat bermain anak-anak.

"Ini cuma acara ulang tahun Pak?"

"Iya. Ada apa?"

"Enggak."
Bagi Alin acara ini terlalu mewah untuk seorang anak yang berumur tahun.

Perhatian Alin tertuju pada hiburan yang disuguhkan di depan sana. Pertunjukan sulap yang membuat para anak-anak berdecak kagum. Jangankan anak-anak, para orang tua dan para pengasuh pun berdecak kagum dengan penampilan yang disajikan pesulap itu.
Sulap yang ditampilkan tidak aneh-aneh. Hanya sulap sederhana namun bisa membuatmu orang-orang terpana saat melihat aksinya.

"Pak, saya mau ke sana. Nemenin Marsya."

" Nggak perlu. Marsya aman di sana."

"Tapi kan pak tugas saya_,"

"Tugas kamu sekarang diam dan JANGAN BERISIK,"Ucap Arya penuh penekanan.

Alin mendengus sebal. Alasan Arya membawanya ke sini untuk menjaga Marsya. Kenyataannya tidak seperti itu. Marsya justru dijaga oleh orang lain.
Sekarang, Alin hanya duduk menemani Arya sambil menyaksikan pertunjukan dari jarak yang cukup jauh.
Jadi sebenarnya ia diajak ke sini untuk menjaga Marsya atau menemani Papinya?
Entahlah. Mana Alin tidak mengenal orang-orang yang ada disini. Mereka terlalu asing bagi Alin.

Belasan menit hanya duduk, Alin akhirnya merasa bosan. Ia mengeluarkan ponselnya.

Alin beberapa kali mengambil gambar dan memasangnya di instagram dan juga status whatsapp.
Alin tersenyum senang. Baru beberapa detik, sudah banyak orang yang menyukai fotonya. Banyak juga komentar yang masuk dan memuji penampilannya. Alin hanya membalasnya dengan ucapan terimakasih.

Pada unggahan nya di status WA, kedua sahabat Alin langsung berkomentar di grup mereka.

Ulfa
Lagi dimana lo?

Devi
Kondangan ya Lin?
Parah nih anak, makan enak nggak ngajak²

Ulfa
Heh oneng kenapa elo malah mikirin makanan. Lagian nin anak kemana sih. Jawab woy😡

Devi
Wajar dong kalau gue nanya soal makanan. Namanya juga kondangan. Pasti di sana makan. Iya kan?? 😊

Alin senyum-senyum membaca komentar kedua sahabatnya. Ia memang sengaja tidak membalasnya. Biarkan mereka menerka-nerka dulu.

"Acara sudah dimulai." Alin mendongak saat melihat Arya yang sudah berdiri. Wajah lelaki itu datar tanpa ekspresi.

"Oh sudah ya?" Tanya Alin memastikan.

"Ck.makanya jangan keasyikan HP. Cepat!" Alin mengernyit heran. Kenapa lagi dengan laki-laki satu ini. Moodnya berubah-ubah seperti perempuan yang sedang datang bulan.

Alin buru-buru melangkahkan kakinya agar tidak tertinggal jauh dari Arya. Ia merasa tidak nyaman dengan situasi di sekitarnya. Alin merasa orang-orang di sekitarnya sedang memperhatikan nya.

Alin mencari keberadaan Marsya. Ia tidak enak jika bocah itu berada di tangan orang lain. Keberadaan nya di sini kan untuk menjaga Marsya. Jadi seharusnya ia bersama Marsya.

"Kamu nyari siapa?"

"Marsya. Di mana ya pak?" Melihat Alin tengak-tengok mencari Marsya, Arya pun melakukan hal yang sama.

"Itu dia Marsya."
Pandangan Alin tertuju pada Marsya yang datang kearah mereka dengan di gendong seseorang.

Perempuan itu. Batin Alin.

Bagaimana bisa Marsya dengan perempuan itu? Perempuan yang dari kemarin sering Alin lihat.

"Baru datang?" Tanya Arya.

"Udah dari tadi. Nih anak lo." Perempuan itu memberikan Marsya pada Arya.

"Ardi sama Kayla mana?"

"Di kamar mandi."

"Bukannya elo yang nemenin kok malah Ardi?"

" Ini mau gue mau nyusul. Nganterin anak loe dulu. Tadi udah mau nangis nyariin Bapaknya. Ya udah deh gue anterin dulu."

"Oke. Thanks."

" Elo udah ketemu Reno sama Diana?" Arya menggeleng.

"Mending elo buruan ketemu mereka. Entar dikiranya elo nggak dateng. Gue nyusul laki gue dulu."
Arya mengangguk.

Sepeninggalnya perempuan tadi Alin hanya bertanya-tanya dalam hatinya. Sebenernya perempuan tadi siapa sih. Tadi kalau nggak salah, dia bilang laki nya artinya itu suami kan? Lalu kenapa selama ini ia terlihat sangat dekat dengan Arya?

"Tante"

"Hm" Lamunan Alin bubar karena mendengar suara Marsya.

"Kenapa?"

" Gendong." Marsya sudah mengulurkan tangannya. Saat Alin hendak mengambil Marsya, Arya melarangnya.

"Gendong Papi aja ya. Tante Alin nya kesusahan kalau gendong Marsya." Bibir Marsya maju beberapa centimeter.

" Biar saya gendong aja pak. Saya bisa kok."

"Nggak. Biar saya saja." Arya menatap putrinya yang menggunakan model gaun yang hampir sama dengan Alin.

"Kita ketemu sama Kak Al aja yuk. Kasih kado nya ke Kak Al." Marsya mengangguk tanda setuju.
Ketiganya berjalan mendekati panggung.

"Kakak Al selamat ulang tahun ya. Ini kado dari aku." Arya mengajari Marsya mengatakan kalimat iru. Anaknya sepertinya sedang bad mood.Makanya sekarang hanya diam saja.

"Bilang terima kasih sama Marsya." Ucap Diana, istri Reno.

"Terimakasih Marsya"

"Reno mana Di?"

"Entah. Tadi sih bilangnya mau keluar sebentar tapi nggak tau tuh nggak balik-balik. Mana acaranya udah mau mulai, dia belum balik juga. Nyebelin memang." Omel Diana.

"Kalau nggak gitu. Bukan Reno namanya"

Diana mengangguk. Matanya tertuju pada Alin.

"Bawa siapa Ar? Nggak di kenalin ke gue?"
Diana memandang Alin dari ujung kaki sampai rambutnya. Apa yang dilakukan istri Reno itu membuat Alin jadi risih.
Arya pun menoleh pada Alin yang berdiri di sampingnya.

"Dia_,"

"Calon mami nya Marsya!"

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang