XXXIII

21.5K 1.6K 17
                                    

Uhuuuuy sesuai janji aku yang bakalan update kalau pembacanya sudah 300. Maka silahkan di nikmati cerita selanjutnya... 😀😀

Jangan lupa 🌠🌠🌠
Dan jangan lupa follow akun aku ya... 😎😎😎

Alin segera menghubungi Arya. Telinganya terasa panas karena mendengar pujian yang di berikan pada sosok wanita yang datang bersama Arya tadi. Ia jadi semakin penasaran. Siapa sih wanita itu??

"Halo?" Sapa Alin lebih dulu.

"Iya. Ada apa?"

"Bapak balik kantor lagi kan?"

"Iya. Mungkin sore. Ada apa?"

"Ada hal yang ingin saya bicarakan sama Bapak."

"Kebetulan sekali. Saya juga ingin membicarakan sesuatu sama kamu."

"Baiklah. Saya tunggu kedatangan Bapak di kantor."

Alin memutuskan panggilan telepon dengan Arya. Ia meremas HP dengan logo apel di gigit itu dengan kuat. Sepertinya ia tidak perduli atau lupa seberapa lama ia menabung untuk membeli HP impiannya itu.

Alin merapihkan berkasnya serta mematikan komputer saat jam kerjanya sudah berakhir. Ia bergegas menuju lobby karena Arya menunggunya di sana.

"Mau langsung ke intinya atau pesen makan dulu?" Tanya Arya. Arya membawa Alin ke sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari kantor.

"Langsung aja deh," Ucap Alin.

"Ok. Jadi siapa yang duluan ngomong?"

"Saya!" Arya mengangguk dan mempersilahkan gadis itu berbicara terlebih dulu.

"Apa benar tadi pagi Bapak berangkat dengan perempuan?" Dengan gaya santainya Arya mengangguk.

"Kamu jangan marah dulu. Perempuan itu Ayu. Tadi pagi, saya ketemu Ayu dan Raka di jalan. Mobil Raka mogok dan dia tidak bisa mengantarkan Ayu sampai ke kantor. Raka menitipkan Ayu pada saya karena dia tahu tujuan kami sama." Arya menjelaskan kejadian sebenarnya karena melihat wajah Alin yang masam.

"Bener?"

"Iya sayang. Kamu boleh menelepon Raka untuk menanyakan hal ini."

Alin menunduk karena malu. Parah.... Kenapa jantungnya langsung bergemuruh saat Arya memanggilnya sayang.

"Aku sama Ayu cantikan siapa?" Tiba-tiba Alin bertanya demikian.

"Cantikan kamu!" Arya mengelus pipi Alin. Untung tempat yang mereka pesan ini tertutup jadinya Alin tidak malu karena mengumbar keromantisan di depan umum.

"Bener?" Tanya Alin seakan tidak percaya dengan jawaban Arya.

"Iya sayang."

Huft... Kenapa Pak Arya harus manggil gue sayang sih? Kan jantung gue jadi nggak aman gini. Batin Alin.

"Ekhem.... Kalau masalah bentuk badan, masih seksi an saya apa Ayu?" Alin sebenarnya sangat malu menanyakan hal ini pada Arya. Tapi  bagaimana lagi? Seperti ada dorongan dalam dirinya sehingga berani bertanya demikian. Ini semua gara-gara ia mendengarkan ucapan dari para karyawan yang sejak tadi membicarakan Arya dan Ayu.

"Kenapa kamu tanya begitu?"

"Kok nggak langsung jawab? Pasti mau jawab Ayu kan! Udah jujur aja. Aku emang kerempeng kok. Rata. Nggak kayak Ayu, yang ada tanjakan sama turunannya!" Alin bersedekap dengan tatapan mata yang tidak lagi pada Arya.

"Hahaha!" Tawa Arya tersembur begitu saja. Ia geli mendengar ucapan Alin barusan.

"Ihh kok malah ketawa sih!" Alin memukul paha Arya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang