Hai... Hai... Hai... 🙋
Baru bisa update. Kemarin ada problem sedikit 😔
Nggak mau banyak mukadimah deh. Langsung aja cus baca.
Happy Reading 🤗🤗🤗🍀🍀🍀
"Mas, Ayu WA aku katanya dia balik bareng sama kita lagi."
Arya tersenyum senang. Ia selalu suka saat Alin memanggilnya dengan sebutan Mas. Ditambah, gadisnya ini juga sudah tidak menggunakan kata 'saya' lagi dan menggantikan dengan kata 'aku'.
"Ya udah nggak pa-pa. Tapi kamu bilang dulu kalau kita pergi sebentar."
"Nggak usah bilang. Dia juga pasti seneng kalau di ajak ke mall."
Tempat tujuan mereka adalah mall. Arya ada urusan di tempat itu."Jangan gitu dong sayang. Kalau ternyata dia mau cepat-cepat pulang gimana? Kan nggak enak kalau kita ajak pergi dulu."
"Mas percaya deh sama aku. Anak itu pasti seneng kalau di ajak ke mall. Urusan sepenting apapun, rela dia tinggalin demi pergi ke mall," Ucap Alin mantap.
"Masa iya?"
"Iya. Mall udah kayak rumah kedua bagi dia. Pasti jingkrak-jingkrak tuh kalau diajak ke sana."
Arya tertawa mendengarnya. Ia senang dengan situasi seperti ini. Ia menjadi semakin mengenal dan dekat dengan calon istrinya. Alin juga merasa tidak canggung lagi saat mengobrol dengan Arya. Tidak ada lagi situasi formal jika mereka hanya berdua.Kedua pasangan itu sudah sampai di lobby. Alin menghubungi Ayu untuk menanyakan dimana keberadaan gadis itu.
"Dia udah di depan Mas." Aline memberitahu Arya.
"Mas sama Mbak ngapain aja sih di dalam? Ayu malu tahu, dari tadi dilihatin orang-orang yang le at terus!" Keluh Ayu saat mereka bertemu.
"Lah, emang kamu punya malu?" Ayu semakin merengut mendengar jawaban Alin. Ia sudah menunggu dua orang ini setengah jam lebih. Ia hanya berdiri karena sofa yang ada di lobby dipenuhi oleh karyawan yang mungkin sedang menunggu jemputan.
"Kita nggak langsung pulang Yu."
"Kita mau kemana Mbak? Badan Ayu capek banget nih." Inilah yang Alin tidak suka dari Ayu. Suka mengeluh.
Alin melihat Arya yang sedang menatapnya. Seolah-olah tatapan itu berkata, tuh kan dia mau pulang langsung."Kita mau ke mall." Ayu yang menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam langsung memajukan badannya mendekati Alin.
"Mau ngapain Mbak? Mau nyari yang aku mau ya?"
"Iya. Tapi kalau kamu capek,ya udah deh besok-besok aja."
"Eh Ayu nggak capek kok. Beneran!! Begitu duduk di mobil ini, badan Ayu langsung enakkan." Tubuh gadis itu yang tadi loyo seketika tegap dan segar bugar. Kelakuan Ayu tentu membuat Arya dan Alin tertawa sambil menggeleng kan kepalanya.
"Mas mau ke atas. Kamu mau ikut apa jalan-jalan sama Ayu?"
"Aku jalan-jalan aja deh sama Ayu. Mas kan ada urusan kerjaan. Nanti aku bosen nungguin Mas."
"Bukannya kamu udah biasa nungguin Mas kerja?"
"Ya makanya itu. Masa di kantor aku nungguin Mas kerja di sini juga sama. Capek ah!"
"Ya udah. Kamu puasin jalan-jalannya." Alin mengangguk dengan pipi yang menggembung. Terlihat lucu dan imut di mata Arya.
"Sebentar!" Arya mengambil dompet dari dalam saku celananya. Dompet itu begitu tipis tapi saat di buka, banyak kartu yang berjejer di sana. Tidak terlihat uang di dalamnya. Mungkin Arya lebih suka memegang kartu daripada uang cash.
Ditariknya sebuah kartu dan diberikan pada Alin."Buat apa?" Tanya Alin.
"Kamu pake buat belanja sama Ayu."
"Aku nggak mau!" Alin mengembalikan kartu itu pada Arya.
"Aku punya uang kalau cuma untuk belanja." Lanjut Alin.Arya tak melepaskan tangan Alin. Kartu itu berada di antara kedua tangan mereka.
"Mas tau. Kamu kan kerja. Makanya punya uang." Alin masih diam sambil melirik pada tangan mereka yang bertautan.
"Uang yang kamu punya,kamu simpan saja. Kartu ini kamu gunain untuk membeli tas yang Ayu mau.""Hah!!" Ucap Alin dan Ayu berbarengan. Mereka saling berpandangan.
"E_emang Mas tau Ayu minta tas sama aku?"
"Tau! Kamu kalah taruhan dari Ayu kan? Kamu harus mengabulkan apapun permintaan Ayu. Bener?" Ayu dan Alin semakin di buat cengo.
"Ayu_Ayu minta tas dari aku karena bentar lagi ulang tahunnya. Iya kan Yu? Bukan karena taruhan. Hahaha." Alin tertawa sengaja di buat-buat.
Alin melirik meminta bantuan sepupunya. Ayu hanya mengangguk. Bisa gagal tasnya kalau sampai ia menggeleng."Jangan bohong sama Mas. Mas udah tahu semua kok tentang taruhan kamu sama Ayu."
Bahu Alin yang tadi tegang menjadi lemas. Ia sebenarnya malu mengakui hal itu.
"Mas tau darimana?" Alin melirik Ayu dari ekor matanya. Ayu yang mendapat lirikan maut menjadi kikuk.
"Bu_bukan Ayu Mbak yang bilang!" Jawab Ayu tanpa diminta.
"Abang mu yang cerita sama Mas."
Mendengar jika Abangnya yang bercerita, kening Alin berkerut. Ia tidak pernah bercerita pada abangnya itu. Lagi-lagi lirikan maut ia berikan pada Ayu. Jika bukan dirinya pasti sepupunya itu, kanan yang tau masalah ini cuma mereka berdua.Ayu mendesah lesu. Ia menjadi tersangka lagi. "Bukan Ayu yang cerita ke Abang. Beneran deh."
"Abang mu dengar pembicaraan kalian."
Ayu bernafas lega. Akhirnya tuduhan kepada dirinya terpatahkan."Kita duduk dulu yuk." Arya mengajak Alin untuk duduk di kursi yang ada di setiap sudut mall ini.
"Lamaran dadakan itu tidak pernah terlintas di pikiran Mas. Sebenarnya, setelah pulang dari rumahmu, Mas sudah merencanakan lamaran spektakuler yang mungkin tidak akan pernah kamu lupakan. Tapi rencana itu gagal karena Raka menelpon Mas malam itu juga. Raka bilang, Mas harus segera melamar kamu. Jika tidak ingin keduluan dengan yang lain."
"Mas percaya omongan Abang?" Tanya Alin.
"Tentu. Buktinya hari berikutnya mas langsung melamar kamu kan."
Alin berdecak kesal. "Mas itu kenapa mau aja sih di bohongi sama Abang? Ini tuh pasti akal-akalan nya Abang. Abang pasti mau balas dendam karena dulu aku dan Ayu pernah nguras dompet dia buat beli tas, baju dan sepatu. Makanya sekarang dia balas dendam lewat Abang, supaya cepat-cepat lamar aku. Supaya Ayu menang dan uang ku habis deh di kuras sama the queen of shoping ini!" Ucap Alin panjang lebar.
"Jangan su'udzon sama Abang sendiri. Makanya jangan suka bikin taruhan-taruhan nggak jelas gitu. Kalau kalah Terima sendiri akibatnya." Arya merapihkan rambut Alin di sekitar pelipis gadis itu.
"Apapun alasan yang diberikan Raka, Mas nggak peduli. Mas justru akan berterimakasih sama dia. Intinya Mas bersyukur karena berkat Raka mas bisa melamar kamu lebih dulu."Alin berdecih "Siapa juga yang mau ngelamar aku selain Mas. Sebenarnya, Mas nggak perlu takut diduluin sama siapa-siapa karena nggak ada yang lagi deketin aku selain Mas."
"Vito. Mantan kamu itu yang mau melamar kamu."
"Pfttt.... Hahaha." Alin tidak bisa menahan tawanya.
"Tuh kan Mas beneran di bohongi sama Abang."
"Enggak sayang. Abang kamu enggak bohong, yang di katakan nya itu benar."
"Gimana bisa? Aku sama Bang Vito itu udah putus. Nggak ada hubungan apa-apa lagi. Di hati aku udah nggak ada sedikit pun perasaan buat dia."
"Itu versi kamu. Bagaimana kalau dia masih menyimpan rasa kepadamu. Sebagai laki-laki Mas bisa melihat dari matanya saat dia memandang kamu." Alin diam tidak berani berkutik.
"Tetap aja aku nggak percaya. Dia nggak ada ngomong apapun ke aku. Masa iya tiba-tiba mau ngelamar."
"Buktinya kemarin Vito datang kan?"
"Ya mungkin aja, Abang yang ngundang"
"Bukan. Abang mu nggak ngundang dia. Kedatangan dia ya untuk melamar kamu juga tapi sayang dia kalah start dari Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jobs
RomansaAlina Pramesti, seorang sekretaris yang merangkap sebagai baby sitter untuk anak dari bosnya. Alin yang memang menyukai anak kecil tentu senang saat bosnya meminta untuk menjaga anaknya karena pengasuh sang anak sedang izin. Alin harus melakukan pek...