XXIV

24.5K 1.5K 0
                                    

"Gue titip Marsya ya. Gue harap elo bisa menyayangi dan memberi kasih sayang yang tulus ke dia."

"Tanpa Mbak Rissa minta, saya pasti akan menyayangi Marsya setulus hati saya."

"Ckk... Kenapa pake saya-sayaan lagi sih. Berasa kayak karyawan sama bosnya."

Alin terkekeh melihat Clarissa yang cemberut. Ia lupa,wanita itu tidak suka saat Alin menggunakan kata saya. Katanya terlalu formal dan malah membuat suasananya menjadi tegang.

"Hehehe maaf Mbak aku lupa."

"Nah! Gitu kan lebih bagus. Kelihatan lebih akrab." Alin hanya tersenyum.

"Mungkin ini terakhir kita ketemu ya. Gue nggak tau kapan lagi kita bisa ketemu seperti sekarang ".

Sepengetahuan Alin, hari ini Clarissa dan Gusti akan terbang ke Swiss. Mereka akan menetap di sana, makanya sekarang Clarissa ingin menghabiskan waktunya bersama Marsya di sebuah taman bermain yang letaknya tidak jauh dari rumah.

"Emangnya Mbak Rissa nggak kangen sama Marsya?"

"Kangen lah, tapi kan kita bisa teleponan. Jujur ya, semenjak dekat sama Marsya beberapa hari ini, gue merasa seperti seorang ibu yang sesungguhnya. Gue sering kepikiran dia. Nggak pernah sehari pun gue lupa sama dia dan gue sangat menikmati momen-momen kemarin."

"Hmm maaf Mbak,aku mau tanya. Apa sebelum ini Mbak nggak pernah dekat dengan Marsya?"

"Jangankan dekat, bertatapan secara langsung saja nggak pernah. Gue hanya berani melihatnya dari jarak jauh."

"Kenapa? Apa Pak Arya nggak kasih izin?"

"Awalnya iya." Alin kaget. Ia tak mengira Arya akan melakukan hal sekejam itu.

"Elo jangan berpikir yang buruk dulu soal Arya. Dia ngelakuin itu karena memilih alasan."

"Apapun alasannya, hal itu tetap tidak di benarkan Mbak. Pak Arya kejam sekali sampai tega memisahkan_," Ucapan Alin yang menggebu-gebu itu terhenti saat mendengar penyataan Clarissa.

"Gue hampir membunuh Marsya, Lin."

Jantung Alin berdegup kencang. Matanya menatap tajam Clarissa. Tangannya terkepal di sisi kanan kiri tubuh nya. Ia sangat marah mendengar hal itu.

Membunuh??

... ... ...

Alin mengelus rambut Marsya yang saat ini tidur di pangkuannya. Alin merasa prihatin dengan apa yang dialami Marsya. Ia tidak mengira anak sekecil Marsya pernah mengalami hal yang seharusnya tidak ia alami.

Alin tidak menyalahkan ataupun membenarkan atas tindakan Clarissa. Walau dirinya belum merasakannya tapi ia sedikit tahu mengenai apa yang menimpa wanita itu.
Hal yang menimpa Clarissa memang sering terjadi pada beberapa ibu muda yang baru memiliki anak.

Baby blues syndrome dapat dialami oleh para ibu yang baru melahirkan. Hal ini karena setelah melahirkan berbagai perubahan yang ada dapat membuat seorang ibu menjadi kaget. Pasalnya, tanggung jawab baru yang harus dipikul membuatnya menjadi sangat terbebani. Tekanan untuk merawat bayi dengan baik dan menjadi ibu yang bertanggung jawab akan muncul.

Kekhawatiran dan kegelisahan ini pada akhirnya bisa menyebabkan perubahan suasana hati dan pola hidup. Ibu dapat menjadi mudah sedih, marah, cemas, dan menangis tanpa alasan. Pola tidur juga menjadi berantakan dan nafsu makan menurun.

Baby blues syndrome umumnya muncul setelah 2-3 hari bayi lahir dan bisa berlangsung hingga 2 minggu. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan terus terjadi, sehingga dukungan dari pasangan, keluarga, dan orang terdekat sangat diperlukan.

Untuk ibu yang mengalami baby blues syndrome, berbagi cerita kepada keluarga atau orang terdekat yang dipercaya mengenai perasaan dan kegelisahan yang dialami perlu untuk dilakukan.

Selain itu, beri waktu kepada diri sendiri untuk beradaptasi dengan rutinitas baru yang harus dijalani, sampai akhirnya bisa terbiasa dengan rutinitas baru yang harus dijalani sebagai seorang ibu.
(Sumber Google)

Dari peristiwa yang di ceritakan Clarissa, Alin merasa hidupnya lebih beruntung dari wanita itu. Setidaknya ia masih punya ibu dan juga Abang. Dua orang itu akan selalu menjadi tempat Alin berpulang dan berkeluh kesah. Mereka akan dengan senang hati mendengarkan curhatan Alin tentang segala hal.

Clarissa,wanita itu merasa hidupnya sendirian. Ia merasa tidak mempunyai siapapun di dunia ini. Kedua orang tuanya bercerai saat ia masih kecil. Hal itu membuatnya dilema. Clarissa yang memilih tinggal bersama mamanya justru di sia-siakan oleh wanita yang sudah melahirkannya itu. Mama Clarissa lebih mementingkan pekerjaan ketimbang dirinya. Clarissa tidak pernah mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari Ibu kandung nya.
Setelah Mamanya menikah lagi dan di karuniai seorang anak yang tak lain adalah adik tiri Clarissa, mamanya semakin acuh pada Clarissa. Ia hanya mementingkan anak dari suami barunya. Clarissa seperti tidak di anggap di rumah. Ia berusaha mencari perhatian dari mamanya dengan cara sering pergi keluar dan sering tidak pulang ke rumah.
Clarissa tumbuh menjadi gadis pembangkang dan suka memberontak. Mamanya menjadi sangat marah dan akhirnya mengirim Clarissa pada Papanya.

Di tangan Papanya Clarissa mulai bisa dikendalikan. Ia kembali menjadi gadis yang riang dan penurut. Perlu di ketahui Papa Clarissa tidak menikah lagi setelah perceraian. Ia memilih fokus pada pekerjaannya.
Clarissa berfikir hidupnya akan kembali seperti semula. Cukup ia dan Papanya saja.
Takdir memang tidak ada yang tahu. Enam bulan kemudian Papanya meninggal. Clarissa merasa hidupnya sangat hancur. Ia kehilangan semangat dalam dirinya.
Sebelum meninggal sang Papa meminta Clarissa menemui tetangga mereka dulu. Ia diminta menyerahkan sebuah surat yang Clarissa sendiri tidak tahu isi surat itu.
Itu adalah amanah dan Clarissa harus menyampaikannya.
Clarissa datang ke rumah tempat tinggalnya yang dahulu. Keadaan tempat tinggalnya sudah berbeda sejak terkahir kali Clarissa tinggal di sana.
Clarissa bersyukur karena tetangga rumah mereka yang dulu belum pindah. Bahkan mereka masih ingat dengan Clarissa. Clarissa menyampaikan pesan dari Papanya. Pasangan paruh baya itu terlihat sedih mendengar kematian papa Clarissa. Mereka tidak tau apa-apa. Sejak kedua orang tua Clarissa bercerai, papa Clarissa menutup diri dan tidak pernah menemui sahabatnya itu.
Isi dari surat itu ternyata keinginan papa Clarissa untuk menjodohkan putrinya dengan Arya yang merupakan anak dari dua orang tersebut. Dalam surat itu di tuliskan juga alasan mengapa beliau melakukan hal itu. Ia ingin ada orang yang bisa menggantikannya untuk menjaga dan menyayangi anaknya setelah ia pergi. Menurutnya tidak ada yang bisa ia andalkan untuk menjaga putrinya selain sahabatnya itu karena mantan istrinya sudah tidak mau tahu tentang Clarissa.

Clarissa tentu saja kaget. Ia bingung apakah Arya akan mau di jodohkan dengannya. Clarissa mau saja. Ini adalah permintaan papa nya. Sebisa mungkin ia akan menurutinya tapi bagaimana dengan Arya. Mereka sudah lama tidak bertemu. Apa yang akan si pikirkan Arya jika tiba-tiba ia datang dengan membawa pesan demikian? Bukankah itu suatu hal yang aneh?

Namun siapa sangka. Arya setuju dengan pesan dari papa Clarissa. Hal itu tentu saja membuat Clarissa senang. Mereka akhirnya memutuskan untuk menikah.
Walaupun pernikahan mereka tidak bertahan lama, Clarissa bisa bernafas lega. Setidaknya keinginan sang papa terpenuhi. Sekarang ia punya kedua orang tua yang menyayanginya seperti anak sendiri walau ia sudah tidak lagi menjadi menantu bagi keluarga itu.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang