Bonus

24.4K 1.1K 18
                                    

Hai... Hai guy's....
Aku kasih bonus nih...
Semoga menghibur ya...
Happy Reading 🤗🤗🤗

Hah... Hah... Hah... Hah...

Hahaha.... Hahaha... Hahaha

Alin mematikan dan meletakkan selang yang sedang ia gunakan untuk menyiram tanaman yang ada di depan rumahnya. Ia menghampiri suami serta kedua anaknya yang memasang raut wajah berbeda. Arya dengan wajah memelas dan nafas yang ngos-ngosan sedangkan Marsya dan Arjun dengan raut wajahnya yang sumringah serta tawanya yang membahana.

"Kalian kenapa?" Tanya Alin. Ia berdiri di samping suaminya yang kini merebahkan badannya di lantai depan rumah.

"Nggak pa-pa Mi. Kakak masuk dulu ya mau mandi." Alin mengangguk.

"Mi, Abang juga mau ke kamar. Mau mandi." Pamit Arjun.

"Kakak, tungguin Abang." Ia pun berteriak memanggil Marsya yang sudah meninggalkannya.

"Mas bangun. Mandi dulu sana. Malah tiduran di sini. Kotor tau." Arya tidak bergeming. Nafasnya yang memburu sudah mulai normal.

"Mas, ayo bangun!Tumbenan kamu habis jogging malah tiduran gini
Capek banget ya? Emang keliling berapa putaran sih?"
Arya melihat Alin dari bawah. Ia bangun dan duduk bersila.

"Satu putaran aja yank."

"Lah satu putaran aja udah ngos-ngosan gini. Efek umur nih kayaknya makanya cepet capek."

"Nggak masalah yank. Sepuluh putaran aja mas masih kuat."

"Kalau kuat sepuluh putaran, terus kenapa satu putaran aja kamu udah ngos-ngosan gini? Kayak baru di kejar anjing aja." Ejek Alin.

"Ya memang!" Jawab Arya santai.

"Gimana bisa dikejar anjing?" Alin pun dengan susah payah mendudukkan dirinya di samping Arya.

"Bisa gara-gara anak kamu tuh!"

"Ohh jadi cuma anak aku?" Mata Alin melirik Arya dengan sinis.

"Hehehe anak kita maksudnya." Ralat Arya.

"Emang kamu diapain lagi sih sama Arjun?"
Tanpa perlu berpikir panjang, Alin menyebutkan nama anak laki-lakinya. Pasalnya hanya anak itu yang sering membuat Papinya naik darah dengan tingkah konyolnya.

"Kami dikejar peliharaannya Koh Liong yang lagi ada di depan rumah."

"Bukannya yang biasa di depan rumah itu di rantai ya Mas?"

"Kayaknya habis di mandiin deh. Makanya rantainya dilepas. Pas lewat depan rumahnya, Mas udah wanti-wanti Marsya sama Arjun supaya nggak bersuara ehh belum selesai Mas ngomong si Arjun niruin suaranya. Guk...Guk... Mana keras banget lagu Yank. Alhasil kami kejar. Di sepanjang jalan, kami teriak dan lari udah kayak atlet yang lagi ikut maraton." Jelas Arya panjang lebar. Alin menahan tawanya. Ia tidak langsung menyemburkan tawanya karena iba dengan suami serta anak-anaknya.

"Terus?"

"Arjun lari ketakutan. Dia kelihatan sampai mau nangis. Mas kan jadi nggak tega. Akhirnya mas gendong dia dan minta Marsya buat ngayuh sepedanya lebih cepat. Kamu tahu apa yang dilakuin Arjun waktu mas gendong dia? Dia teriak kesenangan dan nyuruh mas lari cepat-cepat. Handuk ini di kalungin di leher dan dia di tarik dari belakang." Arya menunjuk handuk yang melingkar di lehernya.
"Mas dibuat kayak kuda pacu sama dia. Mana sambil bilang ayo Papi cepetan! Anjingnya ngejar terus." Lanjut Arya. Ia menirukan apa yang katakan putranya tadi.

"Hahahaha" Akhirnya Alin tidak bisa lagi menahan tawanya.

Arya yang melihat istrinya justru tertawa memicingkan matanya.
"Seneng ya lihat Mas sengsara."

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang