XLIV

18.7K 1.4K 29
                                    

Hai....🙋
Adakah yang menunggu kehadiran Arya dan Alin pada hari ini?
Maaf ya upload nya telat🙏
Selalu tinggalkan vote and komen ya. Terimakasih 😃
Happy Reading 😃😃

Arya merenungkan semua peristiwa yang sudah menimpanya pada hari ini. Fisiknya begitu lelah menghadapi persoalan yang datang dari pekerjaannya maupun urusan pribadinya. Arya terpaksa meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai demi menuntaskan permasalahannya dengan calon istrinya. Beruntungnya ia memiliki Rico, asisten yang bisa ia andalkan untuk mengurusi pekerjaannya.

Arya juga bersyukur karena ermasalahannya dengan Alin dapat teratasi. Ia sangat berterima kasih pada Ibu Alin yang sudah membantunya meluluhkan kembali hati calon istrinya. Jika wanita paruh baya itu tidak turun tangan, pasti saat ini Arya belum bisa bernafas lega.

Arya masih memikirkan siapa orang yang sudah mengatai Alin dengan begitu kejamnya. Gadis itu sudah menceritakan semuanya dan membuat Arya berserta yang lain geram. Tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan sangatlah keji. Bagaimana bisa di jaman yang serba modern ini mereka masih membahas dunia perdukunan? Ya Tuhan kolot sekali mereka. Sepertinya mereka harus dimasukkan ke pesantren agar otaknya lebih terbuka.

Satu yang menjadi ganjalan di hati Arya. Bagaimana dia bisa menemukan sosok-sosok itu jika Alin saja tidak tahu namanya. Alin bilang dia hapal rupanya tapi tidak dengan identitas mereka. Alin hanya tahu mereka bekerja di kantor Arya. Ia tidak tahu mereka dari divisi mana.
Apa Arya harus mencari 3 orang di antara ratusan karyawan yang bekerja di kantor nya?

Arya terus berpikir, apakah calon istrinya itu mempunyai musuh? Siapakah orang yang tidak suka dengan keberuntungan yang di dapatkan Alin? Mengapa mereka tidak menyukai Alin?
Pertanyaan itu terus saja berputar di kepala Arya.

"Devi!"
Satu nama terlintas di benak Arya. Sahabat karib calon istrinya itu pasti tahu.

Arya menelpon seseorang.
"Cari Devi Arisandi dari divisi keuangan dan bawa ke ruangan saya."

Devi berjalan pelan-pelan di belakang seorang bodyguard suruhan Arya. Kedua tangannya saling meremas untuk mengurangi kegugupannya. Ia takut untuk masuk ke ruangan Arya.

"Pak bodyguard! Saya salah apa ya? Kok sampai di suruh ke ruangan Pak Arya."

"Saya tidak tahu. Itu kan kesalahan kamu."

"Saya nggak salah apa-apa kok!"

"Ya sudah. Kalau kamu tidak merasa bersalah kenapa takut?"

"Ya tetap aja. Rasa takut itu pasti ada. Tiba-tiba saya di panggil ke ruangan Pak bos."

"Barangkali kamu mau di beri hadiah."

"Ih bercanda si bapak? Tapi kalau beneran mau di beri hadiah, saya pasti senang banget!!"
Mereka terus berbincang hingga akhirnya tiba di ruangan Arya.

"Kok cepat banget ya sampai di ruangan Pak Arya. Ini lantai 25 loh."

"Jelas! Kamu naik lift. Coba kalau lewat tangga darurat, mungkin besok baru sampai."

"Cih lebay si Bapak." Devi kira bodyguard berbadan besar itu akan kaku dan dingin. Ternyata dia cukup ramah karena mau menjawab semua pertanyaannya.

"Permisi Pak, ini Devi Arisandi."

"Iya. Keluarlah! Saya ingin berbicara dengannya."

"Baik Pak." Bodyguard bernama Diaz itu membungkukan badannya dan keluar dari ruangan Arya.

"Silahkan duduk!" Arya mempersilahkan Devi duduk di hadapannya. Dengan tangan gemetar, Devi menarik kursi mahal yang ia taksir berharga jutaan rupiah.

"Saya tidak mau berbasa-basi. Saya ingin bertanya sesuatu!"

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang