VII

38.6K 2.4K 3
                                    

"Terimakasih ya. Kapan-kapan kita ketemu lagi."

" Iya. Elo boleh datang ke kantor atau rumah gue. Nanti gue kirim alamatnya"

"Kenapa gue yang harus ke rumah elo, bukannya elo ya yang harus ke rumah gue."

"Gue pasti ke sana."

"Buruan dateng ke ibu gue. Gitu-gitu Adek gua banyak yang naksir loh."

"Iya. Doain aja. Semoga masa-masa pendekar ini berjalan lancar."

"Kalau nggak lancar, elo bilang gue aja. Nanti gue bantu buat ngelancarin."

"Terima kasih atas tawarannya. Gue mau berusaha sendiri."

"Oke deh!"

Arya mengantarkan Raka sampai di depan pintu. Keduanya bersalaman dan Arya kembali masuk karena pekerjaannya cukup banyak.

Alin yang memang sejak tadi menunggu Raka yang keluar dari ruangan Arya, langsung menghampiri Abangnya.

"Abang, abang nggak ngapa-ngapain bos Alin kan?"

"Enggak. Tenang aja."

"Syukur deh." Tatapan Alin tertuju pada paper bag yang masih dibawa Raka.

"Itu,"

"Simpan saja gaun ini."Raka memberikan paper bag itu pada Alin. Alin tentu saja heran. Satu sisi ia senang karena gaun yang ia inginkan tidak jadi dikembalikan pada Arya tapi di sisi lain, hatinya bertanya-tanya kenapa dikembalikan kepadanya lagi?

"Nggak jadi dibalikin ke Pak Arya? Bukannya tadi Abang mau ngembaliin ya?"

"Iya tapi nggak jadi."

"Kenapa?"

"Alasannya bisa kami tanyain langsung ke bos kamu. Abang mau pergi." Raka mengelus rambut adiknya dan pergi meninggalkan gadis itu.
Alin semakin di buat bingung. Ada apa dengan Raka? Kenapa lelaki itu bertindak demikian? Alin harus bertanya nantinya.

.... .... ....

"Sebenernya elo itu udah sah jadi baby sitter Marsya atau masih jadi pengganti aja?"

"Masih jadi pengganti. Kenapa emangnya?"

"Yang namanya pengganti, sehari, dua hari atau bahkan seminggu itu masih wajar. Lha ini udah lebih dari satu bulan elo ngasuh Marsya. Apa diam-diam elo udah diangkat jadi baby sitternya secara sah?"

"Iya gue setuju sama yang Ulfa bilang. Elo nyambi ya, jadi sekretaris sekaligus baby sitter buat Marsya. Pasti gaji nya besar ya makanya elo mau kerja double gini."

"Sembarangan elo berdua tuh kalau ngomong. Tapi ya, gue kok nggak nyangka ya udah sebulan lebih ngasuh Marsya. Nggak kerasa gitu."

"Elo terlalu menikmati peran loe sebagai baby sitter. Makanya sampai nggak nyadar ngasuh anak orang selama itu."

Alin hanya tersenyum sambil mengedikan bahunya.
Benar ia memang tidak sadar jika sudah selama itu mengasuh Marsya. Apa benar ia terlalu menikmati perannya sebagai pengasuh Marsya?

Minggu ini, Alin sengaja menghabiskan waktu weekend untuk hangout bersama kedua sahabatnya. Sudah lama mereka tidak pergi bareng seperti sekarang ini. Kesibukan lah yang membuat ketiga sahabat itu susah untuk berkumpul. Mereka punya kehidupan masing-masing. Ulfa yang sudah punya tunangan sering pergi bersama lelaki yang sebenar lagi akan menjadi suaminya itu. Sedangkan Devi lebih senang berada di kosan untuk sekedar menonton drama Korea favoritnya. Lalu Alin ia lebih suka di rumah saja menghabiskan waktu bersama keluarga, terutama kedua keponakannya.

Masalah gaun, Alin sudah tidak mau ambil pusing lagi. Menurut Raka, Arya hanya membelikan gaun itu sebagai hadiah karena Alin sudah bekerja keras selama ini. Alasan itu sudah cukup bagi Alin menerima gaun semahal itu.
Gaun itu aman di dalam lemari bersama pakaian-pakaiannya yang lain. Alin pernah sekali mencoba gaun itu dan kata Ibu serta Kakak iparnya, gaun itu cocok untuknya.

Setelah Arya membelikan gaun untuk Alin, ibu gadis itu jadi sering bertanya tentang sosok yang menjadi bos putrinya. Alin tidak tahu, mengapa ibunya seperti ingin tahu sekali sosok Arya. Bukannya cemburu. Ia hanya bingung.
Ibu Alin tidak pernah mengusik kehidupan pribadi putri nya. Mengenai pasangan, semuanya di serahkan kepada Alin karena alin lah yang akan menjalani nya kelak. Tapi dari caranya bertanya mengenai Arya, alin merasa ibunya tengah menginterogasi nya prihal lelaki yang tengah dekat dengan nya.

Back to story....

"Habis ini kita mau ngapain?" Tanyaku pada Ulfa dan Devi.

"Nonton atau belanja dulu?" Devi malah ikut memberikan pertanyaan.

"Kayaknya nonton dulu deh. Kita kalau udah belanja kan lupa waktu," Jawab Ulfa.

"Dev, ada rekomendasi film yang bagus?" Aku bertanya pada Devi yang selalu up-to-date tentang film baru yang sedang tayang.

"Gue kemarin liat di TikTok ada film yang lagi booming. Film horor tapi. Kalian mau nonton?"

"Boleh. Elo gimana Fa?"

"Oke."
Kami segera menuju cinema yang ada di mall ini. Devi langsung mencarinya tiket untuk kami bertiga sedangkan aku dan Ulfa bertugas mencari makanan yang bisa kami makan selama menikmati film di bioskop nantinya.

Film yang berputar selam kurang lebih dua jam itu akhirnya selesai juga. Ketiga gadis itu keluar dari bioskop sambil bercerita tentang apa yang mereka tonton. Rencana selanjutnya yaitu mengelilingi mall untuk shoping.
Mereka pun bercerita mengenai film yang sudah mereka tonton.

" Kalau elo udah nikah, kita pasti jarang bisa kumpul kayak gini lagi." Ucap Alin sambil menatap Ulfa. Mereka sudah tidak lagi membicarakan tentang film.

"Iya sih. Tapi tenang aja. Gue pasti akan luangin waktu buat kumpul kayak gini sama kalian."

"Emang suami elo ngizinin?"

"Pastilah. Elo berdua kayak nggak kenal bang Gilang kayak gimana".

" Iya laki elo emang baiknya parah."
Alin dan juga Devi memang mengenal baik tunangan Ulfa. Gilang adalah manager bagian pemasaran di kantor. Ia di kenal karena kebaikan nya.
Orang kantor tidak ada yang tahu jika Ulfa dan Gilang berpacaran. Peraturan kantor yang membuat keduanya menutupi hubungan ini. Mereka selalu bertindak profesional saat di kantor. Saat pulang, Ulfa lebih sering pulang bersama Devi daripada Gilang.

Setelah menikah, Ulfa dan calon suaminya sudah membuat kesepakatan. Ulfa akan resign dan memilih pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah.

Ketiga gadis itu terus berjalan dan memasuki setiap toko yang ada. Mereka mencari baju yang pas di mata dan lumayan di kantong.

Langkah ketiganya terhenti saat mendengar nama salah satu dari mereka di panggil.

"Tante Alin!!"

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang