Ehem selamat malam guys... 🙋
Mau update nih
Rencananya mau besok, tapi udah 400 aja pembacanya ☺☺
Jadi ya udah deh sekarang aja...
Happy Reading... 🤗
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennyaPagi setelahnya, Alin akan kembali bekerja. Ia sudah siap dan tinggal menunggu Arya menjemputnya. Lelaki itu sudah mewanti-wantinya agar menunggu. Jika sampai ia berangkat duluan, Arya mengancam akan mogok makan.
Jika di pikir-pikir hal tidak menjadi masalah untuk Alin. Toh nantinya yang nantinya kelaparan juga Arya, bukan dirinya. 🙄🙄Alin dan Ayu sudah bersiap sedari pagi. Mereka menunggu kedatangan Arya di ruang tamu.
"Yu, kamu mau berangkat Abang apa sama Mbak mu?" Tanya Raka pada Ayu. Mbak yang ia maksudkan adalah Alin.
"Sama Mbak Alin aja. Nanti kalau sama Abang, Ayu diturunin di jalan lagi kayak kemarin."
"Astaghfirullah. Kalau kemarin mobil Abang nggak mogok, Abang juga nggak akan nurunin kamu di jalan."
"Hehehe bercanda Bang." Niatnya Ayu hanya bercanda tapi justru Abangnya menganggap hal itu serius.
"Tapi Ayu beneran mau berangkatkan sama Mbak Alin aja. Abang kasihan kalai harus nganterin Ayu. Kita kan nggak satu arah."
"Emang sama Mbak mu boleh? Bukannya dia mau berangkat sama Arya?"
"Boleh kok. Ayu udah bilang sama Mbak Alin."
"Bener?"
Alin keluar dari dalam kamarnya. "Dek, Ayu beneran nggak pa-pa berangkat bareng kamu?" Tanya Raka pada Alin.
"Iya."
"Arya ngizinin?"
"Iya. Aku udah bilang sama Mas Arya kalai Ayu bakalan berangkat bareng kami dan Mas Arya ngizinin kok."
"Ohh ya udah kalau Ayu ganggu kamu sama Arya."
"Ganggu apa sih?" Alin menatap Ayu.
"Kita ke depan Yu. Bentar lagi Mas Arya sampai.""Oke."
Raka mengikuti kedua adiknya keluar. Ia sudah seperti bersiap dan tinggal menunggu istrinya yang juga sedang bersiap-siap. Saat ketiganya keluar, bertepatan dengan mobil Arya yang masuk ke halaman rumah mereka.
"Itu pangerannya udah datang." Arya tersenyum menggoda sambil memandang Alin. Alin tidak menanggapi. Tatapannya lurus ke depan, melihat Arya yang sudah turun dari mobilnya.
"Pagi semua." Sapa Arya pada Alin, Ayu dan Raka.
"Pagi," Jawab Raka dan Ayu bersamaan. Alin tidak menjawab. Ia mengulas senyum pada laki-laki yang juga tengah tersenyum padanya.
"Elo belum berangkat Ka?" Tanya Arya basa-basi pada Raka.
"Belum. Lagi nungguin nyonya yang masih dandan." Arya manggut-manggut.
"Bentar lagi elo juga akan mengalami apa yang gue alami sekarang. Di saat elo udah siap, ehh istri elo masih dandan. Mana dandannya lama lagi." Gerutu Raka. Ia tidak menyadari, kalimat terakhir yang ia ucapkan membuat seorang wanita yang ada di belakangnya naik darah.
"Ohh jadi gitu? Nggak ikhlas nungguin aku dandan karena aku dandannya lama."
Raka memutar badannya takut-takut. Ia kenal dan sangat hapal dengan suara ini.
"Eh sayang! Papa cuma bercanda kok. Beneran deh!"
Ayu, Alin dan Arya yang melihat Raka ketakutan pada istrinya hanya mampu menahan tawa.
"Kalau kamu nggak ikhlas tuh ngomong aja! Jangan ngomong di belakang!" Semprot Dina.
Alin memberi kode pada Arya untuk segera berbagi saja. Ia yakin masalah Abang dan juga Kakak iparnya akan berakhirnya damai.
Alin menoel lengan Ayu. Ia juga memberi kode pada Ayu untuk segera berangkat. Ayu mengangguk.
Mereka bertiga pergi tanpa pamit. Meninggalkan Raka yang tengah berjuang mendapatkan maaf dari istrinya.Semangat Abang Raka!!
Mobil yang di kendarai Arya sudah sampai di depan lobby. Seperti biasa para security membukakan pintu mobil untuk presdir mereka. Arya merapihkan jasnya dan berlari ke pintu samping kemudi. Tujuannya ya ingin menggandeng sang putri keluar dari kereta kencananya. Eaaaaa 😄😄
Alin sebenarnya merasa risih dengan perlakuan Arya padanya tapi bagaimana lagi? Jika ia menolak, Arya pasti akan menyampaikan seribu alasan agar dia mau.Ayu berjalan di belakang pasangan itu. Tangan Arya tak melepaskan tangan Alin yang terasa hangat di genggamannya. Alin padahal sudah memberikan kode agar Arya melepaskan tangannya tapi sayang Arya tak mengindahkan nya sama sekali. Sampai di lobby Alin dan Arya beserta Ayu menghentikan langkahnya. Alin menutup mulutnya. Ia terkejut dengan pemandangan di depan matanya. Belasan orang berjejer di depan mereka. Wajah-wajahnya tidak asing bagi Alin. Mereka adalah para manager dan petinggi perusahaan. Gilang masuk ke jejeran orang-orang itu.
Salah satu dari mereka maju. Ia mewakili rekan kerjanya untuk memberikan selamat atas pertunangan presdir mereka.
Alin tak menyangka mereka semua tahu akan hal itu. Siapa yang sudah menyebarkannya berita pertunangannya dengan Arya? Apa Bu Susi?? Ah rasanya tidak mungkin.
Alin yakin, pasti ada seseorang yang memberitahu mereka.
Alin menghela napas, biarlah mereka tahu. Toh ini berita baik.... ... ...
Menemani Arya bekerja tentu bukanlah hal baru bagi Alin. Sebagai sekretaris sudah menjadi tugasnya untuk selalu di sisi Arya. Namun kini statusnya berbeda. Ia bukan hanya sebagai sekretaris melainkan calon istri dari bos nya sendiri.
Bersyukur dan selalu berterima kasih kepada Tuhan selalu Alin lakukan. Sang Pencipta sudah sangat baik kepadanya. Kebahagiaan selalu menyertainya. Ia di berikan keluarga yang sangat sayang kepada dirinya, pekerjaan yang bagus dan sekarang ia didekatkan dengan seorang laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Alin!"
"Eh" Alin terkesiap saat melihat wajah Arya yang sangat dekat dengannya. Mereka ada di ruangan Arya karena lelaki itu meminta Alin untuk menemaninya bekerja. Manja memang.
"Kamu bengong?"
Kening Alin mengernyit mendapat pertanyaan dari Arya. "Emang iya?" Ia justru bertanya balik. Arya yang mendengarkan jadi tertawa.
"Kok malah tanya saya. Kamu kenapa? Ada yang lagi dipikirin?"
"Saya heran deh Pak, kenapa orang-orang kantor bisa tahu kalau kita udah tunangan." Alin menatap langit-langit ruangan Arya. Entah apa yang ia lihat di sana. Jelas-jelas dihadapannya ada lelaki tampan, eh dia justru memilih menatap langit-langit.
"Kamu punya sosmed kan?" Mendapat pertanyaan dari Arya, Alin mengalihkan pandangannya pada laki-laki itu.
"Punya lah! Saya nggak se kudet itu kali Pak dengan teknologi baru."
"Kalau kami bingung dari mana mereka tahu pertunangan kita kemarin, kamu buka saja instagram."
"Memangnya ada apa?" Tanya Alin bingung. Ditengah kebingungannya, ia tetap mengikuti ucapan Arya. Sudah beberapa hari ini, Alin tidak membuka instagramnya karena malas.
"Kamu lihat saja dulu."
Alin menghela napas kasar. "Huh! Pantas saja. Devi menandai kita di postingannya."
Arya tersenyum. Ia sudah tahu kalau ia dan Alin di-tag dalam postingan terbaru Devi, sahabat Alin. Ia sendiri tidak masalah karena apa yang ia lakukan tidaklah salah.
Arya kembali mengerjakan tugasnya. Alin kembali diam dan hanya memainkan ponselnya. Jak kantornya Aisha berakhir, makanya Alin diberi kebebasan.
Lama bermain ponsel, Alin merasa lapar. Siang tadi ia hanya makan sedikit."Pak, masih lama ya kerjanya?" Tanya Alin pada Arya.
"Memang kenapa?" Tanya balik.
"Saya mau pulang duluan ya? Saya laper banget."
"Kamu laper?" Alin mengangguk.
"Kenapa tidak bilang?"
"Tadi belum laper dan baru laper sekarang."
"Ya udah ayo!" Arya mematikan komputernya dan merapihkan berkas-berkas yang baru saja ia periksa.
"Ih! Mending Bapak nyelesaiin ini aja. Saya bisa pulang sendiri."
"Enggak! Kebetulan kerjaan saya sudah selesai. Jadi kita bisa pulang bareng."
"Ya udah deh kalau Bapak maksa, saya mau pulang sama Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jobs
RomanceAlina Pramesti, seorang sekretaris yang merangkap sebagai baby sitter untuk anak dari bosnya. Alin yang memang menyukai anak kecil tentu senang saat bosnya meminta untuk menjaga anaknya karena pengasuh sang anak sedang izin. Alin harus melakukan pek...