LIV

16.2K 1.2K 97
                                    

Hay guy's....
Karena banyak yang minta double up... Ini deh aku kabulin.
Hujatan untuk Arya masih di persilahkan yaaa tapi ingat jangan terlalu kasar. Kasihan ☺
Jangan lupa vote and komennya ya.
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Loh kamu nggak kerja?" Tanya Arya saat melihat Alin yang keluar dari lift sambil menggendong putrinya. Biasanya jika berangkat kerja, sejak pagi Alin sudah bersiap. Alin akan turun dengan menggandeng tangan Marsya untuk diajak sarapan. Berbeda dengan sekarang yang masih menggunakan piyama tidurnya.

"Enggak. Aku izin ya."

"Kenapa? Badan Marsya masih panas ya? Mau panggil dokter?"

"Nggak usah. Udah enakan kok dia. Nggak tega aja kalau aku harus ninggalin Marsya sama mbaknya". Alin duduk di sofa single yang jaraknya tak jauh dari Arya.

"Hmmm ya udah. Oh ya hasil rapat kemarin udah kamu salin?"

"Udah. Udah aku taro juga di ruang kerja Mas."

"Ya udah. Mas langsung berangkat aja ya."

Kening Alin mengernyit. " Sepagi ini?" Alin melihat jam yang ada si dinding. Masih pukul 6 pagi.

"Iya."

"Emang ada rapat dadakan ya? Sampek Mas harus berangkat sepagi ini. Tapi setahu ku nggak ada."
Alin adalah sekte Arya. Ia yang mengatur jadwal laki-laki itu dalam bekerja dan bertemu klien.

"Aku ada urusan."

"Apa?" Tanya Alin penasaran. "Urusan pribadi?" Tanya Alin lagi.

Arya tersenyum dan mengangguk. Alin menghela nafasnya. Urusan pribadi lagi. Alin tidak akan bertanya lebih lanjut. Toh Arya tidak akan memberitahu apa urusan itu.

"Mas berangkat ya."
Arya mencium kening Alin dan Marsya. Saat akan mencium bibir Alin, istrinya itu menghindar. Alin malah menundukan kepalanya lebih dalam, memandangi wajah Marsya yang menempel di dadanya.

"Ya udah Mas berangkat dulu."
Arya mengelus rambut Alin sebelum pergi bekerja.

Seharian ini, Alin hanya di rumah menemani Marsya yang tidak mau jauh dari Maminya. Marsya sama sekali tidak ingin di gendong oleh baby sitter nya. Alhasil kemanapun Alin pergi, Marsya selalu mengikutinya.

Ada yang aneh dengan hari ini. Alin tidak mendapatkan satu pesan pun dari Arya. Arya pun tidak menelpon untuk sekedar menanyakan keadaan Marsya. Tadi hanya Rico yang menghubungi Alin untuk menanyakan berkas yang dibutuhkan Arya untuk meeting.

Hari sudah larut namun Arya belum juga pulang ke rumah. Sebenarnya tak masalah bagi Alin jika suaminya itu pulang malam tapi setidaknya berilah kabar. Alin khawatir jika Arya tidak mengirimnya pesan.

Alin memutuskan untuk mengubungi Rico. Siapa tahu Rico mengetahui keberadaan suaminya

"Iya Bu Alin, ada apa?"

"Sebelumnya maaf jika saya menganggu kamu malam-malam begini."

"Iya Bu tidak apa-apa. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau tanya, apa Pak Arya malam ini ada lembur?"

"Pak Arya tidak ada lembur hari ini. Bahkan beliau sudah pulang setelah makan siang Bu."

Kening Alin mengernyit. "Pulang?Kamu yakin?"

"Iya Bu. Saya yakin karena setelah meeting dengan klien, saya disuruh bapak untuk kembali ke kantor sendiri."

"Oh begitu. Ya sudah terimakasih ya dan maaf sudah menganggu waktunya."

"Iya Bu."

Alin meremas ponselnya. Dia berjalan mondar-mandir tak karuan. Ia bingung harus bertanya pada siapa lagi untuk mengetahui keberadaan Arya?? Menghubungi Arya langsung tidak akan bisa karena ponsel Arya tidak aktif. Arya hari ini tidak menggunakan supir. Dia mengendarai mobilnya sendiri menuju kantor.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang