XXV

25.6K 1.7K 10
                                    

Masa lalu biarlah masa lalu. Jangan kau ungkit jangan ingatkan aku... 🙂

Yah masa lalu adalah kejadian yang sudah berlalu. Tidak perlu di ungkit dan di permasalahkan lagi. Tidak perlu di ingat dan di pikirkan lagi.
Jadikanlah masa lalu sebagai pembelajaran agar kelak kita lebih berhati-hati dalam melangkah. Pikirkan segalanya matang-matang dan jangan bertindak sembrono.

Arya banyak mengambil hikmah dari perpisahannya dengan Clarissa. Dulu di otaknya hanya ada kerja, kerja dan kerja. Tiada hari tanpa bekerja sampai-sampai ia lupa bahwa ia punya istri dan anak yang harus ia perhatikan.
Arya yang sekarang berbeda dengan Arya yang dulu. Sekarang ia lebih mementingkan keluarga ketimbang pekerjaan yang tidak pernah ada habisnya. Arya selalu memperhatikan tumbuh kembang putri semata wayangnya dan juga kesehatan papa nya.

Pintu rumah Arya selalu terbuka lebar untuk Clarissa. Ia tidak akan melarang Ibu kandung putrinya itu untuk bertemu dengan sang anak.
Rasa marah yang saat itu ia rasakan pada Clarissa sudah ia buang jauh-jauh. Ia tidak sepenuhnya menyalahkan Clarissa karena dirinya juga ikut andil. Jika ia lebih memperhatikan istri nya tentu saja ini semua tidak akan terjadi.
Apalah daya. Nasi sudah menjadi bubur, yang berlalu biarlah berlalu.  Ingin menyesal sudah tidak ada gunanya.
Sekarang Arya harus menata hidupnya kembali. Ia dan juga Marsya butuh sosok wanita yang akan menemani hari-hari mereka nantinya.
Berita bahagianya, Arya sudah menemukan wanita itu. Hanya saja si wanita masih belum memberikan jawaban atas lamaran yang Arya berikan. Tidak masalah jika Arya harus menunggu. Ia bisa melakukan hal itu. Ia yakin wanita itu akan menerimanya beserta putrinya.
#ngarep 😃😃😃

... ... ...

Alin sudah bersiap-siap untuk pulang,padahal jarum jam masih menunjukkan pukul 11 siang. Hari ini Alin memang izin pulang cepat. Di rumahnya akan ada acara pengajian 7 bulanan kehamilan Dina, Kakak iparnya.

Alin keluar dari ruangannya. Ternyata di luar sudah ada Arya yang menunggunya.
Arya juga akan hadir pada acara tersebut.

"Udah? " Alin mengangguk.


"Ayo". Arya menggenggam tangan Alin dan mengajaknya masuk ke dalam lift. Alin berusaha merilekskan dirinya saat mendapat sentuhan dari Arya. Awalnya ia selalu tegang dan menolak sentuhan laki-laki itu akan tetapi lama-kelamaan ia luluh juga. Arya juga melakukannya dengan lembut.

Di dalam lift mereka hanya saling diam. Arya sibuk dengan ponselnya. Ia sedang menghubungi seseorang yang Alin tidak tahu siapa itu.

Saat keduanya sudah sampai di lantai dasar dan pintu lift terbuka, buru-buru Alin melepaskan genggaman tangan Arya.

"Saya kira kamu lupa dengan ucapan mu tempo hari" Gumam Arya.

"Tidak mungkin saya lupa dengan ucapan sendiri." Alin lebih dulu keluar dan keluar dari dalam kotak besi itu.
Alin mempersilahkan Arya menggenggam tangannya saat tidak ada orang lain diantara mereka. Saat di tempat umum, Alin akan menolong segala sentuhan dari bosnya.

Mereka berjalan dengan Alin di depan sedangkan Arya berada di belakangnya. Sungguh sekretaris teladan Alin ini. 👏👏

Sampai di mobil, Arya memerintah kan untuk langsung ke rumah Alin.

"Bapak nggak mau pulang dulu? Nggak mau ganti baju? Emang nyaman ya pakai setelan formal gini ke acara pengajian?" Tanya Alin beruntun.

"Saya sudah bilang ke Mama, agar membawakan baju ganti. Kalau kita harus ke rumah dulu, kelamaan. Nanti telat sampai rumah kamu."

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang