XXXV

21.2K 1.4K 11
                                    

Hai.... 🙋🙋
Udah 400 aja nih
Terimakasih kalian semua...
Selalu tinggalkan bintang dan komen ya...
Follow juga akun aku... ☺
Happy Reading 🤗🤗

Alin hanya bisa berdiam diri di dalam kamarnya. Ia di kurung oleh sang Ibu agar tidak membantu mempersiapkan acara lamarannya. Alin yang selalu beraktivitas merasa bosan jika hanya berdiam diri.
Alin mengambil buku gambar dan pensil dari dalam laci meja riasnya. Sejak kecil Alin suka menggambar. Kegiatan ini ia jadikan sebagai hiburan di saat merasa jenuh.

Tok... Tok...

"Iya masuk." Ucap Alin. Ia menengok sebentar sebelum pintu itu terbuka.

"Hei... Hei... Hei!!!" Suara heboh dari Devi langsung menggema di kamar Alin.

"Hei kalian!!" Pekik Alin kesenangan. Ia meletakkan alat gambarnya kemudian merentangkan tangan.

"Kangen!" Ucap ketiganya bersamaan.

Mereka berpelukan untuk melepas kangen. Alin tidak mengira jika Devi dan Ulfa akan datang menemuinya. Ia tadi memang memberitahu keduanya jika ia akan dilamar Arya tapi ia tak terlalu berharap jika sahabatnya ini akan datang. Mereka kan punya kesibukan masing-masing.

"Kalian kok bisa kesini barengan?"

"Hehe iya dong. Gue yang jemput Ulfa tadi."

"Kok bisa? Emangnya elo nggak kerja?"

"Kerja kok. Gue dikasih izin pulang lebih cepat sama Pak Arya."

"Oh ya?" Ucap Alin tak percaya.

"Nggak percaya kan lo? Gue aja awalnya nggak percaya. Tiba-tiba gue dipanggil Bu Susi, di masuk ke ruangannya. Gue mikirnya salah gue apa sampai di panggil gitu. Pas udah ngadep, Bu Susi langsung bilang kalau hari ini gue kerjanya setengah hari aja. Shock dong gue. Gie tanya, kenapa gue disuruh pulang lebih awal? Kata Bu Susi, ini perintah Pak Arya. Dua jempol Pak Arya!" Devi mengangkat kedua jempol nya sebagai pujian untuk Arya.

"Berarti Bu Susi tahu dong kalau gue bakalan dilamar?"

"Tahulah. Bu Susi nitip salam ke elo. Dia juga ngucapin selamat."

"Aaa!!padahal gue belum mau orang kantor tau." Alin mengerucutkan bibirnya. Ia sebenarnya tidak ingin jika orang kantor tahu tentang masalah ini.

"Menurut gue sih berita ini bakalan aman. Elo tahu kan gimana Bu Susi? Beliau itu gila kerja. Mana ada waktu buat menyebarkan berita ini," Ucap Ulfa yang langsung di setujui oleh Alin dan Devi.

"Kalau elo Fa. Bukannya elo lagi di pingit ya? Kok bisa kesini?"

"Hehehe gue maksa nyokap buat ngebolehin kesini. Masa iya teman gue mau dilamar gue nggak hadir."

"Sumpah deh Lin, gue nggak nyangka elo bakal di lamar hari ini," Ucap Devi.

"Jangankan elo. Gue aja nggak nyangka."

"Pak Arya gercep juga ya. Baru kemarin dia bilang mau nikahin elo, hari ini langsung dilamar," Ucap Devi lagi.

Alin mengernyitkan keningnya bingung. Ia merasa tidak menceritakan tentang itu.

"Ayu yang cerita ke gue." Jawab Devi mewakili.

"Ayu nggak di kasih izin?" Tanya Alin.

"Enggak! Tadi waktu balik, gue tanya ke dia, katanya dia nggak di izinin buat pulang. Mungkin karena masih karyawan magang kali ya. Ini juga hari pertama dia."

"Gimana perasaan elo sekarang? Deg-degan enggak? Dulu gue pas mau di lamar rasanya deg-degan banget. Nggak bisa tidur gila!" Ucap Ulfa.

Alin tersenyum. Ia merasakan juga, minus tidak bisa tidur atau biasa disebut insomnia. Semalam ia tidur sangat nyenyak karena tidak tahu paginya akan seperti ini. Mungkin jika ia sudah tahu akan seperti ini, Alin juga pasti akan susah tidur.

Alin baru merasakan deg-degan yang teramat sangat saat melihat kedatangan Arya berserta keluarganya. Alin tidak ikut menyambut, tapi ia mengintip dari jendela kamarnya.

"Gila Pak Arya ganteng banget. Kalau dia bukan calon lo, gue pastiin bakal rebut apapun yang terjadi!" Devi masuk ke dalam kamar Alin dengan semangat yang berkobar.

"Iya Lin. Bakalan pangling lihat penampilan Pak Arya hari ini. Eh bentar-bentar kalian pakai couple?" Ulfa memegang kain jarik yang di gunakan Alin sebagai rok.

"Iya kali. Tadi pagi Mbak Dina yang ngasih ini ke gue."

Alin terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya berwarna merah dengan bawahan kain jarik. Rambutnya ditata dengan gaya sanggul modern dan di beri jepitan berupa manik-manik berbentuk bunga. Wajahnya di make up sedemikian rupa hingga dirinya terlihat 10 kali lebih cantik dari biasanya. Alin tentu saja tidak bermake-up sendiri. Dina lah yang menyiapkan tukang make up beserta penata rambutnya.

"Wahh Pak Arya romantis ya. Walaupun acara kalian dadakan tapi dia sempat loh buat nyiapin ini."

"Kalian ini bagaimana? Mbak tadi bilang buat manggil Alin. Kenapa malah ngobrol disini?"
Kedua sahabat Alin hanya nyengir. Mereka lupa akan tugasnya.

"Hehehe maaf Mbak. Biasa, kalau udah ngumpul bawaannya pengen ngegosip terus." Dina menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja tingkah mereka.

"Ayo dek kita ke depan."

Acara demi acara telah selesai. Sebuah cincin bertahta kan permata sudah melingkar di jari manis Alin. Tanggal pernikahan mereka pun sudah di tentukan. Terhitung 3 bulan dari sekarang, Alin akan resmi menjadi nyonya Arya Kalindra. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, akan berjodoh dengan bos nya sendiri.

Arya mulai mengklaim Alin sebagai miliknya. Sedari tadi lelaki itu tidak pernah membiarkan Alin jauh darinya. Tangannya pun tak lepas dari tubuh Alin. Entah itu berada di pinggang nya atau melingkar di pundak gadis itu.

Jika di tanya apakah Alin merasa risih? Ya. Alin sangat risih. Ia tidak biasa dengan siap Arya yang menempelinya seperti ulat bulu. Marsya saja yang anaknya tidak semanja Arya.

"Yang ngundang dia siapa?" Alin melihat pada objek yang di tatap Arya dengan sengit.

"Nggak tau. Bukan saya pastinya. Ada acara ini aja taunya dadakan," Jawab Alin.

Sosok yang ditatap Arya semakin mendekati mereka. "Selamat ya Lin. Semoga kamu selalu bahagia." Ucap tulus Vito.

"Dia pasti bahagia kalau sama saya," Celetuk Arya.

Vito mengumbar senyumnya.

"Iya. Makasih ya Bang atas doanya. Alin juga mendoakan Abang agar segera menemukan pasangan."

"Iya terima kasih Lin. Kamu memang gadis yang baik." Ucapan tulus Vito membuat Alin tersenyum.
Alin seperti tidak menyadari bagaimana kondisi hati Arya saat ini. PANAS.

"Seandainya waktu itu kita enggak_,"

"Aduh!!" Tiba-tiba Arya mengaduh kesakitan.

"Kenapa Pak?" Tanya Alin khawatir.

"Ini leher saya kenapa ya? Kok rasanya sakit banget." Arya memegang leher bagian tengkuknya.

"Coba saya lihat!" Alin melepaskan tangan Arya dan melihat pada leher lelaki itu. Tidak ada apa-apa, lalu kenapa Arya mengaduh kesakitan?? Mungkin....

"Mungkin salah bantal."

"Saya nggak ngerasa salah bantal. Setiap hari saya memakai bantal itu. Hanya sarung bantalnya yang diganti setiap hari."

Alin berdecak kesal.

"Maksudnya bukan itu. salah bantal dikenal dengan istilah muscle strain dalam dunia medis, adalah kondisi tertarik atau menegangnya otot akibat tubuh kelelahan atau kurang tepat dalam menggunakan otot. Mah mungkin bapak sedang mengalami itu. Gimana sihhhh!!"
Karena gemas dengan jawaban Arya yang menurutnya nyeleneh, Alin mencubit pipi Arya.

"Hehehe ya maaf."
Oh betapa bahagia nya Arya. Kebohongannya berbuah manis. Yah walaupun ada part yang membuat ia terlihat memalukan di depan Alin. Tapi tak apalah, yang penting perhatian Alin teralihkan dari lelaki bernama Vito.

"Ekhem. Abang pergi dulu ya Lin"

"Pergi saja yang jauh," Celetuk Arya lagi. Alin melotot. Ia tidak enak hati jika Vito mendengarnya.

"Iya. Makasih ya Bang udah datang."

"Hih Abang??" Cibir Arya. Alin menatap Arya aneh.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang