XXXII

22.8K 1.4K 10
                                    

Hai... Hai... Hai... 🙋

Follow akun wattpad aku ya😀😀😀

Alin selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain saat tatapan matanya tidak sengaja bertemu dengan mata kedua sahabatnya. Ia tahu sejak kemunculannya bersama Arya, Ulfa dan Diva terus saja mengintai pergerakannya. Mereka selalu mencari celah untuk bisa mengobrol dengan Alin.
Tapi dasarnya Alin senang membuat kedua sahabatnya penasaran, ia sengaja menghindar. Alin selalu berada di dekat Arya karena ia yakin Ulfa dan Devi tidak akan berani bertanya macam-macam saat ada Rama di sisinya.

"Yank, ngolesin kecapnya yang bener dong. Masa tangan ku ikut kamu olesin kecap. Emang tanganku mau ikut dibakar?" Keluh Gilang karena Ulfa bukan hanya mengoleskan kecap pada ayam tetapi juga pada tangan Gilang yang memegang panggangan.

"Maaf sayang. Aku nggak sengaja." Ulfa membersihkan tangan Gilang dengan lap.

"Kamu ngelamun ya? Ngelamunin apa?" Tanya Gilang lagi.

"A_aku nggak ngelamun kok." Sanggah Ulfa.

Alin diam-diam tersenyum. Ia tahu bahwa Ulfa memang tidak melamun. Sahabatnya itu sejak tadi memperhatikan interaksinya bersama Arya.
Arya meminta Alin untuk melihat bagian leher belakangnya. Arya merasa gatal di bagian itu sehingga ia meminta Alin untuk menggaruk nya sebentar.
Alin yang tahu sedang di perhatikan, tiba-tiba memiliki ide cemerlang di kepalanya.

"Ini?" Alin bertanya pada Arya. Tangannya berada di tengkuk Arya. Laki-laki itu mengangguk.
Alin menggaruk bagian itu. Ia melihat ada benjolan kecil berwarna di leher Arya. Sepertinya Arya baru saja di gigit nyamuk yang menyebabkan lehernya menjadi gatal.

"Di gigit nyamuk ternyata. Sakit enggak Mas?" Alin merasakan badan Arya menegang. Ini pertama kalinya ia memanggil Arya dengan sebutan itu.

Acara makan-makan di rumah Alin sudah selesai. Mereka pun sudah siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat akan pulang, tiba-tiba Devi mengeluh perutnya mulas sehingga ia tidak bisa ikut pulang dengan Ulfa dan Gilang.

"Cepet amat? Elo beneran BAB apa boongan doang? " Tanya Alin saat melihat Devi yang sudah keluar dari kamar mandi. Padahal belum ada 5 menit ia masuk ke tempat itu.

"Hehehe. Sebenarnya ini ide Ulfa. Gue mah ngikutin aja."
Alin menghembuskan nafas pelan. Dasar!

"Sebenarnya kita berdua penasar_an,"

"Devi mau pulang atau menginap di sini?"
Omongan Devi terpotong karena pertanyaan Raka.

"Pulang Bang. Ada pekerjaan yang aku bawa pulang."

"Ohh. Kalau begitu pulang sama Arya aja ya. Nggak usah naik taksi. Bahaya. Abang mau nganterin tapi udah ngantuk banget."
Devi menelan salivanya dengan susah payah. Pulang sengaja Arya katanya?
Devi meminta bantuan Alin. Dia memang ingin pulang tapi tidak dengan Arya juga?

"Emmm_,"
Devi menarik baju Alin. Ia benar-benar membutuhkan bantuan. Gara-gara ke kepoan Ulfa, ia jadi kena batunya. Sebenarnya ia juga kepo dengan hubungan sahabatnya itu dengan bos mereka tapi dia memilih santai. Dalam pikirannya, ia yakin Alin nantinya akan menceritakan sendiri masalah itu.

"Bang, aku boleh nginep di tempat Devi?"

"Ckck kamu cemburuan amat. Nggak ikhlas ya liat Arya berduaan sama Devi? Tenang aja. Arya setia kok orangnya. Abang jamin!"

"Ckckck bukan! Udah lama aja nggak pernah nginep di tempat-tempat Devi. Jadi boleh enggak?"

"Iya boleh, tapi bukannya besok Ayu bakal datang lagi buat ke kantor kalian?"
Ayu memang sudah pulang ke rumahnya tapi besok ia akan kembali lagi untuk mengurus magangnya di kantor Arya.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang