"Calon mami nya Marsya!"
Alin benar-benar tidak mengerti dengan sikap Arya kali ini. Laki-laki itu hanya diam. Tidak menyanggah apa yang tengah dibicarakan Reno saat tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Laki-laki itu malah nampak acuh dan seakan tidak masalah dengan yang diucapkan sang sahabat.
Berbeda dengan Alin.Mulutnya terasa kebas untuk mengklarifikasi dan menjawab semua pertanyaan yang di berikan teman-teman Arya. Sudah berkali-kali ia menjawab bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa selain atasan dan karyawan. Namun tak ada satupun yang percaya dengan yang ia katakan.Bermula dari Reno yang mengatakan bahwa Alin adalah calon Mami nya Marsya. Semua teman-teman Arya berbondong-bondong menanyakan kebenaran berita tersebut.
"Jadi kalian beneran pacaran?"
Alin menggelengkan kepala. Lelah rasanya menjawab pertanyaan yang sama setiap detiknya."Ar,buruan bawa ke bude. Kenalin. Di tikung orang baru tau rasa lo." Itu adalah sura Mbak Bella.
Tau kan. Wanita yang beberapa hari ini sering muncul dan terlihat dekat dengan Arya. Ternyata, perempuan itu adalah sepupu Arya. Suami Bella yang bernama Ardian adalah rekan bisnis Arya."Pantesan. Waktu gue main ke kantor Arya terus nggak sengaja ketemu mereka di mall, Alin keliatan banget nggak suka sama gue. Cemburu ternyata. Hahaha". Suara tawa dari Bella membuat yang lain ikut tertawa.
"Tuh kan kalau nggak ada hubungan apa-apa mana mungkin jalan ke mall berduaan? Iya kan guys?" Si kompor Reno kembali berucap.
Jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Kata-kata itu rasanya sangat cocok dengan keadaan sekarang.
Penampilan Reno memang terlihat cowok banget,macho,badan kekar, (sebelas dua belaslah dengan Arya), tampang oke tapi mulut lelaki itu tak jauh berbeda dengan ibu-ibu komplek, suka bergosip.
Bermula saat lelaki itu mengatakan bahwa Alin adalah calon mami nya Marsya jadilah Alin sebagai narasumber dadakan bagi para teman-teman Arya yang lain.Acara inti sudah selesai. Para tamu di persilahkan untuk menikmati hidangan yang tersedia. Para anak-anak kembali bermain di arena permainan yang disediakan. Begitupun dengan Marsya. Anak itu sudah asyik bermain lempar-lemparan bola dengan beberapa anak yang lain.
Alin bukannya tidak mau menemani Marsya. Jika disuruh memilih,Alin lebih senang jika menemanimu Marsya bermain ketimbang duduk bersama Arya dan para sahabatnya. Alin sudah ingin menghindar akan tetapi sangat disayangkan niatnya kabur dari dari teman-teman Arya gagal. Begitu acara tiup lilin dan potong kue ia langsung di tarik oleh Bella dan Diana. Mau tidak mau Alin pun menuruti. Tidak mungkin ia menolak hingga berujung adegan tarik-menarik. Pasti akan sangat memalukan.Para pria dan wanita duduk di meja terpisah. Posisi Alin dan Arya saling memunggungi.
"Kamu hebat Lin, bisa menaklukan hati seorang Arya Kalindra." Bella mengacungkan kedua jempolnya diikuti oleh Diana.
"Iya. Nggak pernah lho gue liat Arya ngajak perempuan ke acara kayak gini. Ibu kandung nya Marsya aja nggak pernah diajak kumpul sama kita dan elo yang katanya cuma sekretaris malah diajak. Jadi gue yakin, kalian berdua sebenarnya sudah berhubungan tapi masih malu untuk mengatakannya pada kami." Alin menghela napas lelah. Biarkan mereka berpikir seperti itu. Dibilangin juga tidak akan percaya.
"Gue kenal banget gimana Arya. Dari kecil kita tumbuh bareng. Gue sangat-sangat tahu bagaimana sikapnya. Gue yakin dia ada rasa sama elo." Bella menunjuk dengan dagu nya ke arah Arya yang duduk di belakang Alin. Arya tengah berbincang dengan Ardian dan juga Reno. Jarak mereka memang tidak terlalu dekat. Di tambah musik yang diputar membuat mereka tidak bisa saling mendengar percakapan masing-masing.
"Mana mungkin sih Mbak. Kita beneran cuma atasan sama karyawan aja kok." Alin berusaha mengatakan sebenarnya.
"Mau elo ngeles dengan alasan yang sama seribu kali pun gue nggak akan percaya. Mulut bisa berkata tapi mata bisa menjawab semua nya. Dari mata kalian gue bisa liat kalau ada benih-benih cinta. Kalian saja yang masih sibuk menutupi dan menyangkal perasaan itu." Alin diam sebentar. Apa benar yang di katakan Bella, tapi selama ini ia biasa saja saat berada di dekat Arya.
Tiba-tiba Bella menyentuh tangan Alin membuat Alin terkesiap.
"Buat Arya bahagia ya. Gue percaya sama elo." Pandangan Alin jatuh pada Diana yang duduk di samping Bella. Perempuan beranak satu itu mengangguk.
Entah mendapat dorongan dari mana Alin pun menganggukkan kepalanya."Makasih Alin." Ketiga perempuan itu saling berpelukan hingga membuat salah satu dari lelaki yang duduk tak jauh dari mereka ber celetuk.
"Ada apaan ini? Kok ada acara peluk-pelukan segala?Gabung boleh dong?" Reno berjalan mendekati para perempuan. Ia sudah merentangkan tangannya seperti ingin benar-benar ikut dipeluk. Sebelum terjadi ada bahaya mengancam yang membuat dua pasangan lainnya tertawa.
"Berani maju satu langkah. Tidur di luar."
Dalam perjalanan pulang, Alin lebih banyak diam. Eh saat berangkat juga Alin hanya diam saja sih. Kalau tadi alasannya karena ia bete dengan sikap Arya yang memaksanya ikut maka saat pulang alasannya adalah memikirkan apa yang di katakan oleh Bella tadi.
Arya nggak pernah ngajak istrinya yang tak lain adalah ibu kandung Marsya untuk kumpul bersama teman-teman nya?
Apa benar Alin ada rasa dengan Arya? Begitupun sebaliknya.
Kenapa Bella meminta Alin untuk membahagiakan Arya? Bukankah lelaki itu sudah bahagia.
Alin menoleh pada Arya yang duduk di sampingnya, memperhatikan Arya yang sedang fokus mengemudi.
Memangnya Arya tidak bahagia ya?
Alin hanya bisa menerka-nerka mengapa lelaki ini tidak bahagia. Apa alasannya? Segalanya di miliki oleh Arya, kecuali istri.
Apa iya karena tidak punya istri ia jadi tidak bahagia?
"Kamu kenapa liatin saya sampai segitunya?"
Alin jadi seperti orang linglung mendapat teguran dari Arya. Ia lantas mengalihkan pandangannya pada Marsya yang tertidur pulas di belakang."Nggak." Jawabnya singkat.
"Yakin? Bukan terpesona karena ketampanan saya kan?"
" Ish" Alin mendesis. Arya malah tertawa melihat Alin yang kesal karena tingkat kepedean lelaki itu sangat tinggi.
Arya kembali terdiam dan fokus pada kemudi nya."Pak!"
" Hmm"
"Emm kenapa Bapak malah diem aja waktu mereka bilang kalau kita ada hubungan?"
"Bukannya emang iya." Badan Alin langsung tegak. Ia melotot kearah Arya.
"Kita nggak ada hubungan apa-apa."
" Saya bos dan kamu karyawan saya. Bukannya itu juga di sebut hubungan ya?" Bahu Alin melemas. Iya juga ya. Tapi kenapa Alin jadi sedih begini saat tabu Arya mengatakan jika hubungi di antara mereka hanya bos dan karyawan.
"Bukan hubungan yang seperti itu."
"Lalu?"
"Hubungan yang_," Alin gugup saat Arya menatapnya dengan intens.
"Hubungan yang?? " Ulang Arya.
"Hub... Hub...bungan yang_," Sungguh Alin benar-benar gugup. Ia biasa menatap mata Arya tapi tidak dengan situasi seperti ini.
Bibir Alin bergerak-gerak ingin mengucap kan kata itu tapi kenapa susah sekali sih."Pacaran maksud kamu?" Karena Alin lama menjawab maka Arya berinisiatif terlebih dulu.
Alin mengangguk dengan cepat."Amin kan saja. Semoga terjadi."
Ucap Arya sambil menjalankan mobilnya karena lampu sudah berubah hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jobs
RomanceAlina Pramesti, seorang sekretaris yang merangkap sebagai baby sitter untuk anak dari bosnya. Alin yang memang menyukai anak kecil tentu senang saat bosnya meminta untuk menjaga anaknya karena pengasuh sang anak sedang izin. Alin harus melakukan pek...