Hari pernikahan yang di tunggu-tunggu oleh Ulfa dan Gilang akhirnya tiba. Mereka kini sudah sah menjadi sepasang suami istri. Tadi pagi Gilang sudah mengucapkan ijab kabul dihadapan banyak orang.
Devi dan Alin sejak pagi berada di tempat acara yaitu di hotel mewah milik Kalindra grup.
"Pernikahan mereka aja bisa semewah ini. Gimana sama pernikahan elo nanti ya?" Gumam Devi.
"Entah. Gue sih nggak pengen yang kayak gini. Capek pasti berdiri kayak gitu berjam-jam." Mereka berdua mengobrol tapi pandangan tetap lurus ke depan. Tidak saling menatap satu sama lain. Memperhatikan kedua mempelai yang sedang menyalami para tamu undangan. Terlihat wajah Ulfa yang tertawa bahagia. Alin yakin setelah ini sahabatnya itu akan curhat panjang lebar karena lelah berdiri.
"Yakin? Calon laki lo orang kaya loh. Masa iya pernikahannya cuman mau di KUA." Cibir Devi
"Itu kan kepengenan gue."
"Elo sama Ulfa itu aneh. Pernikahan kayak gini itu impian semua orang. Sekali seumur hidup loh. Kalau gue punya laki kayak Pak Arya, gue bakalan minta pesta pernikahan tujuh hari tujuh malam. Live di TV dan ngundang artis favorit gue. Habis itu minta bulan madu keliling dunia. Ahh senangnya hidup."
"Untung Maa Arya nggak dapet elo. Kalau iya bisa miskin mendadak dia." Giliran Alin yang Mwnfibir Devi.
"Hahaha ya untung nya gitu!"
Alin merasakan getaran dari ponselnya. Sebuah pesan dari Arya, mengatakan jika lelaki itu sudah sampai di tempat acara.
"Gue, ke depan dulu ya. Mas Arya udah datang."
"Iya."
Alin membelah kerumunan untuk bisa keluar dari tempat ini. Arya berdiri tidak seorang diri. Ada kedua orang tuanya dan Marsya putri nya. Jangan lupakan para pengawal yang menjaga di kanan dan kirinya.
"Ma, Pa." Alin menyalami kedua orang tua Arya yang juga turut hadir. Tadi Alin mengira, Arya akan datang sendiri. Nyatanya lelaki itu mengajak keluarga nya juga.
"Gimana keadaan Mama dan Papa?"
"Mama baik. Papa juga semakin baik. Setelah Arya melamar kamu, Papa jadi semangat untuk sembuh. Nggak malas-malasan lagi buat olahraga," Jawab Mama Anita.
Alin tersenyum menanggapi.
"Mamiiiii!!" Sapaan riang dari seorang anak kecil mengalihkan perhatian Alin. Tangannya terangkat meminta di gendong.
Panggilan Marsya kepada Alin sudah berubah. Tidak lagi Tante seperti saat mereka awal-awal bertemu."Hai sayang!!" Jawab Alin tak kalah hebohnya. Baru Alin ingin mengangkat tubuh Marsya, cekalan di lengannya membuat gadis itu menoleh. Dari tatapan nya seolah bertanya kenapa?
"Marsya udah gede. Jangan keseringan digendong. Nanti dia manja. Marsya jalan aja ya. Bareng-bareng." Arya menundukkan badannya agar sejajar dengan putrinya.
Bibir Marsya mengerucut lucu.
"Mau gendong Mami!"
"Besok-besok aja. Sekarang jalan aja. Kamu nggak kasian lihat Mami. Buat jalan aja Mami kesusahan gitu, apalagi sampai gendong kamu." Arya menjelaskan pada sang anak. Benar. Untuk berjalan saja Alin kesusahan karena rok kain yang ia kenakan membuat ia susah bergerak.
Marsya akhirnya menurut. "Tapi besok aku digendong Mami ya."
"Iya Mami janji. Besok bakalan gendong Marsya."
Sejak tau tante Alin-nya akan menjadi Mami-nya, Marsya semakin manja pada Alin. Apa-apa harus Alin. Mulai dari makan, tidur siang, bahkan mandi pun harus Alin yang memandikan nya. Alin tidak keberatan melakukan itu semua karena karena ia sangat sayang pada Marsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jobs
RomanceAlina Pramesti, seorang sekretaris yang merangkap sebagai baby sitter untuk anak dari bosnya. Alin yang memang menyukai anak kecil tentu senang saat bosnya meminta untuk menjaga anaknya karena pengasuh sang anak sedang izin. Alin harus melakukan pek...