XLVII

19.9K 1.4K 24
                                    

Hai guy's.... 🙋
Masih adakah yang menunggu kedatangan double A??
Masih penasaran kah kalian dengan cerita selanjutnya??
Kalau iya jangan lupa tinggalkan vote anda komennya ya
Thankyou... ☺
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Mbak! Mbak yakin, pernikahannya nggak mau di majuin aja?" Tanya Ayu pada Alin.

"Nggak."

"Tapi Ayu khawatir deh Mbak kalau pernikahan kalian nggak di majuin, kejadian yang kayak tadi terulang lagi." Alin meringis mendengarkan ucapan Ayu. Padahal dia sudah mewanti-wanti Ayu untuk tidak membahas masalah di rumah Arya tadi.

"Nggak akan! Tadi_ tadi khilaf aja."

"Hmmm khilaf. Okelah. Semoga kekhilafan itu benar-benar tidak terulang lagi sebelum kalian benar-benar sah!" Alin rasanya malu sekali dinasehati sepertinya itu.

"Udah! Jangan dibahas lagi. Tadi Mbak udah bilang sama kamu agar nggak bahas masalah ini di rumah. Kenapa kamu ingkar?"

"Hehehe sorry. Habisnya penasaran. Tapi Ayu boleh tanya satu lagi." Alin menatap Ayu dengan tatapan kesal.
Ayu tersenyum menunjukkan gigi-giginya.

"Hehehe satu aja. Janji! Habis ini nggak akan bahas-bahas lagi."
Alin menghembuskan nafas pasrah.

"Silahkan!"

"Gimana sih Mbak, rasanya ciuman? Jujur aja nih ya! Emang bener pacar Ayu ganti-ganti terus. Cowok yang deketin Ayu juga banyak tapi Ayu tuh belum pernah sekalipun ngerasain yang namanya ciuman. Gimana sih Mbak rasanya?" Alin melotot. Apakah Ayu gila, menanyakan hal yang demikian kepadanya?

Alin yang baru selesai dengan rutinitas sebelum tidur, berjalan ke ranjang dan duduk di samping Ayu. Alin menjitak kepala Ayu hingga gadis itu kesakitan.
"Ngapain kamu tanya kayak gitu? Kalau kamu pengen tahu gimana rasanya, praktekin aja sendiri."

Ayu nampak berfikir. "Sama siapa?"

"Ya sama pacar kamu lah!" Sahut Alin ngegas.

"Ish-ish orang Ayu lagi jomblo."

"Jomblo?? Terus yang setiap malam teleponan sama kamu siapa?" Tanya Alin dengan nada mengejek.

"Hehehe itu mah gebetan doang." Alin memutar bola matanya saat mendengar jawaban Ayu.

Malas meladeni Ayu, Alin menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Badannya terasa lelah karena seharian bekerja double karena pekerjaannya Arya yang masih bisa ia handle, ia yang y mengerjakannya.

"Mbak!" Panggil Ayu.

Hmm

"Kali ini Ayu mau ngomong serius. Dengerin ya."

Hmm

"Ayu saranin kalian menikah secara agama dulu deh. Resepsinya bisa nyusul belakangan." Alin membuka selimut yang menutupi kepalanya.

"Maksud kamu?" Alin menengok pada Ayu.

"Iya. Menikah secara agama biar kalian halal dulu. Kalau misalkan, kejadian seperti tadi terulang kembali, kalian sudah tidak berdosa."

"Mbak nggak akan ngelakuin itu lagi. Tadi kan Mbak udah bilang, itu cuma khilaf." Alin kembali menutup kepalanya dengan selimut.

"Nggak ada yang tahu Mbak. Setan pintar memanfaatkan peluang. Di saat kalian bersama dan ada kesempatan,setan pasti akan mendukung kalian. Mereka nggak akan melarang kalian dengan ngomong Alin, Arya jangan lakukan itu. Itu dosa. Nanti kalian seperti aku yang masuk neraka. Malahan para setan akan menjadi tim penyemangat supaya kalian cepat-cepat ngelakuin itu. Beda ceritanya kalau kalian sudah menikah, nggak perlu deh dengerin bisikan setan kalau mau wik-wik. Tinggal lakuin bisa dapat pahala deh, karena melayani suami termasuk ibadah kan?"

Alin memikirkan apa yang Ayu ucapkan. Ada benar nya juga. Ia kemabli membuka selimutnya.

"Tapi kan kami sudah mau menikah Yu."

"Iya Ayu juga tahu. Ini juga kan nikah, cuma bedanya belum terdaftar di negara aja. Kalau ingin melakukan sesuatu, Mbak sama Bang Arya lebih bebas. Nggak takut dosa. Ayu sih ngomong kayak gini bukan mau menggurui ya Mbak, tapi sebagai sesama perempuan, apalagi kita saudara, Ayu cuma mau ngasih informasi sesuai yang Ayu tahu aja."

Alin menatap Ayu dalam. Apa yang dikatakan Ayu memang benar tapi, apa iya, Alin harus mengatakan ini lebih dulu pada Arya. Bagaimanapun kalau Arya nanti berpikir yang tidak-tidak jika Alin mengatakannya.

... ... ...

Tok... Tok... Tok...

Ayu yang masih bergelung di selimutnya terpaksa bangkit untuk membuka pintu.

"Eh Abang. Kenapa?" Ayu mengucek matanya agar penglihatannya lebih jelas.

"Mbakmu mana?"

"Lagi mandi. Kenapa?"

"Kalau udah selesai langsung suruh ke depan. Abang mau ngomong!"
Setelah mengatakan itu, Raka pergi dari kamar Alin. Tiba-tiba jantung Ayu deg-degan parah. Tidak biasanya Abangnya itu bertindak seperti ini. Wajah Raka terlihat tegang dan serius. Kata yang keluar dari mulutnya pun terdengar berbeda dari biasanya.

"Mbak!"
Alin membenarkan letak handuk di kepalanya.

"Apa?" Jawab Alin tanpa menoleh pada Ayu.

"Tadi Abang ke sini, Mbak Alin disuruh nemuin Abang setelah seleksi mandi."

"Nanti aja deh. Mbak mau siap-siap dulu."

"Katanya sekarang Mbak! Penting!"

Alin menoleh pada Ayu. "Penting? Soal apa?" Ayu menggeleng.

"Ini beneran? Kamu nggak lagi ngerjain Mbak, kan?"

"Enggak Mbak. Mbak nggak liat muka Ayu lagi mode serius!"

Alin mempercayai ucapan Ayu. Tidak ada kebohongan yang tergambar di wajahnya.
Keluar dari kamar, Alin melihat Dina yang sedang menyuapi kedua anaknya.

"Abang mana Mbak? Kata Ayu, Abang mau ngobrol sama aku."

"Ada di depan." Alin mengangguk dan melanjutkan langkah kakinya. "Sama Ibu dan Arya juga."
Alin kembali menoleh.

"Mas Arya di sini?"

"Iya. Sana cepat temuin mereka."

Jantung Alin semakin berdegup tidak karuan. Ada apa ini? Kenapa Arya datang sepagi ini.

Tiga pasang mata menatap Alin, saat gadis memasuki ruang tamu. Alin semakin yakin jika ada sesuatu saat melihat tatapan Raka padanya.

"Alin, sini duduk dekat Ibu." Alin menuruti perintah ibunya.

"Alin, apa benar kemarin kamu hampir melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dengan Arya? " Alin melirik Arya sebelum menjawab. Lelaki itu mengangguk.

Alin hanya diam. Ia tidak berani mengakui kesalahannya di depan abang serta ibunya. Ya walaupun itu belum di lakukan tapi tetap saja itu sebuah kesalahan.

"Jika kamu diam saja berarti benar yang di katakan Arya."
Alin melotot pada Arya. Tidak menyangka lelaki itu menceritakan nya pada Raka.

"Ma_af Bang. Aku janji nggak akan mengulangi nya lagi. Kemarin juga kita belum sempat melakukan apa-apa! Bener!" Sesal Alin.

Raka mendesah kecewa.
"Abang nggak nyangka kalian akan begitu. Walaupun belum terjadi tapi kamu tau kan jika itu salah." Alin menangguk.

"Apa kalian tidak bisa menahan sampai satu bulan lagi?"
Raka menepuk baju Arya dengan cukup keras.

"Ar, gue tahu elo duda, tapi sabar sebentar lagi memangnya nggak bisa ya?"

"Susah bro. Makanya gue berharap permintaan gue dikabulin. Gue cuma takut kejadian yang sama terulang."

"Ah elo mah! Lamaran dadakan. Masa iya ijab kabul juga mau dadakan! Udah kayak penjual tahu bulat!"

Mata Alin membulat. Ijab kabul katanya? Maksudnya apa??


Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang