XL

21.1K 1.4K 11
                                    

Hai semua.... 😀
Alin dan Arya kembali hadir.
Jangan lupa vote dan komen nya ya. Aku paling seneng baca komenan dari kalian. Makasih yang udah komen dan vote🤗🤗

Langsung cuss baca aja yaaaa
Happy Reading 😀😀😀

🍀🍀🍀

"Kenapa dia ada di sana?"

"Nggak tau. Waktu aku nungguin Mas, tiba-tiba dia datang kayak jelangkung." Jawab Alin acuh.

Mereka kini dalam perjalanan pulang. Alin tahu jika ia akan di interogasi seperti ini. Ia akan kooperatif dan menjawab sesuai kenyataan yang ada. Tidak akan di tambah ataupun di kurangi.

"Kenapa duduknya mepet-mepet?" Tanya Arya masih dengan nada ketus.

"Bukan aku yang mepet dia tapi dia yang mepet aku."

"Kalau udah tahu dia mepet ke kamu, kenapa nggak pindah? Sofa di samping kamu sepertinya tadi kosong."

"Aku belum sempat pindah, Mas udah datang."

Arya menghela nafasnya.
"Pokoknya kamu jangan deket-deket sama dia. Kalau ada dia, langsung pergi aja. Mas nggak mau liat dia ada di sekitar kamu. Apa perlu mas bilang ke Raka, supaya ngelarang Vito datang ke rumah."

"Eh jangan dong. Bang Vito kan sahabatnya abang. Masa iya Abang melarang sahabatnya datang ke rumah. Dulu waktu bang Vito, masih tinggal di komplek, Abang sering main ke rumahnya. Bang Vito sama keluarganya baik banget
Masa iya sekarang Abang mau berbuat begitu. Ngusir tamu sekaligus sahabatnya sendiri."

Arya meraup wajahnya kasar.
"Kamu memang nggak tahu apa emang beneran nggak tahu?Tujuan utamanya datang ke rumah bukan untuk ketemu Arya tapi ketemu kamu. Raka cuma dijadikan tameng aja."

"Eh eh nggak boleh su'udzon gitu. Nggak baik". Alin menggelengkan kepalanya dan jari telunjuk yang ikut di gerakan ke kanan dan kiri.
Mendadak Alin seperti seorang ibu yang tengah menasehati anaknya.

"Bukannya su'udzon tapi kenyataannya memang gitu." Alin ingin kembali berucap tapi segera di potong Arya.

"Kamu jangan belain dia ya!"

"Enggak. Aku nggak mau belain dia. Aku nggak mau aja Nas mikirin hal yang nggak penting gini. Nguras tenaga. Kalau memang tujuan Bang Vito mau nemuin aku, ya biarin aja. Itu tergantung sama aku juga. Kalau pas dia datang terus aku mau nemuin dia secara cuma-cuma sama aja aku buka peluang untuk dia mendekati aku. Sedangkan selama ini, kalau bang Vito datang aku selalu ngumpet. Cuma pas awal doang dia datang,kebetulan aku habis pulang dari rumah Mas waktu itu. Terus ketemu deh sama dia. Jangan marah-marah terus ya." Alin mengelus lengan Arya agar tidak lagi marah-marah.

"Tapi kasihan kamu kalau begitu. Kamu jadi ke kurung."

"Nggaklah. Kan cuma sebentar. Kalau Bang Vito lama-lama bertamu nya nanti aku bilang Bang Raka suruh buat alasan yang bisa buat bang Vito cepat-cepat pulang. Asal Mas tahu, Abang juga nggak suka sama dia."

"Kok bisa? Bukannya mereka sahabatan?"

"Iya. Abang nggak suka sama perilakunya."

"Tapi_,"

"Ah udahlah nggak usah dibahas lagi. Lama-lama Mas bisa ngambek kalau bahas dia terus." Alin langsung memotong ucapan Arya karena ia juga tidak mau membahas Vito lagi.

Alin memang harus sabar-sabar menghadapi Arya. Semakin dekat dengan Arya, Alin jadi tahu sifat Arya yang tidak pernah lelaki itu tunjukkan pada orang lain selain pada orang yang dia sayang.

"Ya udah deh. Tapi bener ya! Jangan deket-deket dia lagi."

"Iya. Sekarang bawel banget sih. Padahal dulu kalau ngomong cuma dua kata aja, iya atau tidak." Alin mencubit pipi Arya karena gemas. 

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang