LXIII

18.8K 1.1K 62
                                    

Hai guy's... 🙋🙋
Masih adakah yang mengingat cerita ini?? Masih adakah yang menunggu kelanjutannya??
Maaf ya update nya kelamaan 🙏🙏
Lagi benar-benar buntu soalnya.
Langsung aja ya...
Happy Reading 🤗🤗🤗

"Mas udah janji loh sama aku. Bakalan nurutin semua yang aku mau." Ucap Alin dengan bibir yang cemberut.

"Iya sayang, Mas memang udah janji sama kamu tapi ya nggak kayak gini juga."
Arya melihat penampilannya dari kaca besar yang ada di walk in closet.
Hoodie berwarna pink, topi berbentuk kepala kelinci. Celana jeans warna putih dan sneakers warna yang sama. Jangan lupa kaca mata bulat bertengger di hidung mancungnya. Tas ransel berwarna hitam menempel di punggungnya dan satu lagi botol minum milik Marsya yang tergantung di lehernya.

"Sayang, Mas ini mau berangkat ke kantor loh. Masa iya mas berpenampilan kayak gini? Nanti yang ada mas di ketawain sama karyawan di kantor." Ucap Arya lembut.

Selembut apapun Arya berucap, Alin merasa hatinya tersakiti dengan penolakan yang dilakukan suaminya. Bibirnya mencebik dan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ja_jadi Mas nggak mau nurutin mau aku?"

"Bu_bukan gitu sayang." Arya gelagapan sendiri melihat reaksi istrinya. Ia berusaha mendekati sang istri yang tengah duduk di sofa kecil tempat Arya biasanya menggunakan sepatu. Alin menghindar saat Arya mendekatinya.

"Nggak usah deketin aku lagi. Aku nggak mau deket-deket sama Bapak lagi.".

Glek....

Bapak? Jika Alin sudah memanggil Arya dengan sebutan itu, berarti istrinya benar-benar sedang marah. Arya sudah paham. Setiap marah, Alin akan memanggil Arya dengan sebutan kamu atau Bapak. Tidak memanggil dirinya Mas, seperti biasa.

"Sayang_,"

"Kalau Bapak nggak bisa menepati janji, nggak usah menebar janji. Bikin hati sakit tahu!"

Setelah mengatakan itu, Alin keluar dari dalam walk in closet. Arya bisa melihat Alin yang mengelap pipinya.
Istrinya menangis?? Arya berlari secepat kilat untuk mengejar Alin.

"Sayang!" Arya memegang tangan Alin yang hendak turun ke lantai satu menggunakan lift. Direngkuhnya tubuh mungil istrinya ke dalam pelukan.

"Maafin Mas ya. Mas akan menuruti semua keinginan kamu. Mas rela melakukan apapun itu asal kamu jangan nangis dan ngambek lagi."

"Be_beneran? Kalau Mas ngelakuinnya terpaksa mendingan nggak usah!" Ucap Alin sambil melepas pelukan nya.

"Nggak sayang. Mas ikhlas." Arya tersenyum menatap istrinya.

"Ya udah kalau gitu, aku ikut ke kantor ya." Ucap Alin dengan manja.

"Loh mau ngapain? Kamu istirahat aja di rumah. Kasihan baby kita." Arya mengelus perut Alin. Ia. Sudah berniat melepaskan atribut yang ia pakai saya tiba di kantor nanti.

"Nggak! Pokoknya aku mau ikut!" Ucap Alin tegas. Arya hanya bisa pasrah. Menolak keinginan Alin adalah mimpi buruk dalam hidup Arya.

"Ya udah aku siap-siap dulu. Mas tungguin aku yaaa." Ucap Alin lembut. Arya mengangguk. Alin lantas pergi ke kamar mereka sambil bersenandung.

"Mama kalau mau ketawa, ketawa aja deh nggak usah di tahan-tahan." Kesal Arya pada Mamanya yang sejak tadi berusaha menahan tawa.

"Hahaha....jujur Mama nggak nyangka kamu mau aja di dandanan Alin jadi kayak anak PAUD yang mau karya wisata gini. Ngidamnya Alin memang the best." Arya memutar bola matanya malas. Ngidam? Mamanya tidak tahu saja. Ini adalah hukuman yang harus ia terima. Alin akan memaafkan Arya dan tidak akan mengadukan Arya pada mertuanya dengan syarat Arya harus mengikuti apa yang Alin perintahkan.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang