L

22.2K 1.4K 10
                                    

Hai guys... 🙋
Sorry pengantin barunya baru muncul lagi. Maklum lagi fokus nih😄😄
Langsung baca ya guys. Jangan lupa vote and komennya. 😃
Happy Reading 🤗🤗

"Sayang, kok Masnya di kasih punggung. Nggak baik lho."

"Biarin." Jawab Alin cuek.

"Kok gitu sih. Iya tahu Mas salah. Maaf ya." Ucap Arya penuh penyesalan.

"Tapi kan kamu juga salah. Kenapa tadi nggak di keringin dulu waktu di rumah Mama." Alin langsung melotot. Masih sempat-sempatnya Arya menyalahkan dirinya. Alin bangun dan duduk menghadap Arya.

"Kok Mas jadi nyalahin aku sih? Kalau Mas nggak minta, aku juga nggak akan keramas!" Ucap Alin menggebu-gebu. Ia tidak mau disalahkan. Pokoknya ini mutlak salah Arya.

Yah perihal keramas. Sepele memang...tapi efeknya benar-benar membuat Alin kesal sampai ke ubun-ubun.
Gara-gara itu Alin kembali menjadi bahan guyonan Abang dan juga Adiknya. Sepulangnya keluarga kecil itu dari rumah orang tua Arya, Alin langsung diledek karena rambutnya yang basah. Kalian tahu dong penyebabnya apa??

"Ya udah sih sayang. Kamu kayak nggak ikhlas gitu. Kalau tau tadi itu terpaksa mendingan nggak usah di kasih."
Kini gantian Arya yang memunggungi Alin. Lah?? Alin menepuk keningnya. Kenapa jadi gantian suaminya yang ngambek.
Alin mengelus dadanya. Sabar Alin.

"Bukan gitu. Aku ikhlas kok. Itu kan udah jadi kewajiban aku. Cuma gara-gara tadi, aku jadi bahan ejekan Ayu sama Abang. Aku kan jadi malu Mas."
Tentu saja bukan karena dirinya tidak ikhlas. Memenuhi kebutuhan suami adalah tugas Alin sebagai istri. Ia tidak mungkin menyesali apa yang sudah ia berikan pada Arya. Lagi pula yang mereka lakukan untuk mencari pahala, masa iya dia melakukannya karena terpaksa.

"Mereka kayak gitu karena iri sayang sama kita."

Alin memandang Arya dengan sebelah matanya.
"Iri? "

Arya kembali membalikan badannya menghadap Alin.

"Iya sayang. Mereka iri. Ayu mau kayak kita nggak akan bisa dong karena dia kan belum ada pasangan. Kalau Raka, istrinya kan lagi hamil. Jadi dia harus puasa dulu sayang." Itulah pemikiran Arya dengan segala keanehannya.

"Aduh terserah kamu deh Mas. Pusing aku."
Alin kembali merebahkan tubuhnya dengan posisi seperti semula yaitu memunggungi Arya.

"Loh kok di punggungi lagi Masnya. Inget lho_" Belum sempat Arya menyelesaikan ucapannya Alin membalikan badannya. Ia tarik kepala Arya dan diletakkan pada bagian depan tubuhnya.

"Nah gini dong sayang. Kan anget." Arya semakin menduselkan wajahnya pada bagian favorit dari istrinya. Eh kayaknya semuanya favorit deh bagi Arya ☺☺☺

Pagi ini Alin sibuk membantu Kakak iparnya di dapur. Mereka sedang menyiapkan sarapan untuk disantap bersama anggota keluarga yang lain. Jika biasanya Alin menyerahkan tugas memasak pada ibu dan kakak iparnya, kali ini Alin turun tangan sendiri. Alin sekarang mempunyai tugas yang sama dengan kakak iparnya yaitu menyiapkan kebutuhan suami dan anaknya.

"Hari ini kerja dek?"

"Nggak Mbak. Nggak di bolehin sama suami."

"Resign selama nya? ".

"Belum ada pembicaraan sampai ke sana sih mbak. Aku dikasih libur dulu sama mas Arya."

"Kalau nantinya suami kamu nyuruh buat berhenti kerja di turutin ya dek. Jangan dibantah."

"Tapi Mbak, aku nggak yakin bisa berhenti kerja gitu aja. Apa yang bakalan aku lakuin di rumah kalau sampai berhenti kerja. Mbak kan tau, aku bukan orang yang suka berdiam diri tanpa melakukan kegiatan apapun."

"Nah kalau gitu kamu omongin baik-baik sama suami. Cari solusinya berdua. Jangan sampai keputusan yang kalian ambil merugikan sebelah pihak. Buatlah pilihan yang bijak agar kehidupan kalian nantinya lebih baik lagi. Antara kamu dan Arya jadi tidak ada yang merasa tertekan."

Alin mendekati Dina dan memeluknya.

"Makasih ya Mbak. Rasanya aku pengen Mbak aja yang jadi Kakak kandung ku. Jangan Abang. Suka resek orangnya."

"Hahaha kamu ini ada-ada aja." Dina mencubit hidung Alin karena gemas. Dina sesayang itu pada Alin. Ia sudah menyangga Alin seperti adik kandungnya sendiri.

"Eh ada apa ini. Kok peluk-pelukan gini?"

"Nggak pa-pa Bu. Ibu ngapain ke dapur?" Tanya Alin.
Alin memang sudah melarang ibunya untuk masuk dapur. Untuk masalah makanan serahkan padanya dan juga Dina.

"Itu. Marsya udan bangun. Nyariin kamu."

"Oh. Ya udah aku ke depan dulu ya."

"Iya." Jawab Bu Maya dan Dina bersamaan.

Alin melihat Arya yang sedang menggendong Marsya di teras depan.

"Sayang. Udah bangun ya.". Alin mengelus kepala Marsya setelah berada di samping suami dan anaknya.
Marsya mengangguk.

"Kamu belum siap-siap Mas?" Tanya Alin karena suaminya masih menggunakan baju rumahan.

"Belum sayang. Tadi waktu Mas mau siap-siap eh Marsya bangun. Terus dia nyariin kamu."

"Oh ya udah. Sini Marsya sama Mami. Papinya mau berangkat kerja." Tangan Marsya sudah terulur minta di gendong Alin tapi Arya malah menjauhkan anaknya dari sang istri. Marsya merengek karena ulah Papi-nya.

"Kenapa sih Mas. Sini aja anaknya
Kamu siap-siap aja ke kantor."

"Marsya mMs gendong aja. Sekarang kamu mau kemana?"

"Aku nggak kemana-mana. Cuma mau di sini aja. Mas nggak usah lebay deh."
Alin merebut Marsya dari gendongan Arya.

"Tapi_,"

"Mas tenang aja. Aku udah nggak pa-pa kok. Kalau Mas nggak ngijinin aku buat gendong Marsya, aku nggak akan ngasih lagi kayak yang semalam." Ancam Alin. Kalimatnya itu tidak ia ucapkan secara frontal. Alin berbisik tepat di telinga Arya.

"Eh jangan dong sayang. Ya udah iya. Kalau gitu Mas siap-siap dulu."

"Hmm."

Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan. Alin meladeni Arya dengan mengambilkan nasi beserta lauknya untuk suami. Alin juga mengambil sarapan untuk dirinya sendiri. Kali ini porsinya lebih banyak karena ia akan makan bersama Marsya.

"Mbak nggak kerja " Tanya Ayu.

"Enggak."

"Masih libur atau udah resign?" Lanjut Ayu.
Alin menengok pada Arya yang duduk di sampingnya. Kebetulan sekali Arya juga menoleh pada Alin.

"Mbak_," Alin bingung harus menjawab apa. Mereka belum membicarakan masalah ini.

"Mbak mu libur sementara waktu Yu," Jawab Arya mewakili.

"Berarti nantinya Mbak Alin tetap boleh kerja Bang?" Tanya Ayu lagi.

"Kalau dia masih mau, ya silahkan. Kalaupun enggak, ya nggak pa-pa."

"Serius Mas aku boleh kerja?" Alin menyahut dengan antusias.

Inilah jawaban yang Alin tunggu-tunggu sejak tadi. Tak menyangka Arya akan memberikan nya dengan mudah. Ia kira memerlukan drama dulu baru Arya akan mengizinkannya bekerja. Eh nyatanya, suaminya justru dengan mudahnya mengizinkan ia untuk bekerja. TOP BGT memang Arya. 👍👍

"Iya. Kamu boleh kerja kalau memang kamu ingin tapi kalau nggak_"

"Yaaa aku mau!" Reflek Alin memeluk suaminya dengan erat.

"Ekhem di sini ada anak kecil. Mohon peluk-pelukan nya di lanjutkan nanti." Interupsi Raka.

Alin melepaskan pelukan nya dan memandang satu persatu keluarga nya dengan senyum canggung.

"Maaf reflek."

"Iya. Mas paham kok. Pengantin baru memang gitu. Suka khilaf."

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang