XVI

31.1K 2.1K 2
                                    

Keluarga bahagia. Definisi yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini. Ayah, ibu dan anak berkumpul dan bercengkrama sambil menonton TV.

Selesai acara makan siang bersama, Alin tidak di perbolehkan untuk pulang. Ia di tahan dalam rumah besar itu.

"Serius banget sih nonton TV nya. Sampai nggak kedip gitu."

"Ihh Papi." Tangan lelaki dewasa yang berusaha menutupi mata si anak di hempaskan jauh-jauh.

"Jail banget sih Pak. Anaknya nangis baru tahu rasa."

"Kan ada kamu kalau Marsya nangis."

"Idih. Bapak yang buat dia nangis, bapak jugalah yang harus nenangin dia."

"Kalau saya nggak mau?"
Alin mengepalkan tangannya tepar di depan wajah Arya.

"Hahaha kamu mau KDRT sama saya?"

"Terserah Bapak mau nganggepnya apa. Pokoknya kalau sampai Marsya nangis. Huh...👊"

Arya tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu menurut lelaki itu hingga ia bisa tertawa begitu lepas. Alin selalu mengagumi Arya saat sedang tertawa. Ia terlihat sangat manis dan tampan di saat yang bersamaan. Walau dirinya sudah sering melihat senyum bahkan tawa di bibir Arya, Alin selalu terpesona akan hal yang jarang dilakukan lelaki itu.

"Seneng banget sih. Ada apa? Boleh dong gue gabung?" Bella datang bersama Kayla. Tanpa di suruh, Bella duduk di sofa yang berada tidak jauh dari Alin dan juga Arya.

"Ngapain elo kesini?"

"Judes amat!! Harusnya gue yang bilang, kenapa elo masih disini? Laki gue aja udah berangkat ke kantor lo, eh yang punya kantor malah masih di rumah."
Arya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Masih ada setengah jam lagi."

"Heh!?Sana berangkat!!Kasian laki gue sendirian di sana."
Masih ingatkan kalian jika Ardian a.k.a suami Bella pernah mengundurkan jadwal pertemuan dengan Arya? Nah jadwal pertemuan mereka diganti hari ini.

"Siapa yang nyuruh dia berangkat sekarang? Sok rajin!"

Mata Bella melotot tajam. "Laki gue datang telat, elo ngomel! Sekarang giliran laki gue datang cepet elo ngomel juga!Apa sih mau elo?"

"Kenapa jadi elo yang marah-marah? Oke oke gue berangkat sekarang. Berhadapan sama bumil memang susah."

Bella memukul bahu Arya dengan cukup keras. Ia tidak perduli dengan sepupunya satu itu. Ia juga yakin pukulan nya tidak akan meninggalkan bekas.

"Gila lo. Sakit nih." Ucap Arya sembari mengelus bahunya.

"Aaaah!!" Tangan Arya berpindah mengelus pinggang nya. Ia melotot melihat Alin.

"Kenapa kamu nyubit saya?"

"Bapak sih. Ada anak kecil juga. Omongannya nggak bisa di jaga."

"Saya nggak_,"

"Udah sana Bapak berangkat ke kantor aja. Ada Bapak di sini malah menganggu kenyamanan"

"Apa kamu bilang? Kamu mengusir saya dari rumah saya sendiri?" Ucap Arya tidak percaya. Hei!! Ini rumahnya. Kenapa seakan-akan ia di usir dari rumahnya sendiri.

"Saya nggak ngusir. Sekarang lihat! Ini hampir jam 2. Bapak hapus cepat ke kantor. Kasihan Pak Adrian kalau harus nungguin Bapak. Bapak sering bilang, waktu adalah uang. Jadi saya harap, Bapak tidak menyia-nyiakan waktu karena jika Bapak melakukan itu, sama saja Bapak sedang membuang uang." Jelas Alin panjang lebar.

"Oke saya berangkat sekarang! Puas kamu! Saya titip Marsya selama saya pergi."

"Tanpa Bapak minta, saya akan menjaga Marsya."

"Good girl." Tangan Arya mengusap rambut Alin. Hal itu membuat Bella berteriak-teriak histeris sedangkan Alin, terkejut dengan perlakuan Arya kepadanya.

Setelah Arya pergi, tinggalah Alin bersama Marsya, Bella dan juga Kayla anak dari Bella. Marsya dan Kayla asyik menonton kartun yang sedang di tayangkan di salah satu stasiun televisi.
Berhubung kedua anak kecil itu sangat sangat fokus pada tontonannya, Alin dan juga Bella memilih duduk di tepi kolam renang. Dari tempat mereka saat ini, keduanya masih bisa mengawasi kedua anak kecil itu dari pintu yang terbuat dari kaca.

"Kalian beneran nggak ada hubungan apa-apa?" Tanya Bella.

"Nggak ada Mbak. Murni hanya bos dan karyawan."

"Setelah melihat apa yang dilakukan Arya tadi, gue semakin nggak percaya dengan apa yang elo bilang. Gue tau banget gimana Arya. Arya itu tipe laki-laki yang nggak banyak omong. Dia lebih suka bertindak daripada mengungkapkan apa yang ia rasakan."

"Jadi menurut Mbak Bella, Pak Arya suka sama saya setelah Mbak melihat apa yang dilakukannya tadi?" Bella mengangguk.

"Mbak Bella terlalu sering nonton drama Korea nih. Masa cuma karena ngelus rambut, Mbak Bella mengambil kesimpulan seperti itu. Menurut saya, apa yang dilakukan Pak Arya biasa aja."

"Terserah deh kalau elo nggak percaya dengan apa yang gue bilang. Gue hanya mengungkapkan berdasarkan feeling dan apa yang gue lihat."

"Mbak Bella kenapa liatin aku kayak gitu?" Alin jadi salah tingkah karena Bella tiba-tiba melihatnya dengan seksama.

"Ternyata elo cantik banget. Pantesan sepupu gue bisa tergila-gila gitu."

"Ah Mbak bisa aja. Cantikan Mbak kemana-mana dari saya. Oh iya kata Pak Arya tadi, Mbak lagi hamil? Berapa bukan?" Alin mengalihkan topik obrolan mereka.

"Jalan 2 bulan. Kamu kapan nyusul?"

"Nyusul? Nyusul apa?"

"Punya baby. Kayak gue." Bella mengelus perutnya yang masih datar.

"Nanti deh Mbak. Nyari suami dulu baru nyusul Mbak Bella."

"Gue do'ain semoga elo cepet dapat suami. Gue sih kasih rekomendasi Arya. Semoga kalian bisa berjodoh."

"Aamiin .... Ups."
Bella tertawa begitu pun Alin. Kenapa jadi ia mengamini apa yang di ucapan Bella. Kalau begitu kan Bella bisa beranggapan bahwa ia benar-benar ingin bersama Arya.

Cukup lama ngobrol dengan Bella, Alin jadi tahu sedikit tentang Arya. Rupanya Arya sudah berpisah dengan istrinya atau ibunya Marsya sejak istrinya itu melahirkan. Arya di gugat cerai oleh mantan istrinya karena sang istri lebih memilih lelaki lain. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya.
Bella pamit pulang saat hari sudah sore.

"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya. Seru ternyata ngobrol sama elo."

"Iya. Aku tunggu lho Mbak."

"Oke."
Alin mengantarkan Bella sampai di depan pintu.
Dua buah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Arya. Para pengemudi keluar dari kendaraan nya masing-masing. Rupanya mereka adalah Arya dan Ardian, suami Bella. Mereka berjalan mendekati kedua wanita yang berdiri di depan pintu.
Bella mencium tangan suaminya di balas dengan ciuman di keningnya oleh ardian.Jangan lupakan tangan Ardian yang mengelus perut Bella. Sebagai ungkapan bahwa ia menyapa si kecil yang masih si dalam perut istrinya.
Ardian menunduk untuk mencium Kayla yang berada di stroller.

Perlakuan pasangan suami istri itu tak luput dari penglihatan Alin.

"Kamu kenapa? Pengen kayak gitu?" Tanya Arya karena melihat wajah mupeng Alin saat melihat interaksi Bella dan suaminya.

"Apaan sih? Nggak jelas!" Ucap Alin sewot.

"Kalian berdua kalau mau mesra-mesraan jangan di depan jomblo dong."
Saat mengatakan jomblo Arya menatap Alin.

"Idih kayak situ bukan jomblo." Ucap Alin membela diri. Ini yang namanya jomblo teriak jomblo.

"Ya udah kalian kan sama-sama jomblo mending bersatu. Ya nggak sayang?" Bella meminta dukungan Ardian. Wanita itu bergelayut manja dipelukan suaminya.

"Itu masalah gampang. Iya kan Lin?" Arya menaik-turunkan alisnya menggoda Alin.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang