X

34.2K 2.5K 0
                                    

Alin terus mendumel tidak jelas sepanjang jalan. Marsya yang tengah bersantai dengan menyandarkan kepalanya di pundak Alin jadi terganggu karena suara gadis itu.

"Tante kenapa?"

"Nggak pa-pa. Kita mau ke Timezone atau nyari makan?"

"Timezone."

"Oke." Alin melangkahkan kakinya ke area bermain anak. Di sana menurunkan Marsya agar berbaur dengan anak-anak yang ada di sana. Alin memilih mengawasi anak itu dari jarak yang masih bisa di jangkau oleh mata.

Marsya tertawa bahagia bersama anak-anak di sana. Padahal Alin yakin mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi lihatlah, mereka bisa tertawa begitu riangnya. Mereka seperti tidak mempunyai beban. Kenyataannya memang begitu kan??

Asyik melihat Marsya bermain, membuat Alin tertarik untuk ikut serta. Ia melangkahkan kakinya mendekati anak-anak yang sedang bermain mandi bola.

"Hai... Tante boleh gabung enggak?" Ucap Alin ceria.
Anak-anak melihat Alin sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Alin pun bergabung bersama anak-anak itu.
Wahana yang ada memang tidak di peruntukan bagi anak-anak saja. Bagi orang tua yang ingin menemani anak nya diperbolehkan untuk mencoba permainan yang ada.

Alin bahagia bermain bersama anak-anak yang di sana. Ia menghiraukan omongan orang-orang tentang dirinya. Terkhusus penampilannya. Busana yang dipakai Alin memang kurang cocok digunakan untuk loncat-loncatan seperti yang ia lakukan sekarang. Bayangkan saja ia menggunakan kemeja warna merah dilapisi blazer warna hitam dan rok sepan. Tapi biarlah. Toh ia tidak menganggu mereka. Bagi Alin yang penting ia bahagia.

"Udah dulu ya. Tante capek." Keluh Alin setelan beberapa saat bermain.

"Iya Tante. Aku juga capek" Keluh Marsya juga yang ternyata diikuti oleh anak-anak lain. Alin pun mengajak Marsya keluar dari wahana permainan itu.

Baru selesai memakai sepatu, dua orang pria bertubuh kekar datang menghampiri mereka.

"Sudah selesai mbak?" Tanya salah satu di antara mereka. Mereka adalah bodyguard Arya.

"Sudah."

"Kata Bapak, kita langsung ke kantor Mbak."

"Iya." Alin menggandeng tangan Marsya.
Mereka berjalan keluar karena mobil pasti sudah berada di depan. Benar saja. Mobil berwarna hitam itu sudah terparkir di pintu samping mall.

Begitu Alin masuk ke dalam mobil, ia tidak mendapatkan Arya.

"Pak Arya mana?" Tanya Alin pada salah satu bodyguard.

"Bapak ada urusan. Bapak bilang Mbak Alin harus ke kantor setelah selesai bermain."

"Sama perempuan nyang tadi?" Bodyguard tersebut mengangguk mantap.

Alin menghembuskan nafas dan menyenderkan punggung nya pada sandaran. Ia menjadi lesu saat mendengar Arya lebih memilih jalan bersama perempuan tadi ketimbang dirinya dan Marsya. Ah apalah artinya Alin di mata Arya. Ia hanyalah seorang sekretaris dan baby sitter, tidak lebih.

Dalam perjalanan, tangan Alin tak berhenti mengelus rambut Marsya yang saat ini duduk di pangkuannya. Anak itu terus saja bercerita sepanjang jalan tanpa henti. Alin sesekali menanggapinya.

Alin dan Marsya telah tiba di kantor. Baru saja masuk ke ruangannya, ponsel Alin berbunyi. Alin tiba-tiba tersenyum saat melihat ternyata itu pesan dari Arya. Tapi senyum itu hanya sebentar. Setelah ia tahu isi pesan yang dikirim lelaki itu.

Kamu periksa berkas dari PT Abadi saya tunggu sore ini.

Titip Marsya selama saya pergi

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang