XXX

23.1K 1.6K 5
                                    

Hai... Hai... Hai
Udah 200 aja nih pembacanya. Makasih ya🙏

Selamat membaca....

"Kira-kira apa ya yang bakal pak Arya lakuin ke Bang Gilang?"
Raut wajah Ulfa terlihat sangat tegang. Kedua tangannya saling meremas di atas pangkuan.
Alin yang duduk di sebelahnya ikut merasakan ketegangan yang dirasakan sahabatnya. Tapi ia bisa apa? Selain menenangkan Ulfa.

"Udah! Nggak usah mikir yang macam-macam. Gue yakin Pak Arya nggak bakal ngelakuin hal yang aneh kok ke Bang Gilang." Alin mengelus pundak Ulfa agar sahabatnya itu lebih tenang.

"Gimana gue nggak mikir yang macam-macam Lin. Elo tahu kan gimana ekspresi Pak Arya tadi. Menyeramkan tau enggak. Gue takut abang di apa-apain."

"Ekspresi Pak Arya memang kayak gitu setiap harinya. Walaupun banyak orang yang bilang tatapannya tajam tapi sampai sekali gue belum pernah denger ada orang yang terluka karena tatapan beliau. Jadi elo tenang aja. Gue jamin, Bang Gilang masih utuh saat keluar dari ruangan Pak Arya nanti."

"Serius elo Lin ngomongin kayak gitu? Elo masih bisa bercanda di situasi genting seperti ini?"
Ulfa menatap tajam Alin. Bisa-bisanya sahabatnya itu bercanda di saat ia sedang khawatir.

"Hehehe sorry. Gue cuma nggak mau elo tegang gitu. Elo dengerin kata-kata gue." Alin memegang bahu Ulfa agar menghadapnya.
"Bang Gilang nggak akan kenapa-kenapa. Kalau sampai terjadi setau sama calon suami koe itu, gue akan bantu sebisa gue. Oke!"
Ulfa hanya mengangguk.

Alin dan Ulfa ada di depan ruangan Arya. Mereka sedang menunggu Gilang yang dibawa masuk ke ruangannya oleh Arya.

Sudah 10 menit tapi kedua lelaki itu belum keluar juga. Ulfa semakin tidak tenang. Ia sudah berdiri di depan pintu ruangan Arya. Telinganya ia tempelkan pada pintu yang terbuat dari kaca itu.

"Nggak akan kedengeran. Ruangan Pak Arya kan kedap suara." Alin memberitahu Ulfa yang hendak menguping pembicaraan Arya dan Gilang.

Ulfa mendesah kecewa "Gimana ya Lin?"

Alin bingung harus menjawab apa. Ia sendiri tidak tahu apa yang dilakukan kedua lelaki itu di dalam sana.
Alin berdiri dan mendekat pada Ulfa. Di peluknya sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara itu.

"Kalaupun bang Gilang di pecat, gue ikhlas Lin. Ini salah kami berdua jadi kami harus siap dengan segala resikonya."

"Hush kalian itu nggak salah! Cinta kalian juga nggak salah! Yang salah itu perusahaan ini. Kenapa bikin peraturan yang aneh. Orang yang bikin peraturan itu pasti nggak tahu atau nggak pernah denger pepatah Jawa yang mengatakan witing tresno jalaran soko kulino yang artinya cinta tumbuh karena terbiasa. Jadi ya wajarlah kalau sesama karyawan atau pekerja di sini saling suka."

"Yang namanya kita bekerja di suatu tempat, seaneh apapun peraturan yang dibuat, sebagai pekerja kita harus mengikutinya."

"Pokoknya tetap aneh dengan peraturan yang satu itu. Peraturan yang lain, yang berat sekalipun bolehlah di turuti karena itu berhubungan dengan kinerja karyawan tapi kalau yang ini, emang ada hubungannya? Nanti deh kalau gue udah jadi bos di sini, gue bakal hapus peraturan itu."

"Hahaha ternyata jiwa kepedean elo emang bener-bener patut di acungi jempol."

"Harus!"

"Elo diem-diem naksir Pak Arya ya?"

"Enggak! Pak Arya duluan yang naksir gue!"

"Wahhh beneran ya sahabat gue yang satu ini tingkat kepercayaan dirinya perlu di contoh." Ulfa memberikan tepuk tangan untuk Alin.

Double JobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang