PROLOG

14.4K 662 150
                                    

Hai, salam kenal semua. Terimakasih yang sudah berkenan membaca cerita pertamaku ini.

Yang sedang gamon, dan lagi ngebaca cerita ini selamat kembali mengingat kenangan kenangan yang hampir hilang.

Yang sedang gamon, dan lagi ngebaca cerita ini selamat kembali mengingat kenangan kenangan yang hampir hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




.....

Lampu merah masih menujukan di angka 20 detik lagi untuk kembali hijau, sepasang mata perempuan terus menatap lampu merah, berharap cepat berubah menjadi hijau.

Terdengar suara siren ambulance ditengah jalan raya yang ramai, seorang gadis SMA berbaju putih abu-abu berjalan cepat kearah dimana orang-orang berkumpul.

Tak lama suara siren polisi pun yang baru tiba ikut meramaikan jalan, suara klakson terdengar di mana-mana membuatnya seakan susah bergerak.

Polisi menangkap beberapa siswa berbaju putih abu-abu yang terlibat tauran dengan siswa SMA MERDEKA.

Perempuan itu menatap kaku seseorang di depannya, detak jantungnya berdetak cepat, matanya memanas. Seorang didepan sana menatapnya, tatapan yang sangat ia kenali, sebelum mata itu perlahan menutup.

"Gue disini, ada gue. Buka mata lo!"



.....

Seorang perempuan berjalan memasuki cafe, langkahnya perlahan mulai masuk dengan mata yang sibuk mencari temannya, suara dering telpon membuat perempuan itu mencari ponselnya di dalam tas, dan langsung di sambut suara melengking seseorang yang menghubungi nya.

"RA, LO DIMANA SI!!!" teriak temannya diseberang telepon. Perempuan itu menjauhkan sedikit ponselnya karena teriakan sahabatnya itu, "Gue udah didepan Cha."

Alora memutuskan sambungan teleponnya. Gadis itu membuka pintu cafe mencari sosok Acha yang belum terlihat. Alora kembali merogoh tas nya karna ponselnya kembali berdering, belum sempat mengangkatnya, seseorang menabraknya.


"Sorry," Ucapnya, lalu pergi begitu saja.

Perempuan itu berbalik, matanya menatap lama bahu laki-laki itu yang perlahan menghilang.

"RA! astaga ngaret lo ya gue tungguin." Acha, sahabat Alora dari SMA, sampai sekarang. Sayangnya sekarang mereka berbeda Universitas, maka dari itu sesekali menyempatkan waktu untuk bertemu, "Lagian lo ngapain berdiri disini kayak patung."

Perempuan itu menghembuskan nafasnya pelan. "Itu, tadi gue kayak gak asing, tapi gak tau siapa Cha." Alora berusaha mengingat. "Siapa ya Cha?"

Acha menatap jengah temannya. "Dah Ra ayo duduk disana aja, lama lo." Acha menarik temannya dan duduk disalah satu meja paling kanan, tepatnya di sebelah kaca.

Setelah beberapa menit pesanan mereka datang. "Mas ini matcha pesanan siapa ya?" Alora bingung mengingat kembali apakah dia salah memesan.

Mas-mas itu meletakan surat dimeja. "Maaf mbak, untuk pengirimnya saya kurang tau. Tapi pesanan yang ini sudah di bayar semuanya."

Acha berseru heboh. "Gila, kayaknya temen gue punya pengagum rahasia deh, seneng temenan sama lo kalo gini Ra." Alora geleng kepala melihat tinggkah berisik Acha yang sama sekali tidak pernah berubah. "Yaudah mas kalau gitu, makasi ya."

"Sama-sama mbak."

Acha penasaran siapa orang yang mengirim ini. "Ra? Siapa pengirimnya?"

Alora menatap temannya. "Gak tau gue Cha, palingan orang iseng. Gimana skripsi lo belum selesai juga?" Tanyanya mengubah topik.

"Ah elo Ra, padahal gue baru aja seneng karna ditraktir ni. Lo malah ingetin skripsi gue yang gak kelar-kelar, Ga asik lo." Keluh nya seperti anak kuliah yang sudah sangat lelah di semester akhir ini. Alora hanya tertawa kecil, tau betul Acha memang sudah beberapa kali gagal mengerjakan skripsinya.

Alora kembali diam. Dan Acha menyadarinya. "Jangan diliatin aja matcha nya Ra, dingin ntar." Alora tersenyum kecil. "Gue udah lama ga minum matcha lagi Cha, beda banget rasanya saat ini didepan gue ada segelas matcha lagi."

"Lo boleh mengenang untuk sesekali. Dan lo boleh mencoba kembali hal yang pernah lo lakuin dimasalalu. Bukan untuk kembali luka Ra, tapi untuk kembali mengingat kalau lo pernah punya cerita itu." Ucap Acha memberi tau.

Gadis itu tersenyum kecil, Acha benar. Salah jika dia meninggalkan semua yang berhubungan dengan masalalu. Sesekali dia memang harus mencoba hal lama yang pernah dilakukannya. Perempuan itu membuka mencari berita lama di ponselnya, namun mengurungkan dan kembali menutupnya.

Alora menyeduh minuman itu. "Rasanya masih sama Cha."

"Minumanya atau hati lo yang masih sama Ra?"

"Perasaannya, Cha."















.....

"Hai Pra, pemilik mata teduh. Yang ketika tersenyum mata nya menghilang karna menyipit. Malam ini ramai, seperti biasanya. Kenanganmu berkeliaran di kepala, dan merusak jam tidurku.
Tapi tak apa, kuucapkan selamat malam dari jauh."

-Natasha Alora

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang