16. Manusia dan sepi

2.3K 174 10
                                    

16. Manusia dan sepi




Ini sudah dua semenjak insiden kecelakaan  Cakra, laki-laki itu pun sekarang sudah masuk kembali ke sekolah.

Saat ini, jam pelajaran olahraga di arahkan oleh pak Joko. Berhubung kelas sebelah juga jam olahraga dan gurunya izin, maka pak Joko lah yang menggantikan dan menggabungkan dua kelas ini.

Ya, kelas Aleo dengan Alora.

Aleo yang sedang pemanasan, sibuk melirik Alora sejak tadi diam-diam, cantik. Puji nya.

"1... 2...3..."

"Aleo!" Panggil pak Joko. "Kamu ni dari tadi saya liatin gak serius pemanasan nya. Sini kedepan kamu."

Aleo menggerutu dalam hati, berjalan dengn langkah gontai kedepan, tepat didepan Alora, karena perempuan itu baris di paling depan.

Untung juga, batin Aleo.

Aleo mulai menghitung dan melakukan pemanadan di ikutin yang lain. Aleo sesekali menggoda Alora, dengan senyumnya.

Alora sejak tadi menegur laki-laki itu untuk melakukan pemanasan dengan serius, agar tidak dimarah pak Joko lagi.

"Sudah-sudah, kalian boleh istirahat. 10 menit lagi siap-siap untuk ambil nilai basket." Ucap pak Joko.

Alora duduk dipinggir lapangan bersama Acha yang sibuk mengibas-ngibas wajahnya  yang kepanasan. Wajah Acha memang sedikit sensitif, makanya perempuan itu selalu mengeluh jika terkena panas.

Alora memincingkan matanya, saat melihat dari jauh Rere menghampiri Aleo, Iya pacaranya.

"Ngapain tu Ra, si kutu nyamperin pacar lo?" Acha meletakkan kipasnya. "Samperin Ege, masak lo pacarnya diem aja."

Aleo sempat melirik kearah Alora, namun segera dia putuskan kontak matanya melihat ke arah lain.

"Ra, ih lo liat tu. Aleo ngikut Rere, mau kemana anj, ikutin sana."

Alora hanya melihat kepergian mereka berdua. Lalu tak mengubris ucapan Acha dan memilih mengabaikan.

Sepuluh menit berlangsung, semua murid berbaris seperti semula karna perintah pak Joko. Namun Aleo tak kunjung terlihat, kemana perginya laki-laki itu bersama Rere.

"Ini Aleo mana ni?" Tanya pak Joko, setelah mengabsen satu-persatu.

Ical bersuara besar. "Nganter Rere pak katanya sakit, disuruh buk Ira."

Cakra dibelakangnya memukul pelan kepala Ical. "Eh nyet lo ngomong pelan-pelan Anj, ntar denger Alora salah faham mereka."

"Yah masak gue harus bisik-bisik sama pak Joko, ntar dikira gue simpenannya anjir." Tambah Ical.

Cakra meringis prihatin, ngomong sama Ical emang perlu kesabaran extra.

Namun sejak tadi, Alora mendengar percakapan antara Cakra dan Ical. Apa benar laki-laki itu mengantar Rere, tapi kenapa harus Aleo dari banyaknya orang?

Alora membuka handphonenya saat sebuh notifkasi masuk.

Pra Aleo: Ra, olahraga nya yang semangat ya. Panas ni kalau cape istirahat aja jangan mau disuruh suruh pak Joko. Oh ya Ra, yang lo liat tadi jangan salah faham ya, nnti gue jelasin semuanya. Dari Aleo, pacar paling ganteng se-SMA MEREDEKA.

*****

"Re? Panggil Aleo, membuat keduanya berhenti di lorong kelas yang sepi.

"Iya Le, kenapa?"

"Gue gak bisa anter lo pulang, gue ada janji, gue bisa minta tolong ke yang lain buat anter lo." Aleo mengambil ponselnya, mencari nama seseorang di kontaknya.

"Le, tapi ada yang perlu gue omongin sama lo berdua, maka gue sekalian minta anter lo Le."

"Lo bisa ngomong sekarang Re, toh cuma kita berdua di sini."

"Le, lo kok berubah sih?"

Aleo tersenyum simpul. "Mau lo apasih Re?"

Rere menatap laki-laki itu ragu. "Lo gak bisa balik ke gue Le, gua gak akan lakuin hal yang sama. Gue akan selalu jadiin lo nomor satu."

"Kita udah selesai Re."

"Belum Le." Rere memegang tangan Aleo, namun ditepis nya. "Le, masih ada kesempatan untuk kita ulang?"

"Ga Re, gue akan menjalani cerita baru dan gue harap lo juga." Ucap Aleo menatip dingin perempuan ini. "Re, gak semua yang lo mau bisa lo dapetin."

Rere terkekeh sinis. "Kenapa Le? Karena cewe itu? Lo gak akan lama sama dia, karena cerita lo sama gue belum bener-bener selasai, lo cuma jadiin pilihan kedua kan Le?"

Aleo menatap Rere tak suka, ucapan Rere seakan-akan sedang merendahkan Alora. Padahal dulu perempuan ini tidak seperti ini.

"Lo salah besar, gue menganggapnya cerita kita benar-benar selesai. Sudah gak ada lo di kehidupan gue ya sekarang Re, sudah gue lupain semua tentang lo."

Rere menatap Aleo tak habis fikir, ucapan laki-laki ini sangat menyakiti hatinya. "Secepat itu Le?"

"Gak ada alasan gue untuk berlama-lama dengan hal yang menurut gue gak baik." Aleo pergi, namun langkahnya ditahan. "Dan untuk pikiran buruk lo terhadap Alora, lo salah besar. Karena dia gak seburuk yang lo pikir Re."

Rere menatap kepergian Aleo, ucapan-ucapan Aleo berhasil menyakiti hatinya. Aleo sudah banyak berubah, dan semenjak mengenal perempuan itu.

Rere tersenyum simpul, dia tak akan menyerah. Dan akan terus berusaha mendapat kan kembali hati Aleo. Perempuan itu berjalan, meninggalkan koridor dengan segala emosi di dirinya.

*****

"Jadi lo gak jadi anter Rere pulang Le?" Tanya Alora di atas motor sore itu, karena Aleo akan mengantarnya pulang.

"Enggak Ra, orang kan banyak. Kenapa harus gue." Aleo melihat perempuan itu dari kaca spion. "Gue akan selalu nganter jemput lo Ra, bukan perempuan lain."

"Ah Aleo bohong."

Aleo tertawa pelan. "Iya tapi itu gak berlaku untuk mama gue Ra." Aleo memelan kan gas nya, berhenti di cafe kecil. "Ra turun deh,"

"Mau ngapain kesini Le?"

Aleo membuka helmnya. Lalu mengajak perempuan itu untuk segera masuk. "Ra, kemarin gue coba minuman rasa matcha disini, dan menurut gue lo harus coba juga Ra."

"Katanya gak suka matcha."

Aleo membukakan helm perempuan itu. "Gue ingin mencoba hal baru Ra, apalagi hal baru itu tentang lo."

"Selama lo sama gue, lo akan gue ajak kesemua tempat dengan adanya rasa matcha Ra. Dan gue harap lo akan ada sampai kita sudah pergi kesemua tempat-tempat itu."

Alora terkekeh, "Le, gak harus semua tentang gue harus lo nomor satukan, hidup lo juga Le, diri lo yang seharusnya lo nomor satukan."

"Kehidupan gue sepi Ra, dan kehadiran lo ngebuat hidup gue lebih berwarna," Jelas laki-laki itu. "Dan gue ingin menjadikan lo sutu-satunya Ra."

"Ayo Ra, matcha nya udah manggil-manggil lo itu."

Alora tertawa, laki-laki ini memang selalu berhasil membuat kesan yang sangat susahh untuk dilupakan nya nanti.

Semesta, beri izin untuk Alora tetap bersama Aleo. Menemani hari-hari sepi Aleo dan selau berada disamping laki-laki ini ketika Aleo bersedih, Batin nya.

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang