Mungkin dua manusia itu ingin saling menyatu, tanpa saling melepas. Tapi bagaimana jika, semesta tidak mendukung.
-Dear Aleo
11. Terlepas
Sudah tiga hari semenjak melihat Aleo dia depan gerbang rumahnya, Alora tidak pernah melihat laki-laki itu lagi. Seperti hilang ditelan bumi, fikir nya.
Perempuan itu menelungkupkan wajahnya di meja. Perempuan itu pikir, Aleo marah dengan dan tak mau menemuinya lagi.
"Galau amat mbak?" Goda Acha. "Di ghosting kah?"
"Apaasih cha." Decak Alora, menurutnta ucapan Acha berlebihan. Tidak mungkin Aleo laki-laki seperti itu, walaupun baru mengenal Aleo sebulan ini, menurut Alora laki-laki itu bukan tipe yang suka bermain perempuan dan di tinggalkan begitu saja.
"Jadi kenapa lesu banget muka lo? Santai aja, kali aja dia ada urusan jadi gak masuk-masuk sekolah." Jelas Acha agar temannya tidak berfikir macam-macam
Alora hanya menghela nafas, lalu keluar dari kelas meninggalkan Acha yang masih sibuk dengan buku-buku dimeja.
"Lo tau Rere, murid pertukaran pelajar itu, ternyata dia mantan Aleo." Ucap seorang perempuan berambut pirang. "Gue kemarin liat mereka berdua di cafe deket sekolah."
"Aleo? Bukanya dia lagi deket sama anak baru itu ya?" Tanya temannya, yang sedang mengoleskan bedak di wajahnya.
"Yaelah Aleo famous Sel, cewe dia bukan satu doang lah pastinya." Ucap si rambut pirang. "Lagian ya, anak baru itu paling cuma di manainin doang, masih anak baru juga udah sok merasa paling deket sama anak-anak Vagos."
"Lagian kalau di liat-liat cantikan si Rere gak sih?"
"Netral si gue mah, cuma gue kurang srek aja sama anak baru itu, siapa sih namannya?" Perempuan itu berusaha mengingat namanya. "Oh Alora, songong banget menurut gue mentang-mentang anak baru bisa akrab sama anak Vagos."
"Biasa lah itu pansos, numpang nama itu."
Pintu toilet terbuka.
Dua perempuan yang sedang bersolek terdiam lama saat seseorang yang muncul dari toilet, adalah orang yang sejak tadi mereka bahas. Dua orang itu buku-buku merapikan barangnya, dan bergegas keluar dari toilet.
Alora mendengar semua percakapan dua orang itu sejak awal. Perempuan itu meremas ujung rok abu-abunya, mati-matian melawan perasaan sakit karena ucapan dua orang itu.
Salah kah dirinya jika bersama Aleo?
Menyukai seseorang itu memang penuh resiko. Resiko kalau dia gak suka kita balik, resiko kalau dia udah punya orang lain, resiko akan patah hati sedalam-dalamnya. Dan resiko menyukai seseorang yang banyak disukai orang lain.
"Alora?"
Perempuan itu tersentak saat suara seseorang memanggil namanya di dekat Koridor. Helaan nafas kecil keluar dari mulutnya, saat sadar didepannya seorang perempuan yang katanya, mantan seorang Aleo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.