Perasaan itu melelahkan kan, dah merepotkan.—Alora
54. Setelah kita selesai.
Alora duduk di dekat taman apartemen nya, dengan hodie biru yang dia kenakan. Suasana malam tidak begitu sepi, karena malam minggu jadi masih banyak orang di luar.
Alora menikmati eskrim serta angin yang menerpa rambut hitamnya.
Brakkk
Sebuah bola kecil, mendarat tepat kearahnya membuat eskrimnya jatuh di celananya.
"Kak, maaf ya kami gak sengaja."
Alora melihat dia bocah laki-laki yang menghampirinya. Alora tersenyum kecil, mau marah tapi mereka gak sengaja. "Iya gapapa, kalian lain kali mainnya hati-hati ya?"
Bocah itu mengangguk. "Iya kak, sekali lagi maaf ya kak."
"Iya gapapa," Alora tersenyum kecil, menatap kepergian dua bocah tadi, lalu membersihkan celananya dengan tisu.
"Kak?"
Alora mendongak, saat anak laki-laki tadi datang lagi tapi sendirian. "Kok balik? Ada yang ketinggalan?" Tanya Alora bingung.
Bocah laki-laki itu memberikan dua eskrim, lalu segera pergi meninggalkan Alora.
"Dek?" Panggil Alora sedikit berteriak karna anak laki-laki itu berlari pergi. "Gue gak minta ganti eskrimnya padahal..."
Alora duduk diam, memandangi dua eskrim itu. Satu rasa Matcha dan satu lagi rasa coklat. Alora membuka satu eskrim berasa matcha, lalu memakannya sambil memikirkan sesuatu.
Alora mulai memikirkan banyak hal, termasuk pertemuan dirinya dengan Aleo tadi.
Hari ini, adalah bagian hari yang harusnya gak ada. Hari ini, pertama kalinya Alora melihat laki-laki itu lagi, dan harus nya perasaan ini sudah hilang,
Tapi, sayangnya perasaan yang harusnya sudah hilang ini, tiba tiba kembali hanya karena pertemuan itu.
Alora menatap dua pasang sepatu didepannya, lalu mendongak.
"Hai Ra, apa kabar?" Sapa Aleo yang tiba-tiba didepannya, menatap Alora dengan wajah kaku.
Alora masih diam, "lo ngikutin gue?"
"Udah lama gue tau lo tinggal daerah sini, Ra."
Alora mengernyit tak mengerti, kemunculannya sejak awal membuat hati Alora semangkin berantakan.
"Maaf Ra, gue tau lo gak mengharapkan pertemuan ini" Aleo tersenyum kecil, masih menatap perempuan didepannya yang masih diam. Percayalah, semenjak pertemuan tadi bukan hanya Alora yang berantakan, tapi Aleo juga.
Alora menunduk, tak berani menatap wajah yang selama ini Alora rindukan.
"Sudah 612 hari ya Ra, kita gak kontakan" Kata Aleo, sambil menatap perempuan yang sudah lama tidak di lihat.
"Kenapa lo hitung?"
Aleo diam, sebelum lanjut berbicara. "Ya, inget aja" Laki-laki itu tersenyum simpul.
"Gue kangen lo, Ra." Sambung Aleo.
Alora diam, bingung harus berkata apa satu yang pasti, dia juga merindukan laki-laki dihadapannya ini.
"Banyak hal yang ingin gue ceritain, setelah kita berdua memilih menjauh satu sama lain Ra."
"Setelah di ceritain, kita jadi apa, tetap asingkan Le?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.