62. Kenangan dan abadi

1.2K 78 1
                                    

62. Kenangan dan abadi.



Acha melihat dari balik kaca seorang laki-laki yang terbaring di brankar. Menghela nafas, karena sedikit merasa bersalah, tapi selalu teringat juga perlakuan buruk Dika terhadapnya.

Acha berbalik badan, lalu melihat seorang laki-laki yang dia yakini itu adalah papa Dika. Acha menggenggam erat kedua tangannya, takut-takut menatap mata tajam milik Reno, papa Dika.

"Masih berani kamu kesini?" Suara berat Reno membuat Acha menunduk  tak berani melihatnya.

Acha menghela nafas berkali-kali.

"Jangan karna saya lagi diem kamu bisa seenaknya, saya bisa aja ngancurin mimpi kamu tanpa belas kasian ya."

Acha menakutkan kedua tangannya semangkin erat, dia takut. Tapi lebih takut jika mamanya akan juga terkena masalah. Acha ingin sekali melawan, dan membela diri.

Reno memelankan sedikit suaranya. "Mama kamu, bisa aja saya hancurkan dalam waktu singkat."

Acha meremas ujung celananya, berusaha menahan air matanya sejak tadi. "Om gak bisa macem-macem sama mama saya!" Ucap Acha berusaha berani dengan suara bergetar.

"Bisa apa kamu? Saya punya banyak koneksi."

Acha menatap papa Dika dengan tatapan tajam. "Saya bisa laporin Dika karna ngelakuin kekerasan!"

"Saya bisa dengan mudah ngeluarin dia, cuma karna itu."

Acha terngaga. Keluarga Dika memang punya banyak koneksi, dan tidak mudah melawannya.

"Kamu mau bebas dari masalah ini?" Tanya Reno dengan senyum licik di ujung bibirnya. Sudah terpikir sejak lama, apa yang ingin dia lakukan.

Acha menatap Reno dengan pandangan sulit diartikan.

Reno mendekat, dengan senyum liciknya. "Keluarga kamu, harus menyetujui pejualan tanah panti asuhan milik keluagrga Hartono."

"GAK!" Acha membantah dengan keras. "Sampai kapan pun mama gak akan pernah ngasih panti itu ke siapapun, panti itu akan selalu dijaga sama Buk Malah."

"Terserah, semua keputusan ada di tangan kalian" Ucap Reno tersenyum licik. "Atau masalah kamu akan saya buat lebih rumit dari ini"

Acha meremas ujung celananya. "BRENGSEK!"

******

"Perpisahan nanti, kita harus lengakap Ye" Ucap Ical. "Aleo udah balik, jadi harus pada lengkap lah,"

"Ntar lo juga harus pake baju SMA MERDEKA ya Le?" Kata Cakra, karena baginya walaupun Aleo tidak tamat dari situ, Aleo punya bagian cerita di sekolah itu.

Babeh Kim datang membawa Kopi milik Levi. "Ntar ajak babeh la."

"Yaelah Beh, jangan kan itu ke Jepang pun kalo mau ikut hayuk atuh," Ekal berdiri disamping babeh Kim. "Ntar pake baju putih abu-abu juga yah Beh?"

"Yakali baju gitu jaman dulu punya gue, " Kata Babeh Kim dengan wajah jutek, babeh Kim juga berbicara santai dengan anak-anak yang sering angkring di warungnya. "Gue mah, gini-gini jaman SMA banyak yang naksir."

"Aduh Beh, keren juga babeh ni kalah si Cakra kalo gini" Goda Naufal tertawa pelan.

Babeh Kim membenarkan kaun sarungnya dipinggang. "Santai lu Cak, babeh mah sekarang udah gak ganteng, tapi kalo babeh muda dulu ya gantengan babeh lah."

Cakra menatap Babeh Kim sinis. "Ngaku-ngaku ni, orang gue gak pernah liat foto babeh pas jaman babeh muda."

Babeh Kim menatap Cakra tengil. "Ye gak percaya lu kutu kupret."

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang