42. Yang sebenarnya.
"Aleo udah denger dari papa ya?" Tanya mamanya pelan, tersenyum kecil agar Aleo tak perlu merasa khawatir.
Keduanya duduk dimeja makan setelah beberapa menit diam, akhirnya mamanya berani menanyakannya.
"Iya Ma, Aleo udah tau" Aleo menggeser gelas disebelahnya.
"Maafin mama ya Le, gak bisa cerita sama kamu dari awal" Ucapnya dengan helaan nafas panjang. "Mama gak mau kamu merasa terbebani karna masalah penyakit mama."
"Mama berusaha berobat kemana-mana Le, supaya bisa sembuh. Tapi kata dokter akan lebih bagus jika berobat ke rumah sakit yang lebih besar."
Aleo masih mendengarkan mamanya berbicara.
"Mama gak bisa pindah kesana dan biarin kamu disini sendiri, walaupun kamu udah dewasa Le."
"Tapi masih ada harapan mama untuk sembuh kan?"
Ratna mengusap pelan bahu putranya. "Pasti Le, mama akan berusaha sembuh untuk kamu. Tapi mama gak bisa pergi dan ninggalin kamu disini."
Aleo menghela nafas panjang. Sejak tadi malam sudah memikirkan keputusan yang akan di ambil. Dia harus segera cepat mengambil keputusan.
"Kalau itu bisa buat mama sembuh, Aleo akan ikut mama keluar negeri,"
*****
"Warna apa yang ga peduli?" Tanya Ical dengan permen karet yang masih di kunyah nya.
Cakra mendesis, "apaan? Merah? Kuning? Kelabu? Merah mudah Dan biru,"
"Melutus balon hijau, Dorr" Sambung Ical tertawa kaku, "gaje bet, ditanya apa malah nyanyi lo gigi kuda."
"Jadi apa anjir mana tau gue!"
Ical terkekeh pelan, "biru dont care. Jadi lebih tepatnya biru dongker."
Cakra memaksakan tawanya, emang jokes ical itu modelan bapak-bapak agak gak nyambung.
"Jokesnya apaan banget anjir," Ucap Ekal tak habis fikir, "kalo ngejokes tu yang berfaedah dikit napa."
"Yaelah macem hidup lu pada berfaedah."
Cakra memukul pelan Ical, "hidup lo yang gak nyambung. Lagi bahas jokes malah nyambung ke hidup."
"Dah males, gak asik, emang gak sefrekusi kita" Decak Ical mengomel. "Aturan menghargai jokes gue yang seadanya, biar gak kaku bet diruangan."
"Lev, Naufal mana? Tanya Aleo karna sejak tadi tak melihat laki-laki itu.
"Nganter Acha balik,"
Mereka saat ini kembali berkumpul di ruang rawat Ekal, membantu laki-laki itu menge masih barang karena sudah diizinkan pulang. Tapi tidak boleh terlalu banyak beraktivitas dulu.
"Le, ntar lo tf aja uang balapan minggu kemarin" Kata Levi pada laki-laki itu.
Aleo mengangguk. Lalu mengambil ponselnya karna sejak tadi berdering, sedikit kecewa karna itu bukan dari Alora, tapi dari nomor asing.
Aleo menekan tombol hijau, kali aja orang penting. "Hallo?"
"Hallo Aleo, apa kabar Le? Gimana temen lo Ekal? udah sadar kayaknya karna berani nyusup kerumah gue."
Aleo nengernyit tak mengerti. "Maksud lo apa!"
"Suruh temen lo balikin surat gue dan akan gue lepasin Alora!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.