29. Rumah

1.8K 134 5
                                    

Double up ni gais, tenang-tenang.

Selamat membaca, semoga suka.

Kita perlu kecewa, untuk tau bahagia.




29. Rumah

Alora duduk bersama Aleo dibawah pohon dipinggir lapangan, beruntungnya Alora tidak jatuh pingsan karna hanya pusing saja.

"Kok kesini Le?" Tanya Alora pelan.

Aleo menatap lekat Alora, menatap lama perempuan itu, "Ra nangis gak buat lo jadi orang lemah" Ucap Aleo memilih mengabaikan pertanyaan perempuan ini, karena Aleo tau Alora sedang, tidak baik-baik saja.

Alora mengedipkan matanya beberapa kali, menahan air mata yang keluar, sungguh Aleo benar-benar tau Alora sedang ingin menangis sejadi-jadinya.

Aleo memeluk Alora, "its okey Ra, ada gue."

Alora tersenyum kecil melepas pelukan dari Aleo, "Le mama gak kayak gitu,"

Aleo mengangguk pelan, mulai mendengarkan perempuan ini bercerita "omongan dia yang salah Ra, bukan di lo salahnya."

Alora menatap laki-laki itu "Orang-orang kok jahat ya Le? Kenapa dari kemarin-kemarin gak ada yang tanya kebenarannya gimana."

"Ra, lo mungkin perempuan yang rapuh. Tapi lo juga perempuan yang paling kuat karena bertahan sejauh ini" Jelas Aleo pada perempuan itu.

"Omongan orang lain, jika memang itu gak bener lo harus cepat-cepat menghapusnya. Karena hal baik yang harusnya lo simpen dan lo ingat."

Alora menatap sepatunya, menunduk menghindari tatapan Aleo.

"Sama gue lo gak harus jadi sempurna Ra,"

"Lo boleh lepas topeng yang selama ini lo pakai buat nipu orang-orang Ra."

"Lo boleh jadi orang paling lemah, lo boleh jadi orang paling cengeng didepan gue."

"Dengan gue, ayo kita sama-sama jadi orang paling gak sempurna yang bahagia Ra."

"Karena gak ada yang sempurna Ra, kitalah yang harus menyempurnakan cerita ini." sambung Aleo.

"Terimakasih Aleo, untuk semua rasa, tawa, senyum, senang, bahkan hal sedih sekalipun" Ujar Alora,

"boleh gue jadikan lo sebagai rumah?"

Aleo tertegun, "lo boleh jadiin gue rumah, untuk lo pulang kapan pun hal senang dan sedih menghampiri lo Alora."

"Alora?" Panggil Acha yang berlari kearahnya, "sumpah gue gak ganggu momen kan? Khawatir banget gue sama lo!"

Alora tertawa kecil, "gapapa Cha, lo liat buktinya gue ketawa-ketawani," Ucap Alora memamerkan tawanya.

"Keliatan banget palsunya," Desih Acha membuat perempuan itu tertawa pelan.

Acha melirik Aleo mengode sesuatu. "Le jangan lupa ya Le"

Aleo menatap heran perempuan itu, "lupa apanya Cha?"

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang