3 tahun kemudian....
"Ra?" Panggil temannya. Alora menoleh, lalu meletakan beberapa buku di meja perpustakaan kampusnya.
"Udah selesai?" Tanya Alifa, temannya semenjak kuliah disini. "Buruan lah, ntr telat bakal di omelin."
"Iya ni udah selesai." Jawab Alora. Perempuan itu mengambil tasnya lalu keluar bersama Alifa. "Di aula kan ya acaranya?"
Alifa mengangguk mengiyakan, lalu mengeluarkan ponselnya memperlihatkan jadwal acara hari ini.
Hari ini akan ada seminar di aula kampus, jadi anak jurusan hukum diminta untuk segera berkumpul di aula.
Alora sudah tiga tahun belajar disini, sekarang masanya dia akan memikirkan skripsi dan setelah itu lulus.
Alora dan Alifa berjalan beririnhan kearah aula, ternyata sudah ramai mahasiswa disana. Alora celingukan, lalu mengajak Alifa untuk duduk di pojok saja. Karena tempat lain sudah terisi.
Alora merogoh tasnya, lalu sadar ponselnya tertinggal di loker. "Fa, gue balik ke loker dulu ya HP gue ketinggalan."
"Yaudah deh, buruan ya jangan lama-lama" Sahut Alifa. "Takut kursi lo diduduki orang lain, rame banget ni."
Alora mengangguk. "Iya, bentar aja kok."
Alora membuka lokernya, beruntung karna ponselnya memang didalam loker. Perempuan itu segera kembali ke aula, tapi sura berat laki-laki memanggilnya.
Alora tersentak. Laki-laki itu menyapanya, membuat Alora balas menyapanya. "Hai."
"Apa kabar, Alora?" Tanya Iqbal tersenyum kecil. Setelah kejadian Alora menolaknya waktu itu, Iqbal memang sengaja tak pernah bertemu perempuan ini.
"Baik, Bal" Jawab perempuan itu balas tersenyum. "Lo baik juga kan?"
Iqbal mengangguk tersenyum kecil. "Baik, Ra. Gue baru tau lo kuliah disini."
"Lo sendiri, kenapa disini?"
"Gue di undang acara seminar disini," Jawab Iqbal. "Lo anak hukum berarti?"
Alora mengangguk tersenyum kecil. "Iya, gue kira lo mahasiswa disini Bal, tapi gak pernah keliatan."
Iqbal tertawa pelan. "Kalau gue mahasiswa disini, gue bakal sering jumpa pasti." Ucap laki-laki itu membuat Alora tersenyum kecil.
Iqbal menatap perempuan itu lama, sebenarnya ada yang ingin dia tanyakan. Tapi takut akan melukai perempuan ini. "Boleh gue nanya Ra?"
Alora mengernyitkan dahinya, lalu tak lama mengangguk, membolehlan Iqbal ingin bertanya apa.
"Gue denger kabarnya tiga tahu lalu Ra, lo beneran baik-baik aja kan Ra?" Tanya Iqbal merasa tak enak, tapi pertanyaan ini terus-terusan bersarang dikepala nyaa.
Alora tersenyum kecil, sadar itu sudah tiga tahun lalu. "Gue baik, Bal. Yah, meskipun gue susah paya lewatin masa-masa itu, gue baik-baik aja sekarang."
"Syukurlah," Sahut Iqbal lega sendiri. Gue tau lo perempuan yang selalu bisa menerima apapun yang sudah menjadi takdir Ra."
"Makasih, Bal" Jawab Alora tersenyum kecil.
Iqbal melihat jam ditangannya. "Seminar udah mau mulai Ra, lo mau kesana kan? Ayo barengan."
Alora menyetujui, lalu berbincang sedikit sambil berjalan ke arah aula tentang dulu karena sudah lama tidak bertemu. Iqbal tidak akan seperti dulu, tak akan memaksa Alora lagi untuk menerima nya.
Iqbal tau apa yang harusnya memang jadi miliknya, nanti akan datang sendiri. Dia tak ingin, terlalu mengejar apa yang bukan miliknya, meski pun masih ada tersisa rasa pada perempuan ini.
Tapi Iqbal.... Memilih ikhlas jika memang Alora bukan untuknya.
_
"WOI!" panggil Ekal. "Bocah anj lo!" Maki laki-laki itu saat Ical menghabisi bekal dari pacaranya. Yah.. Ekal sekarang punya pacar.
"Gue baru makan dikit anj!"
Ical cengengesan. "Pacar lo jago juga masak, besok gue mesen dah."
"Lo kira cewe gue jualan apa" Ekal melihat kotak nasinya yang sudah berhasil Karena ulah bocah tengil ini. "Rese banget si lo."
"Yaelah, lo tinggal minta buatin lagi besok. Ribet amat" Kata Cakra sambil memegang rokok ditangannya.
"Enak banget lo ngomong."
"Lo pada balik gak ntar sore?" Tanya Levi. "Gue ada kelas bentar lagi, jadi bisanya sore."
Ical mengeluarkan ponselnya, jadwal kelas dia dengan Levi hampir sama jadi dia memeriksa lagi apakah hari ini ada kelas.
Ical berdecak, ternyata benar dia ada kelas hari ini bareng dengan Levi. "Gue juga ada kelas, gak bisa siang ini."
Ekal menghela nafas. "Yaudah sorean aja dikit, gue juga mau jemput cewe gue dulu."
Cakra menoleh sinis. "Bucin alay."
"Kamu iri?" Tanya Ekal. "Makanya cari pacar."
Cakra menyunggingkan senyum tengilnya, pada mereka semua tau Cakra banyak dekat sama cewe sejak SMA, tapi tak ada yang diberi kepastian.
"Lo berdua gak ada kelas?" Tanya Ical.
Mereka menggeleng. "Gak ada, kalau ada gak disini gue."
Benar juga. "Udah tiga tahun kuliah, bentar lagi wisuda, skripsi belum selesai, nyokap tanyain mulu kapan lulus, bokap nanya kapan dapet kerjan, tante nanya kapan punya pacar......."
"Banyak bener keluhan lo, Cal" Potong Cakra. "Lulus langsung kawin aja biar enak hidup lu."
"Terus bini gue ntar gue kasih makan apaan anj."
"Baru krikil." Sahut Ekal.
"Btw, reunian besok lo pada dateng?" Tanya Ekal tiba-tiba membuat Levi menoleh.
"Ya kali gak dateng, gue gini rindu juga masa SMA lah" Ucap Cakra semangat, padahal alasannya mencari target baru.
Levi menghela nafas.
"Gak seru..." Lirih Ical membuat semua menoleh. "Kita tinggal berempat, reunian bakal seru kalau kita lengkap."
Cakra menatap Ical. "Naufal bakal balik besok katanya, kita berlima."
"Serius balik dia?" Tanya Ekal sumringah. "Dia botak pasti kan?"
"Jelaslah, emang ada tentara yang gak botak?"
Ical menghela nafas. "Tapi tetap aja gak sih, kita kurang satu."
Levi menggeleng. Menoleh pada Ical lalu menepuk bahu laki-laki itu. "Kita selalu lengkap Cal, ada atau gak ada dia disini sekrang. Dia selalu abadi sama kita disini."
"Bener kata Levi." Sahut Ekal. "Dia selalu sama kita walaupun raganya gak terlihat, kita harus dateng besok, karena walaupun sudah gak bisa bersama tapi kenangan kita disana masih ada."
Levi menghela nafas, lalu tersenyum kecil. Karena akhirnya dia sadar, meskipun tak lengkap sekarang mereka berenam pernah sama-sama membuat cerita.
Jadi, tak akan mudah untuk dilupakan. Hanya saja sekarang, semua sudah jalan di hidupnya masing-masing.
####
Thanks you
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.