15. Ruang Temu
Levi berdiri di antara kerumunan orang-orang di area balapan, tersenyum smirk menatap ke arah Gino.
"Gausah sombong lo!" Gino menyalakan mesin motornya, lalu pergi.
"Udah kalah gak pernah mau ngalah bang?" Teriak Ical sengit.
Levi membiarkannya pergi, malam ini kemenangan berada di pihaknya lagi. Laki-laki itu memakai helm fullface nya dan beranjak pergi diikuti yang lain.
6 inti Vagos, menjalankan motornya mengelilingi kota jakarta malam ini karena kemenangannya.
"Huu, ketua Vagos gak ada lawan bor!" Teriak Cakra heboh, semua tertawa di atas motor, termasuk Aleo yang juga ikut meramaikan jalan.
Kota jakarta malam ini sunyi, hanya ada beberapa pengendara lain karena sudah tengah malam, Aleo melirik spionnya karena sejak tadi ada yang janggal.
Aleo memincingkan matanya saat dua orang berbocengan tiba -tiba mendekat ke arah motor Cakra. "CAK AWAS CAK!!!!"
Brakkk
Aleo dan yang lain berhenti,
"Anjing!" Levi menaiki gas motornya, mengejar dua orang yang menendang motor Cakra tiba-tiba. Disusul Aleo dari belakang, sedangkan Naufal dan yang lain membantu Cakra.
Aleo ikut mengejar dua orang tadi, dengan kecepatan tinggi, menendang kuat motor itu saat tepat berada di sampingnya.
Levi menarik kerah salah satu cowok berjaket dengan simbol Roger. "Brengsek, gak nerima kekalahan bos lo anjing!"
Fatah, salah satu yang menendang motor Cakra yang sudah sangat di kenal oleh Aleo dan Levi. Aleo menandang perut laki-laki itu sampai terjatuh di tanah.
Sama dengan Levi yang juga menghabisi teman Fatah, sampai laki-laki itu pingsan. Aleo menahan tubuh Fatah di tanah. "Siapa yang nyuruh lo tai, Gino?"
Fatah mengangguk ragu, serta takut menatap mereka berdua. "Gi..Gino yang nyuruh kita buat celakain anak Vagos."
"Brengsek," Levi menendang tubuh Fatah, sampai laki-laki itu kesulitan bangun.
*****
"Gimana Cakra?" Levi melihat dari balik kaca ruangan.
"Aman, kita tinggal dokter keluar aja."
Setelah menunggu beberapa menit, tak lama seorang dokter perempuan keluar dengan seorang perawat.
"Gimana keadaan teman saya dok?" Tanya Aleo menghampiri dokter itu.
"Teman kamu baik-baik saja, hanya ada beberapa luka dan bagian kepalanya terbentur, jika besok sudah stabil makan sudah boleh pulang."
Semua bernafas lega mendengar penjelasan dokter itu. "Kalau gitu saya permisi dulu,"
"Baik dok, makasi."
Ical berlari masuk duluan dengan suara tangis namun tidak dengan air mata. "AAAA Cakra, temen gue!"
Cakra melepaskan Ical dari tubuhnya, "lepas anjing, alay banget lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.