50. Scenario perjalanan
"Alora?"
Perempuan itu berbalik.
"Ke yamiku mau?"
"Boleh, tapi mampir ke toko kue Acha dulu."
Alora mengambil beberapa lembar kertas di meja, memasukan nya kedalam tas dan menghampiri laki-laki itu."Mau cari buku apa Ra?"
Alora mengaitkan tali helmnya. "Mau cari buku untuk masuk univ Bal,"
Laki-laki yang bersama Alora adalah Iqbal, sosok laki-laki yang pernah bertemu dengannya di halte waktu hujan.
Ternyata pertemua mereka tidak berakhir di halte, mereka bertemu lagi di suatu even sekolah dan iqbal mengajak Alora berkenalan.
Dan semenjak itu, Iqbal terus mendekati Alora sampai akhirnya mereka bisa dekat dan berteman.
Alora sekarang sudah kelas 3 SMA dan sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke Universitas impiannya. Dia dan Iqbal memang berbeda SMA, tapi Iqbal selalu ada dan membantu Alora kapan pun.
"Mau vanilla latte aja Bal,"
Iqbal mengangguk, lalu memesan dua minuman dan menghampiri Alora lagi. "Belajar mulu gak cape Ra?"
"Kalau gak belajar sekarang, kapan lagi mau ngejar Start, Bal?"
Iqbal terkekeh. "Iya siap ibu ketua."
"Lo mau masuk univ mana?"
Iqbal menggaruk kepalanya yang tak gatal. Setiap Alora bertanya tentang ini, Iqbal seakan bingung, karena belum ada niat kemana dan harus apa. "Belum kepikiran gue, Ra"
"Mulai Bal, kalo gini aja lo gak akan tau gimana kedepannya."
"Susah Ra, gue udah coba belajar tapi gam sampe lima menit gue ngantuk,"
Alora membuang nafas dalam. "Karena lo gak niat, coba lo niat dan fokus."
"Iya deh, gue usahain."
"Gitu mulu kalo di bilangin,"
Iqbal terkekeh pelan.
Seorang pelayan datang mengantar pesanan. "Matcha late satu, hot americano satu, bener kan mas?"
Alora tersentak.
"Mbak kayaknya salah deh, bukan Matcha Latte tapi Vanilla Latte," Ucap Iqbal mengoreksi.
"Aduh maaf mas, mbak. Biar kami tukar lagi aja ya,"
"Iya mbak, tukar lagi aja ya?" Tanya Alora ramah.
Mbak pelayan itu mengangguk dan segera menukar pesanan. Tak lama datang lagi dan memberikan pesanan yang benar. "Ini Vanilla Latte nya ya mbak,"
Alora mengangguk dan tersenyum kecil, "makasih ya mbak,"
Pelayan itu mengangguk, dan tersenyum kecil lalu meninggalkan mereka berdua.
"Padahal gue bilangnya bener lo, Vanilla latte."
Alora membuka bukunya, "mungkin mereka salah denger,"
"Iya sih," Iqbal memandang perempuan itu. "Emang gak suka Matcha Ra?"
"Suka,"
"Kenapa gak mesen Matcha?"
"Bosen, Bal."
"Gue gak pernah liat lo mesen Matcha kenapa bisa bosen?"
"Dulu, sering. Sekarang bosen."
"Emang rasa Matcha gak kayak rumput?"
Alora melirik iqbal. "Ngomong lagi gue sumpel pakek buku mulut lo Bal,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Ficção AdolescentePada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.