69. ADA YANG GUGUR

1.4K 95 10
                                    

Meskipun wujud mu tak lagi dapat ku lihat, tapi tentang mu tak pernah habis ku ceritakan.

-Natasha Alora

69. ADA YANG GUGUR







Sudah sejam mereka menunggu dirumah sakit Aleo yang sedang ditanganin oleh dokter. Sejak tau Alora dan yang lain selalu mendoakan Aleo agar semua berjalan baik, agar Aleo bisa pulang bersama mereka.

Alora sejak tadi berdoa, semoga Tuhan membantu nya kali ini. Semoga semesta masih memberikan tempat Aleo berada di bumi ini. Semoga Aleo masih bisa tertawa dan bercerita bersamanya besok, sampai hari berikutnya.

Acha sejak tadi menenangkan Alora, karena perempuan itu gak berenti menangis, wajahnya sejak tadi sudah sembab.

Levi dengan perasaan kalut dan bermasalah, berusah meredam emosinya. Jika dia mendapat kabar buruk, maka habis lah Dika ditangannya.

Aleo bagian ya sudah seperti saudara kandung, harusnya sekarang Levi yang berada dalam ruangan dingin itu, bukan Aleo.

Ekal menuduk kearah Levi. "Bukan salah lo Lev..."

"Ini salah gue, Kal" Sahut Levi dengan mata memerah. "Dia disana karena nolongin gue, harusnya gue yang disana."

"Bukan Lev, kita gak tau kejadian akan kayak gini" Ucap Ekal menenangkan Levi. "Kita semua harus berdoa yang terbaik untuk Aleo."

"Anjing temen gue!" Ujar Ical menangis kejar. "Le ayo pulang bareng kita!" Ical sejak tadi bediri didepan kaca ruangan, tak bisa melihat Aleo karena tidak nampak dari kaca.

Seorang dokter keluar, dengan raut wajah yang sulit ditebak. Dan Alora maju menghampiri dokter dengan harapan yang sangat besar. "Gimana keadaannya dok? Gimana keadaan pacar saya?"

Acha menarik tubuh Alora saat perempuan itu bertanya dengan dokter itu. "Ra, tenang dulu."

Dokter laki-laki itu menatap mereka satu-satu. "Maaf kami tidak bisa menolong saudara Aleo" Katanya dengan berat hati.

"ANJING! ANJING!" Umpat Levi. "LE BANGUN GILA LO YA!"

"ALEO!" Teriak Ical memanggil nama laki-laki itu. "Plis pulang bareng kita."

Cakra yang sejak tadi diam, karena perasaannya yang sakit melihat ucapan Ical yang mengajak Aleo pulang bersama. "Aleo pulang Cal, dia pulang ketempat yang lebih baik."

"Tempat yang lebih baik itu, kita Cak. Temennya..."

Seorang dokter membawa Aleo keluar dengan mata yang tertutub. Alora dengan perasaan sakitnya menangis dihadapn Aleo. "Lo janji mau ngajakin gue pulang Le..."

"Aleo, bangun.. Kita pulang sama-sama Le..." Ucap Alora pelan. "Le, mana janji lo gak akan ninggalin gue lagi..."

"Aleo.." Alora menangis kejar tak sanggup melanjutkan ucapannya. Semua di lorong itu merasakan sakit yang teramat mendengar setiap tutur Alora.

Alora menangis kejar. Seorang dokter menatap mereka. "Tolong tenag semua, jasadnya harus segera kami bersihkan."

"Tolong ikhlaskan saudara Aleo, agar dia bisa tenang disana" Ucap dokter.

Levi menarik kera baju dokter itu. "TEMEN GUE BELOM MATI ANJING!"

Naufal menarik Levi, membiarkan dokter itu membawa jasad Aleo. Sekarang hanya Naufal yang sadar, Naufal sebenarnya juga lemah, tapi dia yang harus mengingatkan temannya dan sadar atas kejadian hari ini.

"Gue benci sama lo, Le!" Teriak Alora. "Lo gak nepatin janji!"

"Gue mending lo ninggalin gue kayak kemarin, dari pada lo ninggalin gue tapi gue gak bisa liat lo lagi."

Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang