51. Kisah tanpa dia

1.4K 84 4
                                    


Bagian paling menyakitkan adalah kepergianmu. Tapi bisa apa selain merelakan, karna merelakan juga bagian dari mencintai bukan?

51. Kisah tanpa dia







"Nikita willy, nikita mirzani, nikita kapan jadinya Jan?"

Renjani mendengus menatap Ical malas, "dari pada bacot mending lo bantu temen kelas lo sana, dari pada ngerusuhin di sini,"

"Lagian, temen lo pada kemana deh Cal?" Tanya Tiara.

Ical mendengus. "Lo taukan, Safa tu galak nya kayak apa, ya jadi mereka pada bantuin Safa. Sedangkan gue kabur, males gue disuruh-suruh."

"Ye...gak solid lo jadi temen. Emang mahkluk buangan lo," Ucap Acha sibuk memasang pernak pernik di tenda.

Besok akan mengadakan bazar di sekolah mereka. SMA MERDEKA, setiap kelas memang wajib merias setiap tenda bazar dengan semenarik mungkin, dan memikat pembeli.

"Woi Ical," Panggil Ekal, lalu menghampiri cowo tengil yang sedang menganggu kelas sebelah. Kelasnya Acha.

Ekal sok mengusap hidung yang gatal, karna menyium aroma menyengat. "Tir, lo pake parfum kemenyan ya?"

"Mata lo!" Ucap Tiara tak terima. "Gue pakek parfum tu yang soft ye Kal, hidung lo kesumbat."

"Jadi bau apaan ni buset?" Tanya Ekal heran.

"Temen lo tu belum mandi," Sahut Acha.

Ical menetap sinis cewe itu, memajukan badannya songong. "Enak aja lo. Lo cium ni cium wangi gue woi."

"Yakali gue nyium lu ogeb."

"Tau ni Cal, agak gesrek otaknya."






"Hai?" Sapa Raya, yang datang bersama Alora. Ada Levi juga dibelakang mereka.

Acha balas menyapa Raya.

"Ni Cha, perlengkapan yang kurang" Ucap Alora memberikan barang-barangnya pada Acha.

Raya melihat sekitar. "Rame banget ya, anak sekolah lain juga ada yang dateng"

"Mereka emang ngizinin murid dari sekolah lain dateng Ray, tapi harus ada surat undangan" Acha meletakkan pekakas. "Kalo lo dateng nya sama Levi, lo dateng tanpa surat undangan pun aman aja."

Raya terkekeh pelan. "Bisa aja lo Cha."

Ekal menatap kearah Levi. "Lo napa baru dateng nyet, kita udah cape-cape."

"Gue disuruh nyari perlengkapan yang kurang nyet" Jawab Levi agak emosi.


Brakkk

Cakra datang, membuat semua menolen. "Ni kapan siapnya buset, cape bener gue" Keluhnya. "Lo pada bukan bantu anak kelas, cape ni gue mulu yang di omelin Safa."

"Buset ni anak dateng-dateng rusuh banget sih,"

Cakra menarik pelan bahu Ical, menggeser tubuh laki-laki itu agar bisa duduk. "Bacot dah lu,"


Dear AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang