3. Cerita lama
Seorang gadis ber-kuncir satu, berjalan menelusuri koridor rumah sakit. Pelan-pelan membuka pintu ruangan agar yang didalam tidak merasa terganggu.
"Siang Mama, Kak Alora" Sapa gadis berbaju SMP itu. Nara Anastasia namanya, adik perempuan Alora.
Sudah seminggu ini, mama Alora dirawat di rumah sakit karena kelelahan saat bekerja di butik. Ya, Mamanya adalah seorang desainer. Toko nya tidak terlalu besar, tapi banyak orang yang mengenal butiknya itu, karena terpercaya dan desain yang bagus dan juga rapi.
"Lama banget Na, udah siap beres-beres baru dateng." Protes Alora pada adiknya itu, saat ini mereka memang sedang membereskan barang karena mama nya sudah stabil kembali, dan sudah di boleh kan untuk pulang.
Nara meletakan tasnya. "Ojeknya macet kak, lagian kan ada lo."
"Udah jangan pada ribut, mau pada pulang enggak ni? Atau mau lama-lama disini aja?" Tanya Mamanya bercanda.
Nara mendekat kearah Mamanya. "Mau pulang lah ma, ngapain disini. Jangan sakit lagi ya Ma, ga enakan tidur disini?"
Rinai mengusap pelan kepala putri kecilnya. "Iya Na, mama gak akan sakit. Kalian berdua juga jangan sakit, Mama cuma punya kalian."
Alora tersenyum hangat. Sejak papanya meninggal tiga tahun lalu, Mamanya sering sesekali terpuruk, Alora pernah melihat mamanya menangis saat melihat foto papanya sendirian di dalam kamar.
Begitulah manusia, terkadang berkata ikhlas hanyalah sebuah bualan agar orang-orang tau bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi nyata sekuat apapun mengikhlaskan kepergian seseorang, tetap saja akan menjadi hal paling menyakitkan jika teringat kembali.
"Ma udah beres ni, yuk." Ajak Alora membawa barang-barangnya dan dibantu oleh Nara. Sangking asiknya berbincang dan tertawa tak sadar seorang laki-laki bertubuh tinggi datang menghampiri mereka.
"Apa kabar Ra, tante?" Sapa laki-laki bernama Bian itu. "Tante sakit?"
Alora membalas senyum ramah Bian. "Gue baik Yan, tapi Mama gue gak terlalu baik." Jelasnya pada laki-laki itu. "Ini Bian, Mama masih ingat?"
Rinai tersenyum kearah Bian. "Oh Nak Bian.Iya mama ingat, teman kamu waktu SMP dulu kan."
Bian tersenyum kecil, merasa senang ketika mereka masih mengingatnya. "Iya tan, ini lo sama Mama lo udah mau pulang ya Ra?"
Perempuan itu mengangguk. "Iya Yan, Mama udah seminggu dirawat sekarang sudah agak membaik jadi sudah dibolehin pulang."
"Yaudah kalau gitu gue anter sekalian aja, sekalian berbincang karna pertemuan yang sudah lama di nanti." Usul Bian pada mereka.
Alora sedikit canggung. "Gausa deh Yan, ngerepotin."
"Kalo gak ngeropotin boleh kok bang Bian, iya kan Ma?" Sahut Nara cepat, hitung-hitung mengirit.
Bian tertawa pelan, dia rasa terakhir kali melihat adik Alora dulu saat anaknya masih kecil. "Iya ga ngerepotin kok Ra, tan."
Mama Alora mengangguk menyetujui. "Yaudah kalau kamu meminta Bian, tante gak bisa nolak terimakasih nak Bian."
"Iya tan." Bian tesenyum kecil, tak ingin membuang kesempatan ini. Alora pun mau tak mau mengikuti kemauan mereka, tak ada salah nya juga bertemu dan berbincang dengan teman lama.
.....
Diletakannya sebuah benda tajam tepat dimeja, saat ini semua anggota Vagos berkumpul. Sebuah pisau ditemukan oleh Naufal di jalan, Jendral Kandira. Tempat dimana malam tadi terjadinya pertempuran antara Vagos dan Roger setelah sekian kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aleo
Teen FictionPada akhirnya kepulanganmu adalah satu satunya harapan yang ku tunggu.